Kick Off Jalantara, dari Kudus Lahir Ulama Berkaliber Internasional
Senin, 14 Juli 2025 | 11:25 WIB
Jakarta, NU Online Banten
Rais ’Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menyampaikan rasa bangganya karena memiliki ulama seperti Syekh Abdul Hamid Kudus dengan dasar keilmuan yang luas. Ia menyebut salah satu karya selain Kitab Fathul Aliyyil Karim adalah Tanzih an-Najah wa As-Surur tentang bacaan doa yang dipakai hampir seluruh pesantren di Indonesia.
"Penting sekali kita bisa mengikuti dan mempelajari serta menghayati bagaimana keberhasilan ulama-ulama kita dulu seperti almarhum Syekh Abdul Hamid Kudus ini, agar lahir lagi ulama Nusantara sebagai baitsah untuk meniru, melahirkan Syekh Abdul Hamid Kudus yang lain yang mungkin ada di ruangan ini, yang akan melanjutkan dan akan menjadi Syekh Abdul Hamid Kudus pada abad selanjutnya," katanya saat sambutan Kick Off Jelajar Turots Nusantara (Jalantara) yang diisi pembacaan Kitab Fathul Aliyyil Karim karya Syekh Abdul Hamid Kudus yang dibacakan oleh sejumlah ulama NU dan internasional di Pelataran Menara Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Ahad (13/7/2025) malam.
Sedangkan Wakil Ketua Umum PBNU KH Zulfa Mustofa mengatakan, Nahdlatut Turots bukanlah sebuah lembaga di PBNU. Meski begitu, gerakan tersebut mampu tersebar secara cepat ke pesantren-pesantren NU sejak November 2021 sebelum Muktamar Ke-34 NU di Lampung. "Rencananya yang kedua diadakan di Pulau Sumatra, ketiga Pulau Kalimantan, keempat Sulawesi, kelima NTB (Nusa Tenggara Barat), dan masing-masing tempat, Jalantara sudah memiliki beberapa kitab dari ulama-ulama kita yang dulu disebut ulama Jawa, yang insyaallah di setiap titik itu nanti kita akan melihat bagaimana luar biasanya turots-turots ulama Nusantara," katanya, dilansir NU Online.
Ditambahkan, Lajnah Nahdlatut Turots Kudus yang digawangi Gus Nanal Ainal Fauz dan kawan-kawan telah berhasil mengumpulkan kitab karangan ulama Kudus.’’Memang beliau lahir di Makkah, tapi kakek beliau dalam kitab ini disebut Jawa asli. Jawa asli, bukan Ba'alawi, bukan. Ini pesannya Syekh Syadi, bahwa ini Jawa asli katanya, tapi gurunya Ba'alawi," tambahnya disambut riuh tepuk penonton.
Lebih lanjut, Kiai Zulfa menerangkan bahwa Syekh Abdul Hamid Kudus merupakan keturunan Jawa asli yang disebutkan dalam Kitab Irsyadul Muhtadi.’’Bahwa kakek beliau adalah khatib di masjid kampungnya, yaitu Masjid Menara Kudus,’’ imbuhnya.
Syekh Abdul Hamid Kudus, lanjutnya, dilahirkan pada 1860, sezaman dengan KH Raden Asnawi dan Syekh Mahfudz Al-Tarmasi. Selama tiga tahun terakhir, lanjutnya, karya-karya Syekh Abdul Hamid Kudus telah dikumpulkan, hingga kini telah berhasil dihimpun kurang lebih 21 kitab, beberapa di antaranya berukuran tiga kali lebih besar dari kitab biasa.
"Saya membaca komen-komen di sosial media ketika para pembaca melihat acara ini rata-rata komennya positif, masyaallah. Inilah Nahdlatul Ulama yang asli, yang telah membuat Islam menjadi mulia karena ilmu-ilmunya ulama," ucap Kiai Zulfa.
