Tangerang Selatan, NU Online Banten
Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangerang Selatan (Tangsel) Kiai Muhammad Hanifuddin menyampaikan, memberi sesuatu kepada orang lain dengan berharap dapat ganti itu bisa menjatuhkan diri ke riba. ’’Ini maksudnya, dari awal memberi dengan berharap balasan. Beda cerita, jika memberi ke orang lain, dari awal tidak mengharap balasan, lalu dapat diganti atau balasan,’’ ujar pria yang pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Ringinagung, Kediri, Jawa Timur, itu saat ngaji rutin di Lantai 1 Graha Aswaja NU Tangsel, Jalan Otista Raya, Ruko Prima Blok B, No 25-26, Ciputat, Tangsel, Selasa (28/5/2024) malam.
Malam itu, dia pun bercerita yang sudah masyhur di kalangan pesantren. Suatu ketika, ada dua santri bernasib beda saat memberi sesuatu kepada kiai atau gurunya.’’Yang satu sowan, silaturahim ke kiainya dengan membawa ketela. Pergi dari rumah, tidak berharap apa-apa dari pemberian tersebut. Pulang dikasih seekor kambing oleh kiai. Di jalan, berpapasan dengan temannya dan bercerita. Dalam benak temannya, membawa ketela saja, pulang dikasih kambing, kalau bawa kambing bisa dapat lebih besar. Singkat cerita, teman yang juga santri tersebut pun sowan membawa seekor kambing. Karena di ’’belakang’’ rumah kiai yang tersisa hanya ketela, saat pamit dikasih ketela. Pulanglah dia dengan wajah kecut,’’ ceritanya disusul tawa sekitar 20 jamaah yang hadir.
Seperti biasa, ngaji rutin tersebut membahas Kitab Kasyful Ghummah karya Sayyid Muhammad al-Maliki. Sebelum ngaji kitab kuning di Kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangsel itu didahului istighotsah. Di antaranya membaca shalawat nariyah yang dipimpin oleh Sekretaris PCNU Tangsel Kiai Himam Muzzahir.
Malam itu Kiai Hanif yang saat ini sedang menempuh S3 itu menjelaskan bagian atau bab di antaranya takziyah; menghibur, menyatakan belasungkawa dan bab peringatan bagi orang yang menunda atau mengakhirkan berbuat baik. Dalam bab takziyah, terdapat tiga hadist yang disuguhkan oleh Sayyid Muhammad al-Maliki.
’’Takziyah ke orang yang terkena musibah dianjurkan dalam Islam. Keutamaannya besar. Di antaranya, bagi Mukmin yang bertakziyah ke saudaranya yang terkena musibah, Allah akan memberikan pakaian dengan pakaian kemuliaan kelak di akhir kiamat. Ini hadits diriwayatkan Imam Ibnu Majah. Ada dalam Kitab Sunan Ibnu Majah,’’ terang kiai yang mengenakan baju putih lengan panjang dipadu sarung bermotif dengan dominasi gelap dan peci hitam, itu.
Sedangkan di bab peringatan bagi orang yang menunda atau mengakhirkan berbuat baik, terdapat beberapa hadist yang disuguhkan oleh Sayyid Muhammad al-Maliki.
Pada bab selanjutnya, wujubu syukril ma’rufi, pria asal Sragen, Jawa Tengah, itu menekankan pentingnya bersyukur terkait kebaikan.’’Semakin banyak bersyukur kepada manusia, berindikasi bersyukur kepada Allah. Bersyukur itu setidaknya misalnya mengucapkan terima kasih,’’ imbuh dosen Ma’had Darus-Sunnah Jakarta, Ciputat, Tangsel, itu.
Sekadar diketahui, Sayyid Muhammad al-Maliki hidup pada 1944-2004. Kasyful Ghummah, penawar kegalauan, merupakan salah satu karyanya. Kitab setebal 84 halaman ini memuat penjabaran hadits-hadits terkait kesalehan sosial. (Mutho)
Terpopuler
1
Dakwah Harus Berbentuk Aksi Nyata, Bukan Hanya Berhenti di Atas Mimbar
2
Temui Menkum, Mudir 'Ali Sampaikan Keabsahan JATMAN 2024-2029
3
Sampaikan Belasungkawa, Presiden Prabowo Ingat Momen Paus Fransiskus ke Jakarta
4
Khutbah Jumat: Balasan Kebaikan Adalah Kebaikan Selanjutnya
5
Ketum PBNU Respons Kritik AS soal Aturan Sertifikasi Halal di Indonesia
6
Sampaikan Dukacita, Ketum PBNU Kunjungi Kedubes Vatikan
Terkini
Lihat Semua