Tak Perlu Galau Gelar Istighotsah, Haul, dan Sejenisnya, Ini Alasan Pendiri NU dalam Qanun Asasi
Rabu, 27 Agustus 2025 | 15:48 WIB
Tangerang Selatan, NU Online Banten
Warga Nahdlatul Ulama (NU) atau Nahdliyin tak perlu galau menggelar atau mengikuti kegiatan seperti majelis ilmu dan majelis dzikir, istighotsah, manaqiban, lailatul ijtima, haul, Maulid, Rajaban, dan sejenisnya. ’’Hal tersebut bukan bagian dari bid’ah tercela yang bertentangan dengan sabda Nabi Muhammad saw,’’ ujar Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangerang Selatan (Tangsel) Kiai Muhammad Hanifuddin saat ngaji Kitab Syarhun Lathifun ‘ala Muqaddimatil Qanunil Asasiyyi li Jam’iyyati Nahdatil Ulama di Lantai 3 Graha Aswaja NU Tangsel, Ciputat, Tangsel, Selasa (26/8/2025) malam.
Sebaliknya, lanjutnya, seperti yang tersebut merupakan bagian dari kebaikan yang diperintahkan oleh Islam. ’’Bagian dari ilmu, silaturahim, sedekah, dan lainnya yang merupakan bentuk kebaikan yang diperintahkan dalam Al-Qur’an dan hadits,’’ imbuh kiai berkacamata asal Sragen, Jawa Tengah, tersebut.
Malam itu, santri almaghfurlah KH Ali Mustafa Yakub, pendiri Pondok Pesantren Darus-Sunnah, Tangsel, itu membaca kitab mulai halaman 43, ayat keenam, hingga halaman 45. Ayat ke-17 dan 18 Surat Az Zumar tersebut dijadikan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, sebagai rujukan dalam Qanun Asasi. Fabasysyir ‘ibadil ladzina yastami’unal qaula fayattabi’una ahsanahu. Ulaikal ladzina hadahumullahu. Wa ulaika hum ulul albab.
’’Berilah kabar gembira kepada hamba-Ku. Kabar gembira tersebut adalah dua kampung; dunia dan akhirat. Ahsanahu di situ adalah ayat Al-Qur’an untuk kebaikan mereka,’’ kata pria yang pernah sembilan tahun menimba ilmu di Pondok Pesantren Ringinagung, Kediri, Jawa Timur, itu membacakan tafsir ayat tersebut.
Â
Ayat tersebut, lanjutnya, menunjukkan bahwa mendengarkan dengan seksama nasihat yang baik, nasihat-nasihat agama dan menjalankannya merupakan wasilah, perantara, memeroleh petunjuk dan pertolongan dari Allah.’’Dan kesuksesan dunia dan akhirat. Maka memperbanyaklah dengan niat ikhlas menghadiri aktivitas-aktivitas seperti hadir di majelis ilmu dan dzikir serta istighotsah serta sejenisnya,’’ terang dosen Pondok Pesantren Darus-Sunnah, itu.
Sekadar diketahui, ngaji kitab rutin ini dilaksanakan setiap Selasa malam. Satu rangkaian dengan istighotsah dan pembacaan Shalawat Nariyah yang digelar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangsel.
Perlu diketahui juga, Mukaddimah Qanun Asasi disusun Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari. Dalam menulis qanun asasi itu, Hadratussyekh merujuk sebanyak 39 ayat dan 9 hadist sebagai pijakan. Sedangkan Kitab Syarhun Lathifun ‘ala Muqaddimatil Qanunil Asasiyyi li Jam’iyyati Nahdatil Ulama ditulis Khoiruddin Habziz, santri dan pengurus Ma’had Aly Situbondo, Jawa Timur. Kitab ini diberi pengantar oleh Wakil Rais ’Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Afifuddin Muhajir, yang juga mengajar di Ma’had Aly Situbondo. (Mutho)
Terpopuler
1
Dilantik Katib 'Aam PBNU, Berikut Susunan Lengkap PWNU Banten 2025-2030
2
Dzikir-Doa dari Cempaka Putih, Isi Kemerdekaan dengan Penguatan Spritual
3
Ribuan Warga NU Siap Hadiri Pelantikan PWNU Banten 2025-2030
4
Ketua PCNU Lebak: Berkhidmat di NU Adalah Mondok
5
Jadi Santri Itu Harus Terus Bergerak dan Menggerakan Supaya Berkah
6
Muslimat NU Menjaga Keluarga, Masyarakat, dan Negara
Terkini
Lihat Semua