Sekadar diketahui, Nahdlatut Turots menggelar Kick Off Jelajar Turots Nusantara dengan kegiatan pembacaan Kitab Fathul Aliyyil Karim karya Syekh Abdul Hamid Kudus yang dibacakan oleh sejumlah ulama. Kiai Miftach mengawali pembacaan kitab tersebut, kemudian secara bergantian diteruskan oleh Rais Syuriyah PBNU KH Muhibbul Aman Aly, Wakil Ketua Umum PBNU KH Zulfa Mustofa, Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Ubaidullah Shodaqoh, Habib Achmad Edrus Al Habsyi, Syekh Syadi Arbash, dan KH Munir Abdillah.
Sementara itu, acara lainnya yang digelar adalah Seminar Nasional Syekh Abdul Hamid Kudus dan Jejak Ulama Nusantara di Pendopo Kantor Bupati Kudus, Jawa Tengah, Ahad (13/7/2025). Ada tiga pembicara. Ketua PWNU Jawa Tengah KH Abdul Ghaffar Rozin, Akademisi Mahrus El Mawa, Gus Nanal Ainal Fauz dari Nahdlatut Turots.
Ketua Panitia Jelajah Turots Nusantara Zona Jawa-Madura Ahmad Najib AR mengatakan, seminar menjadi ajang untuk memperkenalkan Syekh Abdul Hamid Kudus sebagai tokoh peradaban Islam Nusantara. "Kita ketahui banyak legacy (warisan) yang telah diwariskan oleh Sunan Kudus yang menjadi bukti bahwa beliau adalah salah satu ikon, salah satu tokoh pembangun peradaban Islam Nusantara di era-era awal dengan melakukan akulturasi budaya, dengan melakukan islamisasi berbagai ritual-ritual sebelumnya sehingga tercipta kehidupan agama yang harmonis dan selaras dengan budaya lokal yang berkembang," katanya saat sambutan.
Menurutnya, Syekh Abdul Hamid Kudus adalah seorang yang telah melambungkan nama Kudus di belantika keilmuan internasional. Meskipun tinggal sekian lama hingga wafat di Makkah, tetapi namanya melekat dalam karya-karyanya.
"Tidak lupa dengan tanah kelahirannya, yaitu Kudus. Sehingga nama Kudus melekat di dalam nama beliau dan ditulis di semua karya beliau dengan bangga dan penuh percaya diri. Dari Kudus lahir ulama besar berkaliber internasional," jelasnya.
Di menerangkan, ritual-ritual rutin yang ada di NU rata-rata mengambil sanad dari Kitab Tanzih an-Najah wa As-Surur yang merupakan karya dari Syekh Hamid Kudus. "Kalau kita membaca doa awal sanah, doa akhir sanah, doa Asyura, doa macam-macam yang menjadi ritual dan rutinan NU, ternyata semua adalah mengambil sanad dari Syekh Abdul Hamid Kudus," tambahnya.
Bupati Kudus Sam'ani Intakoris berharap dengan adanya Jelajah Turots Nusantara ini memberikan wacana, memberikan tambahan wawasan kepada seluruh umat bahwa ada sejarah-sejarah yang hilang dan akan ditemukan, dan sebagai warisan untuk para santri dan anak cucu kita semuanya. "Ini merupakan upaya penting untuk menjaga peradaban bangsa Indonesia yang religius dan intelektual," terangnya. (Haekal Attar)
Terpopuler
1
Majelis Alumni IPNU Dorong agar Setiap Warga Berkesempatan Mendapatkan Pendidikan Berkualitas
2
Israel Gempur Palestina, 105 Warga Meninggal dalam 24 Jam Terakhir
3
Keberhasilan Pesantren Terletak pada Alumninya
4
Banom dan Lembaga Perlu Saling Kolaborasi dalam Setiap Kegiatan
5
Kabar Duka, Ketua PBNU 2010-2021 KH Imam Aziz Wafat
6
Ketum PBNU: Sanad Adalah Inti dari Tradisi Pesantren dan NU
Terkini
Lihat Semua