• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Minggu, 5 Mei 2024

Tokoh

KH Tb Ahmad Khudori Yusuf, Pengasuh Pondok Pesantren Jamiatul Ikhwan Tunjung Teja, Kabupaten Serang

Menyelesaikan Syarah Alfiyah Ibnu Malik, juga Syarah Fathul Mu’in Setebal 500 Halaman

Menyelesaikan Syarah Alfiyah Ibnu Malik, juga Syarah Fathul Mu’in Setebal 500 Halaman
KH Tb A Khudori Yusuf (kanan), pengasuh Pondok Pesantren Jamiatul Ikhwan Malanggah, Tunjung Teja, Kabupaten Serang. (Foto: NUOB/Ade Adiyansah)
KH Tb A Khudori Yusuf (kanan), pengasuh Pondok Pesantren Jamiatul Ikhwan Malanggah, Tunjung Teja, Kabupaten Serang. (Foto: NUOB/Ade Adiyansah)

KHUSYUK menyimak. Ya, saat NU Online Banten (NUOB) sowan suatu siang, KH Tb Ahmad Khudori Yusuf sedang mengajar. Tepatnya, seorang santri sorogan ngaji Al-Qur’an, di hadapannya. Sesekali terdengar membetulkan bacaan santrinya. Ketika melihat NUOB di depan pintu dan mengucapkan salam, ngaji sempat terhenti, karena mempersilakan masuk dan duduk.

 


Tak lama, sorogan selesai. ’’Yang lain dilanjutkan nanti. Tolong dibikinkan minuman, kopi ya,’’? ujar kiai berkacamata itu menginstruksikan santrinya sekaligus bertanya ke NUOB. ’’Sini mendekat,’’ imbuhnya sembari menyuguhkan air mineral dalam kemasan gelas.

 


Di dekat kiai yang mengenakan baju lengan panjang bermotif dengan warna dasar hijau dipadu sarung dengan warna yang hampir senada plus peci putih, ada mi kuah di mangkok dan buah pepaya yang telah dipotong-potong di piring. Pria kelahiran Kabupaten Serang, 12 Juli 1974 dengan lahap menghabiskan isi mangkok.  Setelah minum, Kiai Khudori dengan cekatan mengambil sebatang rokok dari bungkus berkelir hitam.’’Sambil merokok, tidak apa-apa kan?,’’ tanyanya sembari menyulut rokok.

 


Seperti diketahui, pria yang saat ini sebagai rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Serang, Banten, tersebut, adalah pengasuh

Pondok Pesantren Jamiatul Ikhwan. Pesantren seluas 1 haktare ini terletak di Malanggah, Tunjung Teja, Kabupaten Serang.

 


Pesantren yang didirikan pada 1997 itu sebagian besar santrinya dibarengi dengan sekolah formal. SMP, Aliyah, dan SMK. Selain pengajaran kitab kuning, juga ada spesifikasi menghafal Al-Qu’ran. Sebelumnya, ayahnya, KH Tb Yusuf yang pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur, dan mengaji kepada Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, itu sudah mengajar warga sekitar. Hanya bentuknya tidak ada pendidikan formal. Pesantren salaf. Dan itu pun tidak ada yang mondok. Pulang pergi.

 


’’Bapak ngaji di Tebuireng sekitar tiga tahun. Selain itu, di sejumlah pesantren. Termasuk Apik Kaliwungu, Jawa Tengah. Kalau saya ngaji dengan bapak. Sekolah aliyah. Setelah itu mondok di beberapa pesantren,’’ imbuh kiai dengan 3 istri dan dikaruniai 8 anak itu, Selasa (15/8/2023) siang.

 


Pria tujuh bersaudara dari pasangan KH Tubagus M Yusuf dan Hj Yunengsih itu pernah mengaji di antaranya di Pondok Pesantren di Kadu Kaweng, Pandeglang; Cianjur; dan Pondok Pesantren Warudoyong, Sukabumi, yang pernah diasuh KH Badruddin Shofiyullah.

 


Pesantren Warudoyong didirikan oleh Al-Magfurlah KH Inayatillah bin Abdul Aziz. KH Inayatillah adalah salah seorang murid dari Mama Ajengan KH Syatibi Gentur.  Pesantren Al-Wardayani atau yang lebih dikenal dengan Pesantren Warudoyong, adalah pesantren yang menjadi salah satu referensi pesantren alat di wilayah Pulau Jawa khususnya Jawa barat dan Banten. ’’Pernah ngaji Kiai Abbas. Juga di Madinah (Arab Saudi) empat tahun. Ya, ngaji di Masjid Nabawi,’’ imbuh ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Serang, Banten, itu.

 


Keturunan generasi ke-15 Maulana Hasanuddin, Banten itu, setidaknya hingga saat ini sudah menghasilkan 4 karya dalam bentuk kitab. Mafatihur Rizqi. Di kitab ini dijelaskan ikhtiar agar mudah mendapatkan rezeki, apa saja penghalang rezeki. Di dalamnya juga memuat dzikir, shalawat, doa, wiridan, hizib, dan lainnya.

 


’’Kedua adalah Kasyful Ghummah. Ini  isinya kumpulan shalawat. Ada 41 shalawat,’’ terang ayah dari Tb Abil Fadli Ahmad Mausul, Tb Numi Fauzul Makarim, Ratu Risa Rahmatul Ummah, Tb Ahmad Hayatul M, Tb Muhammad Sultan Alfadh, Tb Muhammad Daulah, Tb Ahmad Faidlullah, serta Ratu Rahma Humaira itu.

 


Karya lainnya, Syarah Alfiyah Ibnu Malik. Ada sekitar 100 halaman. ‘’Tapi ini untuk kalangan sendiri,’’ imbuhnya. Kitab Alfiyah Ibnu Malik adalah kitab Ilmu Nahwu yang paling populer di dunia Islam. Kitab karya Ibnu Malik ini mungkin kitab yang paling banyak dihafal dan diajarkan. Hampir seluruh pesantren mengajarkan kitab ini.

 


Kiai Khudori  yang sepulang dari Madinah pada 1997 dan kemudian menikah pada 2000 itu juga mempunyai karya Syarah Fathul Mu’in.’’Ini juga untuk kalangan sendiri. Ada empat jilid dengan total 500 halaman. Insyaallah segera selesai Syarah Awamil dan Jurumiyah,’’ ungkap suami dari Hj Baijurah, Hj Ratu Fitriyah, dan Hj Siti Rahmah itu (M Izzul Mutho/Ade Adiyansah)


Tokoh Terbaru