Tokoh

Lebih Dekat dengan Ketua PWNU Banten 2025-2030 KH Hafis Gunawan

Kamis, 30 Januari 2025 | 22:41 WIB

Lebih Dekat dengan Ketua PWNU Banten 2025-2030 KH Hafis Gunawan

Dari kiri, H Abdullah Mas'ud, ketua PCNU Tangsel; KH Hafis Gunawan, ketua PWNU Banten terpilih; dan M Izzul Mutho dari NUOB di kediaman KH Muhammad Ulil Abshor, pengasuh Pondok Pesantren Asshiddiqiyah 2, Batujaya, Batuceper, Kota Tangerang, Banten, Rabu (29/1/2025) malam. (Foto: Dok Kholid Yahya)

NAKHODA Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Banten 2025-2030 terisi. KH Hafis Gunawan terpilih sebagai ketua tanfidziyah. Kepastian itu setelah dipilih secara musyawarah mufakat Konferensi Wilayah (Konferwil) V NU Banten di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah 2, Jl Garuda Raya No 32, Batujaya, Batuceper, Kota Tangerang, Banten, Rabu (29/1/2025) malam. Setelah terpilih, Kiai Hafis berjanji total mengurus NU. ’’Jangan bawa NU ke rumah dan pesantren. Tapi, bawalah yang di rumah dan pesantren ke NU,’’ kata pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Khaer saat menyampaikan sambutan.


Sebelumnya, saat Konferensi Cabang (Konfercab) VII NU Kabupaten Tangerang di Pondok Pesantren Miftahul Khaer, Curug, Kabupaten Tangerang, Banten, Ahad (7/7/2024), Kiai Hafis terpilih sebagai ketua tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Tangerang 2024-2029. Sedangkan KH Entis Sutisna sebagai rais syuriyahnya.



Kiai Hafis merupakan pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Khaer Kabupaten Tangerang. ’’Pesantren sudah 16 tahun,’’ ujar kiai yang juga pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Khaer tersebut kepada NUOB, Ahad (7/7/2024).


Dia pun bercerita.’’Dulu berawal dari hanya ngaji sorogan santri. Lima santri,’’ ujar kiai kelahiran 13 Mei 1975. Pada 2008 pesantren berdiri. Awalnya hanya 23 santri. Seiring berdirinya pesantren, berdiri pula madrasah. ’’Madrasah tsanawiyah dan aliyah. Awalnya, siswa-siswi pulang pergi. Kemudian berasrama. Jadi sekolah mondok di sini,’’ terang pria yang menimba ilmu di Al Hikmah Curug selama 9 tahun dan Pesantren Nurul Huda Kabupaten Serang selama 3 tahun itu.


Alumnus MAN 2 Serang itu melanjutkan, luas pesantren yang berada di Babakan, Sukabakti, Curug, 1 hektare. ’’Ini (pesantrennya di Curug) pusat. Ini awalnya ya merintis. Selanjutnya, kami mengembangkan dan mendirikan cabang. Ada dua. Di Ranca Iyuh, Panongan, Kabupaten Tangerang. Luas yang di Panongan, masing-masing 6 ribu meter dan 8 ribu meter,’’ tambah pria yang menyelesaikan S1 matematika di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Kusuma Negara Jakarta pada 2006 itu.


Tak hanya madrasah tsanawiyah dan aliyah saja. Ada sekolah menengah kejuruan (SMK) yang didirikan pada 2012. Ada dua jurusan, teknik komputer dan jaringan serta administrasi perkantoran. Jadi santri banyak pilihan belajar.’’Jumlah santri saat ini sekitar 1900 orang. Tak hanya di pesantren atau asrama, saat sekolah, putri dan putra juga dipisah,’’ terang suami Hj Nuryanah yang setelah menikah tinggal di kampung istrinya itu.


Kiai yang mengaku dulu memilih S1 matematika karena hobi itu, juga menambahkan, saat ini di pesantrennya juga ada program menghafalkan Al-Qur’an.’’Kalau awalnya dan sampai saat ini khasnya tetap kuning. Masih ada ngaji sorogan. Di antara kitab yang saya asuh adalah I’lal, ’Awamil, dan Jurumiyah,’’ imbuh bapak 5 anak itu yang lahir di Panongan, Kabupaten Tangerang, tersebut.


Kiai Hafis mengaku mengidolakan Abah KH Muhtadi, ulama kharismatik asal Pandeglang, Banten. Sebab, termasuk jalur sanad keilmuannya. Selain itu, dia juga punya keinginan, suatu ketika bisa mendirikan perguruan tinggi umum dan pesantren khusus manula (manusia lanjut usia).’’Di antara pesan salah satu guru, punya santri banyak jangan bangga, santri sedikit jangan sedih,’’ tutupnya. (Mutho)