• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Kamis, 9 Mei 2024

Keislaman

Tiga Pembuka Rezeki yang Sering Diabaikan

Tiga Pembuka Rezeki yang Sering Diabaikan
Ilustrasi. (Foto: Freepik)
Ilustrasi. (Foto: Freepik)

Mencari rezeki tidak hanya sekadar profesi. Lebih dari itu, ia bernilai ibadah. Al-Qur'an dan hadits telah menegaskannya. Sebaik-baiknya makanan adalah hasil kerja sendiri. Demikian sabda Baginda Nabi. Sebaliknya, cukup telah berdosa, seseorang kepala rumah tangga yang menyia-nyiakan nafkah anak-istrinya. Karena itu, tak aneh jika Islam juga memberikan penjelasan terkait kunci pembuka rezeki. Habib Muhammad bin Alawi bin Umar al-'Aidarus (1351-1432 H) secara spesifik menulis karya terkait hal ini. Tepatnya adalah kitab yang berjudul Kaifa Takunu Ghaniyan. Di dalam kitab ini, dijelaskan ada 14 kunci pembuka rezeki. Ada tiga hal yang sering kurang disadari.


Pertama, baik budi pekerti. Terpancar dalam muka berseri. Tidak cemberut dan bermuka masam. Terbiasa bertutur kata dengan terukur. Tidak mudah menghakimi. Atau pun menghardik dan menyudutkan orang lain. Alih-alih menebar ujaran kebencian atau pun berita bohong. Dalam paparan Habib Muhammad bin Umar, perangai ini akan membuat seseorang mudah diterima. Sedikit memiliki permusuhan. Memiliki banyak jaringan dan pertemanan. Tak aneh jika dia akan dimudahkan rezekinya. Banyak orang di sekelilingnya yang menaruh kepercayaan. Persis di titik inilah, pintu-pintu rezeki terbuka. Sebagaimana ditandaskan oleh Kanjeng Nabi Muhammad shallaallahu ‘alaihi wasallam, baik pekerti akan memperkuat kesejahteraan dan memanjangkan usia. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad (164-241 H) dalam Kitab Musnad. 


Kedua, pagi-pagi mencari rezeki. Tidak tidur setelah Shubuh. Secara khusus, Baginda Nabi mendoakan keberkahan umatnya yang memulai aktivitas pagi. Doa ini termaktub dalam hadits shahih riwayat Imam Abu Dawud (202-275 H). Dulu, ketika memberangkat pasukan perang, Nabi selalu memilih waktu pagi. Selain itu, untuk mendapatkan berkah doa Nabi, serta rasa cinta mengikuti jejak Nabi, banyak sahabat yang memulai berdagang di waktu pagi. Salah satunya adalah Sayyidina Shakhr bin Wada'ah al-Ghamidi. Ulama salaf-saleh generasi berikutnya, dengan tegas melarang tidur setelah Shubuh. Lebih dari itu, tidur di waktu ini diklaim sebagai penyebab kefakiran.


Ketiga, menghormat dan menyuguhi tamu. Dalam banyak redaksi hadits, baginda Nabi menekankan umatnya menghormati tamu. Ketika tamu berkunjung, dia membawa rezeki bagi tuan rumah. Pamit pulang membawa dosa shahibul bait. Dengan kata lain, kunjungannya dapat menghapus dosa. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam al-Dailami (509 H) dalam Kitab Musnad al-Firdaus. Lebih dari itu, Kanjeng Nabi juga menegaskan bahwa salah satu ciri orang yang sempurna imannya terhadap Allah dan Hari Akhir adalah mereka yang suka menghormat tamu. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari (194-256 H) dan Imam Muslim (204-261 H).


Secara nalar, setiap tamu pasti memiliki keperluan. Datang ke rumah seseorang. Jika seseorang menyambutnya dengan baik. Menjamunya sesuai kadar, pasti tamu akan merasa nyaman. Dihormati kedatangnnya. Dengan demikian, dia akan berusaha membalasnya. Baik materi ataupun nonmateri. Dalam waktu seketika atau pun di kesempatan lain. Termasuk hal ini, adalah terkait dengan relasi ekonomi.


Dari paparan ini, dapat kita pahami bahwa rezeki tidak melulu diupayakan dengan memeras keringat. Ada jalan lain yang perlu dipersiapkan juga. Di antaranya adalah terbiasa berbudi pekerti baik, tidak tidur setelah Shubuh, dan menghormat kedatangan tamu ke rumah. Semoga rezeki kita dilapangkan dan membawa keberkahan. 


Wallahu a'lam bisshawab.


Muhammad Hanifuddin, Ketua Lembaga Bahstul Masa’il PCNU Tangsel dan Dosen Darus-Sunnah Jakarta


Keislaman Terbaru