Banten Raya

Berikut Metode Dakwah yang Tepat ala Muqaddimah Qanun Asasi

Rabu, 27 Agustus 2025 | 23:00 WIB

Berikut Metode Dakwah yang Tepat ala Muqaddimah Qanun Asasi

Ngaji Kitab Syarhun Lathifun ‘ala Muqaddimatil Qanunil Asasiyyi li Jam’iyyati Nahdatil Ulama digelar setiap Selasa malam di Graha Aswaja NU Tangsel, Ciputat, Tangsel. (Foto: NUOB/Mutho)

Tangerang Selatan, NU Online Banten

Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangerang Selatan (Tangsel) Kiai Muhammad Hanifuddin mengatakan, ayat 125 Surat al-Nahl adalah satu di antara 35 ayat yang dipilih Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari dalam menulis Muqaddimah Qanun Asasi.


’’Ayat ud’u ila sabili rabbika bilhikmati wal mau’idhatil hasanati wajadilhum billati hiya ahsanu inna rabbaka huwa a’lamu biman dlalla ‘an sabilihi wahuwa a’lamu bilmuhtadin memberi isyarat bagi pengurus ataupun warga Nahdliyin untuk menerapkan metode dakwah yang tepat. Sesuai dengan objek dakwah yang dihadapi,’’ ujarnya saat ngaji Kitab Syarhun Lathifunala Muqaddimatil Qanunil Asasiyyi li Jam’iyyati Nahdatil Ulama di Graha Aswaja NU Tangsel, Ciputat, Tangsel, Selasa (19/8/2025) malam, seperti disampaikan kepada NUOB, Rabu (27/8/2025).

 


Pria yang pernah sembilan tahun menimba ilmu di Pondok Pesantren Ringinagung, Kediri, Jawa Timur, itu melanjutkan, ada tiga metode. Pertama, bagi para cendekiawan dan intelektual, dakwah Islam harus dilakukan dengan mengedepankan hikmah dan argumentasi. ’’Penjelasan yang logis, rasional, dan berbasis data,’’ kata santri almaghfurlah KH Ali Mustafa Yakub, pendiri Pondok Pesantren Darus-Sunnah, Tangsel, itu.
 

 

Kedua, lanjutnya, bagi kalangan awam, dakwah Islam harus dilakukan dengan nasihat yang baik. Mauidhah hasanah. ’’Mengedepankan kisah-kisah umat terdahulu yang tercatat dalam Al-Qur’an. Memberikan perumpamaan yang mudah dipahami. Menjelaskan keutamaan ibadah, serta memberikan peringatan yang jelas dan terukur,’’ terang kiai berkacamata asal Sragen, Jawa Tengah, tersebut.


Ketiga, bagi orang yang mengingkari kebenaran Islam, tambahnya, ajakan harus dengan adu argumentasi yang mengedepankan adab dan akhlak mulia. ’’Menghindari debat kusir. Kata kasar dan ujaran kebencian. Islam harus didakwahkan dengan mujadalah hasanah,’’ jelas dosen Pondok Pesantren Darus-Sunnah, itu.



Sekadar diketahui, ngaji kitab rutin ini dilaksanakan setiap Selasa malam. Satu rangkaian dengan istighotsah dan pembacaan Shalawat Nariyah yang digelar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangsel.
 



Perlu diketahui juga, Mukaddimah Qanun Asasi disusun Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari. Dalam menulis qanun asasi itu, Hadratussyekh merujuk sebanyak 35 ayat dan 9 hadist sebagai pijakan. Sedangkan Kitab Syarhun Lathifun ‘ala Muqaddimatil Qanunil Asasiyyi li Jam’iyyati Nahdatil Ulama ditulis Khoiruddin Habziz, santri dan pengurus Ma’had Aly Situbondo, Jawa Timur. Kitab ini diberi pengantar oleh Wakil Rais ’Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Afifuddin Muhajir, yang juga mengajar di Ma’had Aly Situbondo. (Mutho)