Ramaikan Masjid dengan Takbiran, Idul Fitri Momen Ketaatan Bertambah
Ahad, 30 Maret 2025 | 22:59 WIB

Takbiran berkumandang pada malam Idul Fitri. Salah satunya di masjid di Tangsel ini. (Foto: NUOB/Mutho)
Tangerang Selatan, NU Online Banten
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Serang KH Saifun Nawasi mengimbau kepada warga Kota Serang, khususnya NU, pada malam Idul Fitri seperti saat ini mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil. ’’Takbiran pada
malam Lebaran, kembali ke masjid. Ramaikan masjid. Tidak hura-hura di jalan. Mari kita bersama-sama bertakbir, bertahmid, bertahlil. Mengagungkan kebesaran Asma Allah,’’ ajaknya merespons NUOB saat dihubungi melalui aplikasi perpesanan, Ahad (30/3/2025).
Kiai yang suaranya terdengar lirih, karena kondisinya kurang sehat, juga mengajak menjaga tradisi takbir di masjid dan mushala. Dia pun membawa ingatan saat kecil dulu. ’’Orang tua menyuruh agar tetap berada di dalam masjid, bertakbir, bertahmid, dan bertahlil. Menghindari takbir keliling di jalan-jalan raya, karena lebih banyak mudaratnya. Membuat macet jalan atau merugikan orang lain dalam bentuk lain. Jangan sampai merusak puasa kita yang baru saja selesai dijalani,’’ terangnya.
Sedangkan esensi Idul Fitri, lanjutnya, setelah berjuang menahan sesuatu yang dilarang oleh Allah pada bulan puasa atau Ramadhan, diharapkan diterima alias mabrur. ’’Kita dapat mempertebal keimanan, meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Kembali ke fitrah. Setelah melewati hal-hal yang harus dihindari dalam bulan puasa,’’ ujarnya.
Tentunya, ke depan harus lebih meningkatkan ibadah kepada Allah. Di samping hablun minallah, juga hablun minannas diperkuat. ’’Agar kita menjadi manusia yang betul-betul mampu menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala larangan-Nya,’’ terangnya.
Dihubungi terpisah, Ketua PCNU Lebak KH Asep Saefullah mengatakan, hakikat hari raya menurut pandangan ulama sebagaimana diterangkan dalam Hasyiyah Al Bajuri, Allah menjadikan di dunia bagi orang-orang yang beriman dua hari raya dalam satu tahun. ’’Idul Adha setelah haji. Idul Fitri setelah selesai puasa Ramadhan. Hari raya itu, bukan karena memakai pakaian baru. Tetapi, hari raya itu karena ketaatannya bertambah. Hari raya itu bukan karena pakaian dan kendaraannya bagus, sesungguhnya hari raya itu, karena dosanya diampuni,’’ katanya mengutip keterangan di Al Bajuri.
Oleh karena itu, ketika Ramadhan diisi dengan berbagai amal saleh, tiba Idul Fitri, maka kebiasaan baik, hendaknya dipertahankan. ’’Jangan sampai kita disebut Ramdhani, bukan Rabbani. Rabbani itu ibadah kapan pun dan di mana pun. Tidak mengenal waktu dan bulan. Sementara Ramdhani, hanya di Bulan Ramadhan saja. Jangan sampai terjadi. Justru Ramadhan membiasakan melatih dengan amal baik, pada Bulan Syawal dan selanjutnya dipertahankan kebiasaan baik tersebut,’’ jelasnya.
Ditambahkan, Idul Fitri juga simbol kemenangan. Oleh karena itu, sambut kemenangan dengan penuh sukacita. ’’Dengan sesama saling maaf-memaafkan. Jangan ada keributan, perkelahian di antara kita. Yuk kita sama-sama saling memaafkan. Tradisi ini yang sudah dicontohkan oleh ulama kita harus terus kita rawat, harus dijaga. Bersatu padu, menunjukkan kekuatan Islam dan umat Islam,’’ tegasnya.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Terkait takbiran harus dikumandangkan dengan baik dan benar. ’’Jangan sampai salah baca. Pelajari bacaan takbir dengan baik dan benar. Baca sesuai dengan ketentuan. Selain itu, hadirkan bahwa Allah Mahabesar. Kita itu maharendah, kecil. Terus beribadah kepada Allah swt dan meninggalkan maksiat. Dengan terus beribadah dan meninggalkan maksiat, maka hidup kita akan bahagia, sejahtera, dunia dan akhirat,’’ pungkas pengasuh Pondok Pesantren La Tahzan Lebak itu. (Mutho)
ADVERTISEMENT BY ANYMIND