Khutbah Jumat: Puasa dan Jihad Akbar

Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan menjalankan segala perintah perintahNya dan menjauhi larangan-Nya. Semoga kita selalu mendapat rahmat dan inayah dari Allah subhanahu wa ta'ala. 

Kaum Muslimin rahimakumullah

Kini tiba kita memasuki hari-hari akhir Bulan Ramadhan, dan kita akan segera  ditinggalkannya. Kendati dengan berat hati, kita harus rela melepas kepergian Ramadhan. Harapannya semoga Allah karuniakan kepada kita panjang usia, dan dapat bersama lagi dengan Ramadhan di tahun yang akan datang. Amin. 

Kaum Muslimin rahimakumullah

Ibadah puasa yang kita tunaikan pada intinya adalah menahan diri dari segala yang diinginkan oleh nafsu. Maka puasa ibarat perang melawan nafsu, merupakan jihad akbar. Dengan menunaikan puasa dapat menahan dari penghambaan terhadap kebiasaan buruk, dan juga dari ajakan nafsu  syahwat. Karena nafsu jika menguasai kita, niscaya senantiasa mendorong pada tindakan buruk dan jahat yang akan merugikan diri kita sendiri. Firman  Allah dalam Al-Qur’an:  

''Dan Aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Yusuf: 53) 

Kaum Muslimin yang berbahagia

Puasa Ramadhan merupakan tarbiyatun nafsi, mendidik dan memerangi hawa nafsu, agar nafsu tunduk dan jinak, tidak lagi ganas dan buas. Maka kewajiban puasa hakikatnya merupakan rahmat Allah agar manusia tidak kehilangan sifat  kemanusiannya sebagai makhluk Allah yang paling mulia.

Sebagaimana firman Allah:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ 

 

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS At Tin: 4) 

Sehingga puasa akan memerdekakan jiwa kita. Manakala jiwa kita telah merdeka, niscaya sulit ditarik dan didorong dan diperhamba oleh nafsu  syahwat. Kenikmatan dunia yang semu tak akan memperdaya kita menjerumuskan ke jalan yang di murkai Allah. Jiwa yang merdeka akan menjadi  panguasa atas pribadinya, ia akan terhormat dan mulia dihiasi akhlak dan kepribadian yang luhur.  Sesuai dengan sabda Nabi yang artinya kurang lebih: 

“Kaya itu bukanlah banyaknya harta. Namun kaya yang sebenarnya adalah kaya hati.” (HR Bukhari dan Muslim) 

Manakala manusia hidupnya senantiasa hanya untuk memuaskan keinginan nafsunya, berarti ia telah menjadi budak nafsunya, dan telah kehilangan fitrah kemuliaannya, terjerumus pada lembah kehinaan, akhirnya ia terjerembab pada derajat yang sangat hina, hewan melata lebih mulia daripada manusia semacam ini. Sebagaimana firman Allah ta’ala:  

''Kemudian, kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya.'' (QS At Tin: 5) 

Kaum Muslim yang berbahagia Akhir kata semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya pada kita semua, dan seluruh amal ibadah kita di Bulan Ramadhan ini diterima di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.