Banten Raya

Makna Idul Fitri dan Pesan Ketua PCNU Kabupaten Serang dan Cilegon

Ahad, 30 Maret 2025 | 18:37 WIB

Makna Idul Fitri dan Pesan Ketua PCNU Kabupaten Serang dan Cilegon

Ilustrasi Idul Fitri. (Grafis: NUOB/Kholil Ahya)

Tangerang Selatan, NU Online Banten
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Serang H Muhammad Robi Ulfi Zaini Thohir mengatakan, Idul Fitri adalah kembali ke fitrah. ’’Kita sebagai manusia. Kita sebagai hamba Allah. Dan kita sebagai anak bangsa,’’ ujarnya ketika merespons NUOB saat dihubungi melalui aplikasi perpesanan, Ahad (30/3/2025).


Pengasuh Pondok Pesantren Moderat At-Thohiriyah Pelamunan menambahkan, Idul Fitri merupakan sebuah momentum tepat untuk membuka lembaran baru (arti Syawal) untuk terlahir kembali menjadi manusia yang sesungguhnya, hamba Allah yang makin menghamba hanya kepada-Nya, dan sebagai anak bangsa terus yang berjuang tanpa pamrih.



Pada kesempatan itu, Gus Robi—sapaan akrabnya—berpesan kepada Nahdliyin di Kabupaten Serang agar saling maaf-memaafkan. ’’Saling mensupport untuk terus meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan, ubudiyah, serta wathaniyah bagi nusa, bangsa, dan agama kita,’’ ajaknya.


Dihubungi terpisah, Ketua PCNU Cilegon H Erick Rebiin menyampaikan, Idul Fitri secara harfiah memiliki arti kembali kepada fitrah, sebagaimana setiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, suci tanpa dosa. ’’Maka secara hakikat Idul Fitri adalah kembalinya manusia kepada fitrahnya sebagaimana permulaan dilahirkan. Kembali menjadi fitrah setelah satu bulan beribadah menjalankan ibadah puasa,’’ katanya.


Dijelaskan, Idul fitri sangat penting bagi umat Islam, karena bukan hanya sebagai perayaan kemenangan setelah menjalankan ibadah puasa selama satu bulan.’’Tetapi juga merupakan momen untuk saling bermaafan, saling bersilaturahim yang merupakan fondasi untuk menjaga kesatuan umat IsIam,’’ terangnya.



Dia pun berpesan untuk warga NU, khususnya Cilegon, bahwa Lebaran bukan sekadar pakaian baru, bukan sekadar pesta makan.’’Lebaran merupakan peningkatan ketaatan beribadah dan peningkatan kepedulian terhadap sesama manusia. Juga menyadari bahwa kita sudah kembali fitrah, kembali menjadi jati diri sebagai manusia sebagaimana permulaan diciptakan manusia yang fitrah tanpa dosa,’’ pungkasnya. (Mutho)