• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Jumat, 29 Maret 2024

Banten Raya

Ketua GP Ansor Banten: Dialog Material Makna Baru Impelementasi Nilai Toleransi Pada Hal Nyata

Ketua GP Ansor Banten: Dialog Material Makna Baru Impelementasi Nilai Toleransi Pada Hal Nyata
Kang Nuri saat acara Dialog Tokoh Lintas Agama. (Foto : Istimewa)
Kang Nuri saat acara Dialog Tokoh Lintas Agama. (Foto : Istimewa)

 

Anyer, NU Online Banten
Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda (GP) Ansor provinsi Banten berkerjasama dengan Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama (Kakanwil Kemenag) Banten menggelar Dialog Tokoh Pemuda Lintas Agama.

 

Sebagai upaya Penguatan Moderasi Beragama di Banten, Dialog diikuti Tokoh Pemuda Lintas Iman dan perwakilan cabang Kabupaten Kota GP Ansor se-Banten, Acara dilaksanakan di hotel Jayakarta, Anyer. Sabtu (28/8). 

 

Ketua GP Ansor Banten, Ahmad Nuri menjelaskan dialog lintas agama, digelar secara substansi Guna mewujudkan moderasi beragama, Khususnya di Provinsi Banten. Meski tengah kondisi pandemi, Kang Nuri berharap dalam mewujudkan moderasi beragama harus terus dilakukan. 

 

Hal ini menuntut GP Ansor Banten harus memberikan pandangan konstruktif dan progresif. Mengimplementasikan moderasi beragama dalam bentuk dialog material yang merupakan peningkatan dari dialog nilai yang selama ini di lakukan pemuda lintas agama.

 

Ahmad Nuri menguraikan dialog material adalah sebuah makna baru, mengimplementasikan nilai toleransi pada hal yang lebih nyata. Saling menolong satu sama lain dalam konteks pengkeluhan dan dalam persoalan-persoalan yang ada di masyarakat lintas agama. 

 

Kang Nuri mencontohkan misalnya, ada teman-teman terkendala dalam masalah perizinan tempat ibadah, semua harus berperan memberikan suatu fasilitas, prosedural fasilitas material, fasilitas normatif bersama-sama didorong, agar terjadi proses komunikasi lebih lanjut.

 

Ultimate goalnya dari semua ini adalah terbangunnya harmoni. Meskipun faktanya adalah berbeda. Karena perbedaan tidak dapat disalahkan. Tetapi perpecahanlah yang harus disalahkan. Berbeda-beda tetapi tetap membangun harmoni itu adalah kewajiban seluruh entitas bangsa.” Kata Ahmad Nuri.

 

Menurut Ahmad Nuri langkah pemerintah dalam mewujudkan moderasi beragama, menilai tepat langkah Presiden Jokowi dengan mengangkat Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. Karena ikhtiar-ikhtiar yang digagas Gus Yaqut, sudah dilakukan dimulai dari lini bawah hingga lini atas, dari hulu sampai ke hilir.

 

“Kalau di Kemenag terdapat penyuluh masing-masing agama berada di urutan paling bawah, tapi justru ini yang vital. Hal ini adalah sebuah gagasan besar merevitalisasi moderasi beragama ini dilakukan. Juga, salah satu bentuk harapan Presiden Jokowi melalui Menteri Agama untuk menciptakan kebangsaan yang harmoni, agar tetap berjalan dengan baik. Dan diharapkan kedepan tidak ada lagi kelompok-kelompok yang mencoba merusak tatanan yang selama ini dibangun oleh founding fathers dan kita bersama,” Ungkap Ahmad Nuri.

 

Ahmad Nuri mengamati dalam mendakwahkan moderasi beragama di seluruh segmen publik, harus terus dilakukan, Khususnya bagi generasi alfa dan generasi milenial yang mempunyai mindset dan cara pandang sudah digital, hal ini harus mempunyai kesadaran dari generasi sebelumnya terutama generasi sekarang ini.

 

Sebagai generasi yang akan memberikan warisan pada generasi selanjutnya, Kang Nuri Menuturkan harus juga tumbuh kesadaran digital dalam pertarungan antara Haq dan yang Hoax. Dan yang Haq harus dimenangkan oleh pendakwah-pendakwah yang menyuarakan kebenaran.

 

“Dalam mengampanyekan suatu kebenaran harus terus menerus disampaikan. Soal-soal kebenaran, soal-soal nilai toleransi, soal-soal moderasi, soal-soal kerukunan ini harus dikampanyekan terus-menerus dan dicari diksi, dicari narasi, dicari suatu bentuk formula kegiatan yang menarik yang akan membuat animo kelompok alfa ini agar tertarik.” Sambungnya

 

Kang Nuri mengingatkan para pendakwah moderasi beragama haruslah lebih nyata menginspirasi kerja toleransi ditengah perbedaan umat yang terus adaptif, dengan zaman seusia kini harus lebih milenial, lebih menyenangkan dan lebih adaptif melihat kondisinya terutama dengan kesadaran digital. 

 

“Kita jangan sampai alergi terhadap dunia digital. Karena mereka tidak lagi membaca buku. Kelompok-kelompok mereka sulit untuk membaca buku. Referensi yang mereda dapatkan adalah internet dan dunia digital lainnya. Oleh sebab itu harus di-push isi konten-konten, diksi-diksi dan narasi-narasi agar ketika membuka linimasa YouTube-nya, berisi syiar kita. Serta harus diwarnai semuanya dari kita. Ketika mereka membuka YouTube muncul para pendakwah yang lebih gaul, adaptif, humanis, toleran dengan hujjah agama yang relevan dengan kondisi zaman.” Ungkap Kang Nuri.

 

 

Editor : Ari Hardi
 


Editor:

Banten Raya Terbaru