Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023

Nasional

Ketika NU dan Muhammadiyah Diibaratkan Sepasang Sandal Jepit

Ketua PCNU Tangsel H Abdullah Mas'ud (Kiri). (Foto: Istimewa)

Tangerang Selatan, NU Online Banten
Sore hari hingga magrib menjelang, Masjid Fathullah Universitas Islam Negeri ‎‎(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat, Tangerang Selatan, ramai oleh sejumlah ‎tokoh. Mulai H Abdullah Mas’ud (ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama ‎Tangerang Selatan), Hery Kustanto (Muhammadiyah), Abuddin Nata (akademisi), ‎Muhammad Sa’idih (Majelis Ulama Indonesia), dan Ketua Bidang PU PB ‎Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Husnul Qori. Mereka diundang untuk hadir ‎pada Ngaji Kebangsaan dalam rangka menyambut Ramadhan 1444 H, Senin ‎‎(20/3/2023).‎


Baca Juga:
NU dan Muhammadiyah Kabupaten Serang Jalin Silaturahim Kebangsaan


Gus Mas’ud--sapaan Abdullah Mas’ud—menyampaikan, ide silaturahim ‎menjelang Ramadhan penting. Apalagi dengan sejumlah komponen yang ‎berbeda. ’’Perbedaan itu sunnatullah. Tinggal bagaimana kita menyikapi ‎perbedaan itu. Bagaimana menyikapinya, tentu dengan sikap tasamuh (toleransi) ‎seperti yang diajarkan prinsip bersosial di Nahdlatul Ulama (NU). Saling ‎memahami antarkelompok ini menjadi penting melalui silaturahim,’’ terang suami ‎Ketua Umum Pimpinan Pusat Fatayat NU Margaret Aliyatul Maimunah itu.‎


Baca Juga:
Ketika NU Memilih Jalan Lain


Titik temu perbedaan NU dan Muhammadiyah, misalnya, terutama dalam ‎menyikapi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari sejak dulu ‎hingga sekarang. ’’Karena keduanya merupakan founding father NKRI. Salah satu ‎tujuan didirikan NU bagaimana membangun nation state yang menyejahterakan ‎umat. Oleh karena itu, NU tidak pernah absen di dalam peristiwa-peristiwa ‎bersejarah terkait dengan NKRI,’’ tegasnya.‎


Sebelum kemerdekaan, lanjutnya, NU menjadi inisiator dan masuk Badan ‎Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia ‎Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).‎


Setelah kemerdekaan, sebelum masuk 1 tahun merdeka ada agresi Belanda, NU ‎tampil mengeluarkan maklumat Resolusi Jihad melalui Hadratussyekh KH Hasyim ‎Asy’ari, salah seorang pendiri NU.‎


Tak hanya itu. Pada 1965 juga tampil di depan. ’’Saat reformasi juga hadir. Sinergi ‎NU dan Muhammadiyah mampu mengantarkan dua tokoh NU dan ‎Muhammadiyah di MPR dan sebagai presiden. Saya tidak tahu, apa akan terulang ‎sinergi yang lebih besar dari 1999,’’ ungkapnya bertanya.‎


Di bagian akhir, Gus Mas’ud mengutip kelakar Ketua Umum Pengurus Besar ‎Nahdlatul Ulama 2000-2010 KH Hasyim Muzadi. ’’NU dan Muhammadiyah itu ‎seyogyanya sepasang sandal jepit, harus beriringan,’’ tutupnya disertai senyum.‎


Pewarta: Singgih Aji Purnomo

Editor: Izzul Mutho

Artikel Terkait