Tangerang Selatan, NU Online Banten
Bagi seorang anak, berbakti kepada orang tua merupakan harga mati. Itu merupakan kewajiban. ’’Dari kacamata anak kepada orang tua, standar birrul walidain itu tinggi sekali. Selama orang tua tidak mengajak syirik (menyekutukan Allah),’’ ujar Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangerang Selatan (Tangsel) Kiai Muhammad Hanifuddin saat ngaji rutin di Lantai 1 Graha Aswaja NU Tangsel, Jalan Otista Raya, Ruko Prima Blok B, No 25-26, Ciputat, Tangsel Selasa (14/5/2024) malam.
Sebaliknya, lanjutnya, dari kacamata orang tua ke anak, agama mengajarkan agar adil kepada anak-anaknya. ‘’Orang tua harus adil kepada anak-anaknya. Jika tidak demikian, barangkali ini yang terjadi di masyarakat, anak menuntut orang tua misalnya soal harta atau lainnya. Demikian juga anak durhaka kepada kedua orang tuanya. Sedangkan orang tua dalam hal tertentu pilih kasih ke anak-anaknya,’’ ungkap pria berkacamata asal Sragen, Jawa Tengah, itu.
Pada kesempatan itu, dia juga ditanya soal maksud hadits yang artinya anak saleh yang mendoakan orang tuanya.’’Waladun shalihun yad’ulahu, apa penggalan hadits tersebut hanya khusus orang tua yang melahirkan?,’’ tanya seorang jamaah sebelum pengajian berakhir.
Di hadapan puluhan jamaah yang memadati lantai satu, Kiai Hanif yang saat ini sedang mengambil S3 itu mengutip penjelasan ulama.’’Ada yang mengatakan, itu adalah anak dari orang tua yang melahirkan. Itu yang memahami secara literal. Orang tua adalah yang melahirkan, merawat, menjaga, dan membesarkan. Ada juga yang memaknai lebih luas lagi. Tidak terbatas orang tua yang melahirkan. Bisa termasuk para guru, kiai yang mengajarkan anak-anak tersebut, merawat dan mendidik rohani,’’ ungkapnya menyampaikan jawaban.
Sekadar diketahui, setiap Selasa malam di gedung yang merupakan Kantor PCNU Tangsel tersebut digelar istighotsah. Setelah itu mengaji kitab. Kitab yang disampaikan oleh dosen Ma’had Darus-Sunnah Jakarta, Ciputat, Tangsel, tersebut adalah Kitab Kasyful Ghummah karya Sayyid Muhammad al-Maliki. Malam itu Kiai Hanif menjelaskan bagian atau bab tentang birrul walidain dan silaturahim. Dalam bab ini, ada delapan hadist yang disuguhkan oleh Sayyid Muhammad al-Maliki.
Di antara poin dari bab yang dibacakan Kiai Hanif adalah penekanan berbakti kepada kedua orang tua dan menyambung kekeluargaan atau kekerabatan. Ibu menjadi prioritas anak untuk berbakti dibanding ayah. Jika keduanya sudah meninggal, selain mendoakan, juga merawat silaturahim kepada orang-orang yang dulu berhubungan baik dengan orang tua semasa hidup.
Sayyid Muhammad al-Maliki hidup pada 1944-2004. Kasyful Ghummah, penawar kegalauan, merupakan salah satu karyanya. Kitab setebal 84 halaman ini memuat penjabaran hadits-hadits terkait kesalehan sosial.
Hadir dalam kesempatan itu di antaranya, Ketua PCNU Tangsel H Abdullah Mas’ud, Sekretaris PCNU Tangsel Kiai Himam Muzzahir, dan sejumlah PCNU Tangsel lainnya. Juga sejumlah pengurus badan otonom dan lembaga, Majelis Wakil Cabang NU, Pengurus Ranting NU, dan kader NU di lingkungan Tangsel, serta Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia. (Mutho)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Meraih Emas setelah Pertengahan Ramadhan
2
Himpun 2 Miliar, UPZIS LAZISNU Ranting Ciater Sabet Penghargaan Terbaik Se-Tangsel
3
Lakukan Dua Hal Ini agar Hidup Tenang
4
Waktu Buka Puasa 18 Maret 2025 di Jakarta dan Banten
5
Waktu Buka Puasa 19 Maret 2025 di Jakarta dan Banten
6
Jadwal Maghrib untuk Jakarta dan Banten 17 Maret 2025
Terkini
Lihat Semua