• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Kamis, 28 Maret 2024

Banten Raya

Ketum PBNU Jelaskan Dua Sikap yang Dibutuhkan Indonesia dan Dunia 

Ketum PBNU Jelaskan Dua Sikap yang Dibutuhkan Indonesia dan Dunia 
Ketum PBNU saat menghadiri pelantikan PCNU Kabupaten Serang. (Foto : Ahdori)
Ketum PBNU saat menghadiri pelantikan PCNU Kabupaten Serang. (Foto : Ahdori)

Serang, NU Online Banten

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengatakan, sampai hari ini eksistensi NU diperhitungkan masyarakat Indonesia dan dunia. Hal itu tidak terlepas dari sikap NU yang menjunjung tinggi tawasuth (moderat) dan tasamuh (toleran). 

 

Kiai Said menyebut sikap moderat dan toleran sebagai kebutuhan bangsa Indonesia dan negara-negara di dunia.

 

“Sekarang dibutuhkan baik nasional maupun internasional,” ucap Kiai Said saat menyampaikan tausiyah di sela-sela Pelantikan Pengurus Cabang NU Kabupaten Serang Masa Khidmat 2021-2026 di Pesantren At Thohiriyah Moderat, Kramatwatu, Kabupaten Serang, Banten, Sabtu (4/12/2021) siang.

 

Menurut Kiai Said, sikap moderat dan toleran selaras dengan perintah Allah kepada nabi Muhammad SAW dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 153, bahwa umat Muslim harus menjadi umat yang toleran dan moderat, umat yang middle (tengah-tengah), umat yang tidak tekstual, tidak jumud, tidak radikal dan tidak menjadi teroris. 

 

Sikap moderat tersebut harus diterapkan oleh umat Muslim di segala aspek kehidupan baik itu yang berhubungan dengan kehidupan dunia maupun yang berkaitan dengan pemahaman agama (akhirat).

 

“Itulah washatiyah. Baik itu wasathiyah fil aqidah washatiyah fi syariah wasathiyah fil akhlaq fil siyasah fil hadharah wa tsaqafah. Semua mengambil jalan tengah,” tuturnya.

 

Kiai Said mengambil contoh wasathiyah fil aqidah, NU mengikuti mazhab Abu Hasan Al-Asy’ari, yang menggabungkan antara al-Qur’an, hadits dan akal. Jika hanya al-Qur’an dan hadits saja yang dipelajari maka umat Islam akan sangat kaku, pun dengan akal, jika semua hal yang berkaitan dengan keyakinan dipahami oleh akal semata, maka orang tersebut akan liberal.

 

“Digabungkannya al-Quran, hadist dan akal maka lahirlah sifat 20 bagi Allah, 20 sifat yang mustahil bagi Allah, 1 sifat yang jaiz bagi Allah, 4 sifat yang wajib ada bagi para Rasul. Semuanya 50. Itu hasil produk ijtihad Imam Abu Hasan Al-Asy'ari dalam membangun aqidah Aswaja,” beber Kiai Said.

 

Kiai asal Cirebon ini lantas mengutip surat al-Fath ayat 10, jika diartikan secara tekstual ayat itu bermakna tangan Allah diatas tangan orang-orang kafir. Sebab itulah dibutuhkan proses takwil untuk mengetahui makna yang terkandung dalam ayat al-Qur’an. Lalu, lanjut Kiai Said, menerangkan pada surat al-Rahman ayat 27, semua akan rusak kecuali wajah Allah. 

 

“Padahal bukan wajah, kalau ditakwil berarti dzatnya Allah,” ucap Kiai Said. 

 


Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Arfan Effendi
 


Banten Raya Terbaru