Tangerang Selatan, NU Online Banten
Kepergian KH Muhammad Mas'ud untuk selama-lamanya tentu menyisakan duka mendalam. Tak terkecuali warga Nahdlatul Ulama (NU). Termasuk Sehabudin, santri yang sejak kecil mengaji kepada Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Banten itu.
’’Begitu kehilangan. Sejak kecil mengaji. Kebetulan ketika itu, rumah beliau dengan orangtua saya, hanya terpaut beberapa rumah,’’ ujar pria yang saat ini adalah ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) PWNU Banten itu kepada NU Online Banten, Ahad (16/7/2023) malam.
Sehab—sapaan akrabnya—yang kini rumahnya tidak sedekat dulu karena pindah, tapi masih di Lebak merasa kiai kelahiran Pandeglang, 15 November 1940 itu. ’’Mengajinya merasuk. Mengubah hidup saya. Pandangan hidup dan keagamaan, termasuk terkait NU. Sangat membekas,’’ kenangnya.
Hingga saat sudah dewasa, Sehab masih kerap mengaji. Termasuk saat Ramadhan tahun lalu. Pengasuh dan pimpinan Pondok Pesantren Al Hidayah Lebak Picung itu menggelar pengajian di Yayasan Bait El Harokah yang dipimpin Sehabudin. ’’Ngaji Pasaran (Pasanan) Kitab Tijan. Luar biasa kalau terkait ngajar ngaji. Istiqamah,’’ imbuhnya.
Seperti diberitakan, KH Muhammad Mas'ud, ulama asal Lebak Picung, Lebak, Banten, wafat pada Ahad (16/7/2023) sehabis maghrib. ’’Ya, Mama KH M Mas'ud wafat. Usianya 83 tahun,’’ ujar Sehabudin, santri KH Muhammad Mas'ud.
Suami almarhumah Hj Mimi Suryati itu termasuk pendiri NU di Lebak. ’’Sebelumnya yang saya tahu, sudah sakit. Makin drop sekitar 3 bulan terakhir setelah istri beliau meninggal. Beliau ahli fiqih, alat, dan falak,’’ imbuh Sehab—sapaan akrab Sehabudin.
Pengasuh dan pimpinan Pondok Pesantren Al Hidayah Lebak Picung itu meninggalkan enam putra dan lima putri. Dikutip dari buku Jejak Nahdliyin Sejarah, Kiprah, dan Mimpi NU Lebak, Banten, putra dan putrinya adalah Eneng Maisaroh, KH Ahmad Izzudin, Ahmad Taqiyudin, Faesaludin, Siti Mahmudah, Ni’matullah, dan Ahmad Furqon. Kemudian Erna Fauziyah, Rika Azizah, Tuti Alawiyah, dan Fauzan Hamdi.
Sanad keilmuan Kiai Mas’ud di antaranya menimba ilmu di Pondok Pesantren Mengger, Banjar, Pandeglang; Pondok Pesantren Al Hidayah Lebak Picung, asuhan Mama KH Surya; Pondok Pesantren Bojong Menteng, Serang, asuhan KH YUsa dan KH M Arsad; Pondok Pesantren Cangkudu, Serang, asuhan KH Abdussalam, KH Husen, dan KH Muhammad; dan Pondok Pesantren Kadu Kawang, Pandeglang, asuhan KH Sanja. Di pesantren terakhir itu, spesifik Kitab Alfiyah (nahwu).
Belajar juga di Pondok Pesantren Leuwijaksi, Lebak, yang diampu oleh KH Sukaris; Pondok Pesantren Cibeureum, Sukabumi, asuhan KH Mahmud (balaghah); belajar ilmu hisab di Nagrak, Kaluwung, Luwuk, Cianjur dari ajengan KH Jazuli; dan ngaji di KH Bustomi.
Kiprah Kiai Mas’ud di NU sangat terlihat. Tak heran jika disebut sebagai tokoh NU Banten. Pada 1964 sudah aktif di Gerakan Pemuda Ansor. Pernah sebagai katib Syuriyah PCNU Lebak era Rais Syuriyah KH Hasanudin. Setelah itu sebagai rais Syuriyah PCNU Lebak, setidaknya empat periode.
Selain itu, pernah menjadi anggota DPRD beberapa kali. Juga menjadi ketua Bazda Lebak, 1998-2007; Wakil Ketua MUI Lebak, 1997-2007; pengurus Dewan Pendidikan Lebak; dan pengurus FKUB Banten.
Pewarta: M Izzul Mutho
Terpopuler
1
Dakwah Harus Berbentuk Aksi Nyata, Bukan Hanya Berhenti di Atas Mimbar
2
Temui Menkum, Mudir 'Ali Sampaikan Keabsahan JATMAN 2024-2029
3
Sampaikan Belasungkawa, Presiden Prabowo Ingat Momen Paus Fransiskus ke Jakarta
4
Khutbah Jumat: Balasan Kebaikan Adalah Kebaikan Selanjutnya
5
Ketum PBNU Respons Kritik AS soal Aturan Sertifikasi Halal di Indonesia
6
Sampaikan Dukacita, Ketum PBNU Kunjungi Kedubes Vatikan
Terkini
Lihat Semua