Nasional

Pengurus NU Harus Punya Kecakapan Memimpin

Rabu, 6 Agustus 2025 | 16:50 WIB

Pengurus NU Harus Punya Kecakapan Memimpin

Ngaji Kitab Syarhun Lathifun ‘ala Muqaddimatil Qanunil Asasiyyi li Jam’iyyati Nahdatil Ulama di Lantai 2 Graha Aswaja NU Tangsel, Ciputat, Tangsel, Selasa (5/8/2025) malam. (Foto: NUOB/Mutho)

Tangerang Selatan, NU Online Banten

Warga Nahdlatul Ulama (NU), khususnya para pengurus, harus mempunyai kemampuan dan kecakapan dalam memimpin.’’Sehingga memudahkan memberi solusi permasalahan organisasi, memikirkan manajemen yang tepat, dan menyusun kebutuhan yang bersifat keagamaan, kemasyarakatan, dan politik dengan segala persoalannya,’’ ujar Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangerang Selatan (Tangsel) Kiai Muhammad Hanifuddin saat ngaji Kitab Syarhun Lathifunala Muqaddimatil Qanunil Asasiyyi li Jam’iyyati Nahdatil Ulama di Lantai 2 Graha Aswaja NU Tangsel, Ciputat, Tangsel, Selasa (5/8/2025) malam.


Dijelaskan pada halaman ke-38, kecakaapan dan kemampuan dalam memimpin di antaranya dengan bekal kemampuan strategi dan sejenisnya serta mempunyai kemampuan pemahaman yang tepat. ’’Kecakapan dan kemampuan tersebut yang akan mengantarkan tujuan akhir yang positif untuk kebaikan umat, baik sebagai individu maupun jamaah,’’ terang kiai berkacamata asal Sragen, Jawa Tengah, tersebut.



Kiai Hanif yang membaca kitab mulai halaman 36 itu melanjutkan, pengurus NU ketika merumuskan masalah harus tahu peta persoalan yang ada.’’Merumuskan menjadi program berasal dari permasalahan yang terjadi di masyarakat atau warga NU, sehingga menjadi solusi,’’ kata pria yang pernah sembilan tahun menimba ilmu di Pondok Pesantren Ringinagung, Kediri, Jawa Timur, itu.



Malam itu mengaji ayat ketiga dalam qanun asasi. Ayat tersebut diambil dari Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 269. Waman yu’tal hikmata faqad utiya khairan katsiran.’’Barang siapa diberi hikmah, sungguh diberi kebaikan yang banyak,’’ ucapnya membaca arti ayat tersebut.


Tafsir ayat tersebut, lanjutnya, kata hikmah diartikan sebagai ketepatan antara ucapan, tindakan, dan pikiran. Adapun kebaikan yang banyak adalah diberikan kebaikan di dunia dan akhirat. ’’Imam Ar-Razi berkata, yang dimaksud dengan hikmah biaa berupa ilmu, juga bisa perbuatan positif,’’ tambah santri almaghfurlah KH Ali Mustafa Yakub, pendiri Pondok Pesantren Darus-Sunnah, Tangsel, itu.

 


Sedangkan Imam Muqatil bin Sulaiman mengatakan, tafsir hikmah di dalam Al-Qur’an ada empat arti. Nasihatnya Al-Qur’an, kepahaman dan ilmu, kenabian, serta Al-Qur’an dan keterangan terkait rahasia yang menakjubkan. ’’Semua itu sejatinya kembali ke ilmu. Dan Allah memberi ke kita ilmu hanya sedikit,’’ pungkas dosen Pondok Pesantren Darus-Sunnah Ciputat, itu.



Sekadar diketahui, ngaji kitab rutin ini dilaksanakan setiap Selasa malam. Satu rangkaian dengan istighotsah dan pembacaan Shalawat Nariyah yang digelar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangsel.


Perlu diketahui juga, Mukaddimah Qanun Asasi disusun Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari. Dalam menulis qanun asasi itu, Hadratussyekh merujuk sebanyak 39 ayat dan 9 hadist sebagai pijakan. Sedangkan Kitab Syarhun Lathifun ‘ala Muqaddimatil Qanunil Asasiyyi li Jam’iyyati Nahdatil Ulama ditulis Khoiruddin Habziz, santri dan pengurus Ma’had Aly Situbondo, Jawa Timur. Kitab ini diberi pengantar oleh Wakil Rais ’Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Afifuddin Muhajir, yang juga mengajar di Ma’had Aly Situbondo. (Mutho)