Nasional

Ketum PBNU: Sanad Adalah Inti dari Tradisi Pesantren dan NU

Sabtu, 12 Juli 2025 | 23:13 WIB

Ketum PBNU: Sanad Adalah Inti dari Tradisi Pesantren dan NU

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf saat Pembukaan Nasyrus Sanad di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Sabtu (12/7/2025). (Foto: Dok Pesantren Tebuireng)

Jombang, NU Online Banten  

Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengaku pernah mendapat wejangan dari KH Maimoen Zubair, pendiri Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah, bahwa jika pesantren ingin bertahan lama, maka harus memiliki sanad atau sandaran ilmu pengetahuan ke Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.  


Wejangan itu memicu rasa penasaran Gus Yahya—sapaan KH Yahya Cholil Staquf-- dalam memahami nasihat soal sanad dalam lingkup yang lebih luas. Melalui literasi yang Gus Yahya pahami, sanad adalah bagian penting dari berdirinya pesantren dan NU.  


"Sanad ini adalah inti, tulang punggung sebetulnya, dari tradisi pesantren dan tradisi NU," kata Gus Yahya saat Kuliah Umum Pembukaan Nasyrus Sanad, di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Sabtu (12/7/2025).


Dia pun bercerita bahwa saat pendiri NU Hadratusyekh KH Hasyim Asy'ari mengajak ulama-ulama untuk bergabung ke dalam NU, maka Kiai Hasyim hanya mengundang ulama bersanad.  


"Kemudian beliau mengatakan, Anda sekalian wahai ulama yaitu komunitas ulama pada zaman Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy'ari adalah ulama-ulama yang telah mendapatkan ilmu, mengambil ilmu dari guru sebelum mereka dan para guru sebelum mereka mengambil ilmu dari ulama sebelumnya, dengan sanad yang bersambung hingga kepada ulama-ulama kita. Maka Anda sekalian wahai para ulama adalah gudang-gudangnya ilmu dan pintu-pintunya ilmu, dan janganlah orang masuk rumah-rumah kecuali melalui pintunya, barang siapa masuk rumah-rumah tidak lewat pintu, (melainkan) lewat jendela atau genting, orang itu dinamai pencuri," terangnya menyampaikan pesan KH Hasyim Asy'ari, dilansir NU Online.  


Dia juga menerangkan penjelasan dari Abubakar Muhammad bin Sirin al-Bashri atau Ibnu Sirin tentang bahayanya mengambil ilmu tanpa sanad. "Ingatlah bahwa ilmu ini adalah agama, ilmu yang dipelajari oleh para santri adalah agama sehingga diingatkan, berhati-hatilah, telitilah kalian semua dari siapa kalian mengambil agama kalian, dari kalian belajar ilmu, dan berarti dari siapa kalian mengambil agama kalian," katanya. (Haekal Attar)