Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023

Nasional

Bukan karena Selat Muria, Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah Sebut Ini Sebab Banjir Jateng

Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah KH Ubaidullah Shodaqoh. (Foto: Youtube NUO)

Banten, NU Online Banten

Narasi mengenai Selat Muria yang muncul belakangan ini akibat banjir di Demak, Jawa Tengah, dan sekitarnya, membuat prihatin Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Ubaidullah Shodaqoh. Sebagaimana dilansir NU Online, menurut Kiai Ubaid, narasi tersebut dapat mengaburkan.


Baca Juga:
PBNU Ajak Masyarakat Ikut Bergerak, LAZISNU Salurkan Rp 9 M untuk Warga Terdampak Banjir di Sumbar dan Jateng



"Narasi Selat Muria kini semakin marak didengungkan. Saya khawatir seolah menganggap bahwa banjir besar yang terjadi adalah kewajaran bukan karena perusakan alam, ekploitasi yang berlebihan, dan penanggulangan yang setengah hati sehingga tidak perlu penanganan serius pemerintah," kata Kiai Ubaid dalam akun X dilihat NU Online Banten, Sabtu (22/3/2024).  ​



Dilansir dari kemendikbud.go.id, Selat Muria adalah wilayah perairan telah berubah menjadi daratan. Hal ini diakibatkan oleh endapan fluvio-marin yang telah mengubah wilayah tersebut menjadi daratan. Wilayah tersebut kini lebih dikenal sebagai bagian dari Kabupaten Demak, Kudus, Grobogan, Pati, dan juga Rembang.



Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan peristiwa banjir besar yang merendam Demak hingga Kudus tak ada kaitan dengan isyarat kemunculan kembali Selat Muria. Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi Eko Soebowo menjelaskan bahwa banjir yang terjadi murni pengaruh alam akibat kondisi cuaca ekstrem serta kegiatan pembabatan hutan dan perubahan tata guna lahan yang jadi pemicu sedimentasi terjadi di sisi selatan.


Baca Juga:
Wakil Wali Kota Tangsel Janji Tuntaskan Penanganan Banjir di Reni Jaya



"Cuaca memang ekstrem dan daerah aliran sungai di wilayah sana tidak mampu menampung volume air hujan yang tinggi karena terjadi sedimentasi," ujarnya dilansir dari Antara.



Bahkan, pengambilan air tanah berlebihan membuat kawasan pesisir pantai utara Jawa mengalami penurunan muka tanah yang signifikan 5 sampai 10 centimeter per tahun. Eko mengungkapkan, bentuk mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengeringkan kembali daratan Demak hingga Kudus adalah pembenahan tata guna lahan.


"Kawasan konservasi dan kawasan lindung yang dulu dibuka untuk kawasan komersial dan perumahan harus dikembalikan lagi fungsinya sebagai zona resapan air," kata Eko. Ia mengingatkan agar masyarakat bijaksana dalam penggunaan air. Kegiatan pengambilan air tanah yang dilakukan secara berlebihan telah membuat kawasan Demak hingga Kudus mengalami penurunan muka tanah yang parah.


"Pengambilan air tanah secara berlebihan juga harus dikurangi dengan membangun bendungan yang berfungsi sebagai sumber air bersih bagi masyarakat setempat, seperti Waduk Jatibarang di Semarang dan Waduk Jati Gede di Indramayu," tandasnya.


Baca Juga:
Lokus Panen Padi di Pandeglang Rawan Banjir



Seperti diberitakan sebelumnya, Ketua Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LAZISNU PBNU) Habib Ali Hasan Al Bahar mengatakan, pihaknya telah mengumpulkan dana senilai Rp 9 miliar untuk membantu warga terdampak bencana banjir di Sumatera Barat (Sumbar) dan Jawa Tengah (Jateng). Dana tersebut akan segera disalurkan dalam bentuk bantuan logistik yang meliputi makanan, selimut, dan hal lain yang diperlukan melalui koordinasi dengan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) PBNU. "Tidak kurang Rp 9 miliar yang sudah siap. Nanti kami akan salurkan," ujar Habib Hasan dalam konferensi pers di Gedung PBNU Jalan Kramat Raya, Jakarta, Kamis (21/3/2024). (Suci Amaliyah)

Editor: Izzul Mutho

Artikel Terkait