Keislaman

Tiga Spirit Muharram untuk Gen Z

Senin, 7 Juli 2025 | 22:49 WIB

Tiga Spirit Muharram untuk Gen Z

Ilustrasi Muharram. (Foto: NUO)

SETIAP pergantian tahun Hijriah, umat Islam menyambut dengan penuh suka cita. Bulan Muharram bukan sekadar penanda tahun yang berganti, melainkan sebagai bulan yang penuh dengan makna spiritual dan sejarah yang dalam. 
 
Sebagai Generasi atau Gen Z yang lahir di tengah gempuran era digitalisasi, menjaga spirit hijrah bukanlah perkara mudah. Segala hal yang serba instan dan mudah di zaman sekarang, membuat Generasi Z suka bermalas-malasan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat. Mereka hanya fokus pada gadgetnya sembari rebahan, atau scrolling TikTok melihat konten-konten unfaedah. Lalu, bagaimana membuat spirit baru di Muharram ini?  
 
Pertama, memahami makna hijrah. Hijrah itu bukan hanya berpindah dari suatu tempat dari tempat yang lain, akan tetapi maknanya bisa lebih dalam lagi, yaitu berpindah dari kebiasaan buruk menuju kebiasaan baik. Rasulullah saw bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahihnya: 
 
 عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ الله عَنْهُمَا قاَلَ قاَلَ رسول الله صلى الله عليه وسلم
  المُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ (رواه البخاري)
 
Artinya: ’’Dari Abdullah bin Umar berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa-apa yang Allah larang’.” (HR Al-Bukhari)  
 
Imam Qadhi Iyadh berpendapat bahwa hijrah terbagi menjadi dua. Pertama, hijrah dari satu tempat ke tempat lain. Hijrah ini dimaknai secara tekstual dan hanya ada di zaman Rasulullah saw, yakni hijrahnya umat Islam ke Madinah. Kedua, dimaknai secara kontekstual, yakni hijrah meninggalkan maksiat dan dosa. Hal ini berlaku bagi seluruh umat Islam sampai sekarang. 
 
Dari penjelasan tersebut, marilah kita berhijrah dari yang awalnya malas-malasan menjadi rajin belajar. Dari yang awalnya suka bolos kuliah menjadi rajin kuliah. Dan yang awalnya suka berkumpul dengan teman-teman toxic menjadi suka berteman dengan temanyang inspiratif.  
 
Kedua, meneladani kisah inspiratif. Bulan Muharram pastinya sarat dengan cerita-cerita inspiratif yang membuat kita semangat untuk meneladaninya. Seperti kisah hijrahnya Rasulullah saw yang menandakan perubahan peradaban, kisah diterimanya taubat Nabi Adam oleh Allah  setelah melakukan kesalahan, kisah Nabi Ibrahim yang selamat dari Raja Namrudz. Semua kisah-kisah tersebut bisa dijadikan inspirasi kembali oleh Generasi Z. Diteladani untuk menjadikan diri mereka lebih baik lagi.  
 
Ketiga, sering bermuhasabah. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar ungkapan bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Prinsip ini bukan hanya sekadar motivasi, tetapi juga merupakan ajaran yang sangat mendalam dalam Islam. Kita diminta untuk selalu bermuhasabah tentang setiap hal yang kita kerjakan, apakah sudah baik untuk diri kita dan orang lain. Dalam Sunan Al-Tirmidzi disebutkan:
 
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ (رواه الترمذي) 
 
Artinya: ‘’Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda: ’Orang yang cerdas adalah yang selalu menghisab dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Sedangkan orang yang lemah adalah yang memperturutkan hawa nafsunya lalu berangan-angan terhadap Allah’.”  (HR Al-Tirmidzi)
 
Imam Al Mubarakfuri dalam Kitab Tuhfatul Ahwadzi, Syarah Sunan Al-Tirmidzi menjelaskan bahwa orang yang cerdas adalah orang yang berakal, yang senantiasa bermuhasabah. Introspeksi diri untuk memperbaiki diri. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang hanya berangan-angan mendapatkan rahmat, tanpa mau beramal nyata.
 
Tiga spirit ini dapat dipetik oleh Generasi Z. Bahwa untuk membangun spirit perubahan di Bulan Muharram ini bukanlah hal yang mudah, akan tetapi bukan hal yang mustahil. Oleh karenanya, marilah kita sebagai Generasi Z Muslim, generasi yang membawa perubahan pada agama dan bangsa, untuk selalu menanamkan dalam hati kita spirit perubahan untuk menuju pribadi yang lebih baik lagi ke depannya. Karena kalau bukan dari diri kita sendiri yang mengubahnya, lantas siapa lagi?    
 

 
Muhammad Fikri Ehsan, Mahasiswa Semester 2 IAT Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta