
KH Mun’im DZ saat temu kader penggerak NU di Halaman Graha Aswaja NU Tangerang Selatan, Minggu (8/1/2023) malam. (Foto: PCNU Tangsel for NU Online Banten)
M Izzul Mutho Masyhadi
Kontributor
Tangerang Selatan, NU Online Banten
Gempa dan bencana yang terjadi di sejumlah tempat belakangan ini mendapat perhatian KH Mun’im DZ, mantan wakil sekretaris Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Saat temu kader penggerak NU di Halaman Graha Aswaja NU Tangerang Selatan, Minggu (8/1/2023) malam, kiai yang sudah belasan tahun menjadi instruktur nasional Pendidikan Kader Penggerak NU itu, mewanti-wanti warga NU agar waspada dan melakukan ikhtiar.
’’Riyadloh; hataman, mujahadah, istighotsah itu penting. Apalagi krn ini tahun-tahun bencana, bencana alam di mana-mana. Diprediksi terus berkepanjangan. Oleh karena itu, selain berusaha secara dhohiry, juga riyadloh, berdoa, dan sebagainya,’’ pintanya berpesan.
Pada kesempatan tersebut, Kiai Mun’im meminta sering membaca salah satu ayat Al-Qur’an, tepatnya dalam surat Yasin. Ini dia dapatkan dari seorang kiai. ’’Di tengah bencana, baca doa . Baca banyak salamun qoulan min robbir rahim. Semoga selamat dari bencana. Tidak kena. Karena bencana ada di mana-mana,’’ terangnya.
Baca Juga
Tiga Cara Agar Doa Kita dikabulkan Allah
Seperti diberitakan sebelumnya, pada saat temu kader itu, Kiai Mun’m mengapresiasi Pengurus Cabang NU Tangsel yang membeli ruko untuk Graha Aswaja NU Tangsel.’’Dakwah kita tidak lagi kampung-kampung, sudah tidak ada kampung, jadi kota. Jadi sudah tepat beli di sini (ruko). Meski awalnya janggal, kantor NU di ruko itu saru, tapi tidak apa-apa. Ke depan songsong abad milenial, memasuki era kosmopolitan. Yang pertama masih di ruko, nanti pindah ke SCBD (Sudirman Central Business District) biar tidak diisi orang dari Citayem saja. NU dakwah di situ, saya sudah mulai,’’ ujar Kiai Mu’im.
Kiai Mu’im melanjutkan, NU yang katanya jamaah tradisonal, akan eksis di desa. ’’Begitu masuk suburban, pinggiran kota, mulai kecil. Metropolitan, kita kecil, mungkin sangat minoritas, apalagi di megapolitan, kosmopolitan itu NU akan habis, teorinya semacam itu. Tapi rupanya Pak Mas’ud (ketua PCNU Tangsel) sudah mulai menyongsong NU di megapolitan, NU di ruko. Saya lihat rukonya lumayan bagus. Sayang belum berkembang. Tapi ini adalah harapan masa depan. Jadi kita harap, NU tidak hanya eksis di kampung, tapi juga di urban, di kota dan juga di metropolitan bahkan kosmopolitan,’’ tegasnya.
Baca Juga
Konsekuensi Berdoa adalah Berikhtiar
Sebab, ke depan, dakwah ke megapolitan, kosmopolitan, dibutuhkan dan hendaknya mendapat perhatian. ’’Karena banyak orang profesional kesepian. Kering hidupnya, butuh perlindungan, pelayanan. Butuh pendampingan, tapi tidak ada yang dampingi. Muncul dari kelompok mereka (sebelah) yang dampingi. Padahal orang kaya-kaya, makanya kelompok sebelah kaya-kaya, karena mendampingi orang kaya. Kita sudah merintis ke sana. Mereka bosan Islam keras, kecewa, kita bawa Islam yang sejuk, An Nahdiyah,’’ ungkapnya.
Pewarta: Mutho Masyhadi
Terpopuler
1
Paradoks Jabatan Fungsional Dosen di Indonesia
2
Setelah Ojol Demo, Komisi V DPR Agendakan Rapat Bersama
3
Penguasa, Termasuk Pengurus NU Tidak Boleh Semena-mena
4
Ucapan Positif, Obat Ampuh Melawan Insecure
5
Khutbah Jumat: Ikhlas dalam Beribadah
6
Sejumlah Hal Disampaikan Pengemudi Ojol saat RDPU dengan DPR
Terkini
Lihat Semua