Nasional

Kapan 1 Ramadhan 1446 H? LF PBNU Rilis Data Hilal

Kamis, 27 Februari 2025 | 23:41 WIB

Kapan 1 Ramadhan 1446 H? LF PBNU Rilis Data Hilal

Ilustrasi pemantauan hilal. (Foto: Dok NUO)

Jakarta, NU Online Banten

Lembaga Falakiyah (LF) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) merilis data hilal jelang Ramadhan 1446 H melalui Informasi Hilal Awal Ramadhan 1446 H pada 29 Sya’ban 1446 H/28 Februari 2025 M di Indonesia yang dikeluarkan Rabu (26/2/2025). Data hisab ini merupakan hasil perhitungan LF PBNU dilakukan untuk Jumat Legi 29 Sya’ban 1446 H yang bertepatan dengan 28 Februari 2025 M pada titik Gedung PBNU Jl Kramat Raya, Jakarta, dengan koordinat 6º 11’ 25” LS 106º 50’ 50” BT.


Perhitungan ini dilakukan berdasarkan perhitungan metode ilmu falak (sistem hisab) jama’i atau tahqiqy tadqiky ashri kontemporer khas Nahdlatul Ulama. 



Data hisab menunjukkan bahwa ketinggian hilal mar’ie +3 derajat 49 menit 45 detik, sedangkan elongasi hilal haqiqi 6 derajat 06 menit 12 detik. Meskipun hilal sudah di atas ufuk dan di atas 3 derajat, tapi hilal masih berada di bawah kriteria imkanur rukyah. Hal ini mengingat elongasi belum mencapai 6,4 derajat. Adapun ijtimak atau konjungsi terjadi pada Jumat Legi 28 Februari 2025 M pukul 07:45:14 WIB. Sementara letak matahari terbenam berada pada posisi 7 derajat 55 menit 00 detik selatan titik barat, sedangkan letak hilal berada 6 derajat 00 menit 10 detik selatan titik barat dengan kedudukan hilal 1 derajat 54 menit 50 detik utara matahari dalam keadaan hilal miring ke utara. Lama hilal di atas ufuk 19 menit 10 detik.


LF PBNU juga merilis data hilal di sejumlah kota lainnya di Indonesia, khususnya ketinggian terkecil dan terbesar. Parameter hilal terkecil terjadi di Kota Merauke, Papua Selatan, dengan tinggi hilal mar’ie +2 derajat 52 menit, elongasi hilal haqiqy 4 derajar 54 menit dan lama hilal di atas ufuk 15 menit 10 detik.


Sedangkan parameter hilal terbesar terjadi di Kota Lhoknga, Aceh, dengan tinggi hilal mar’ie +4 derajat 25 menit, elongasi hilal haqiqy 6 derajat 28 menit dan lama hilal di atas ufuk 22 menit 55 detik.  


Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga merilis data perhitungan hilal jelang Ramadhan 1446 H dalam Informasi Prakiraan Hilal saat Matahari Terbenam Tanggal 28 Februari 2025 M (Penentu Awal Bulan Ramadan 1446 H).


Dalam informasi itu, dijelaskan bahwa konjungsi akan terjadi pada Jumat, 28 Februari 2025 M, pukul 0.44.38 UT atau Jumat, 28 Februari 2025 M, pukul 7.44.38 WIB atau Jumat, 28 Februari 2025 M, pukul 8.44.38 WITA atau Jumat, 28 Februari 2025 M, pukul 9.44.38 WIT, yaitu saat nilai bujur ekliptika matahari dan bulan tepat sama 339,67 derajat.


Periode sinodis bulan terhitung sejak konjungsi sebelumnya (awal Sya’ban 1446 H) hingga konjungsi yang akan datang (awal bulan Ramadan 1446 H) adalah 29 hari 12 jam 9 menit.  


Di wilayah Indonesia pada 28 Februari 2025, waktu matahari terbenam paling awal adalah pukul 17.54.26 WIT di Waris, Papua, dan waktu matahari terbenam paling akhir adalah pukul 18.51.31 WIB di Banda Aceh, Aceh.


Dengan memperhatikan waktu konjungsi dan matahari terbenam, dapat dikatakan konjungsi terjadi sebelum matahari terbenam 28 Februari 2025 di wilayah Indonesia. 


Adapun ketinggian hilal di Indonesia saat matahari terbenam pada 28 Februari 2025, berkisar antara 3.02 derajat di Merauke, Papua sampai dengan 4.69 derajat. Di Sabang, Aceh dengan besaran elongasi berkisar antara 4.78 derajat. Di Waris, Papua sampai dengan 6.4 derajat di Banda Aceh, Aceh.  


Melalui laporan yang sama, BMKG mengingatkan bahwa pada saat rukyatul hilal, ada sejumlah benda astronomis yang berpotensi dianggap hilal padahal lain, seperti venus atau merkurius yang merupakan planet, bisa berupa sirius yang merupakan bintang, dan banyak lainnya. "Adanya objek astronomis lainnya ini berpotensi menjadikan pengamat menganggapnya sebagai hilal," demikian termaktub di dalamnya.


Sebab pada 28 Februari 2025, dari sejak matahari terbenam hingga bulan terbenam terdapat saturnus dan merkurius yang jarak sudutnya lebih kecil daripada 10 derajat dari bulan.

 


Melihat data tersebut, keputusan sidang isbat dan ikhbar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) harus menunggu informasi hasil dari rukyatul hilal yang digelar di sebagian wilayah Aceh tersebut. Sebab, hanya di sanalah, kesaksian yang dapat melihat hilal bisa diterima. Sedangkan jika ada yang dapat melihat hilal di wilayah bagian timur Aceh dapat tertolak karena ketinggiannya yang belum memenuhi kriteria kemungkinan hilal dapat terlihat. “Sehingga NU fokus konsentrasi rukyatul hilal di wilayah Aceh. Wilayah di luar Aceh itu dalam kategori belum pada parameter imkanur rukyah,” kata Guru Besar Ilmu Falak UIN Walisongo Semarang KH Ahmad Izzuddin kepada NU Online, Rabu (19/2/2025).


Oleh karena itu, Kiai Izzuddin menegaskan bahwa keputusan awal Ramadhan 1446 H perlu menunggu hasil sidang isbat dari pemerintah dan ikhbar yang akan disampaikan PBNU berdasarkan hasil rukyatul hilal yang akan dilakukan pada Jumat (28/2/2025). “Kita tunggu saat detik-detik rukyatul hilal yang akan dilaksanakan pada hari Jumat 28 Februari 2025,” kata Pengurus Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) itu.


Ia meminta warga NU di wilayah Indonesia Timur dan Indonesia Tengah untuk bersabar menunggu keputusan dan ikhbar PBNU. "Dalam waktu sekitar pukul 19.00 akan segera diumumkan hasil pengamatan rekap pengamatan hilal di seluruh Indonesia. Harapannya kita benar-benar beribadah dengan dasar yang kuat terhadap konsep shumu lirukyatihi wa afthiru lirukyatihi,” katanya.


Potensi beda Awal Ramadhan 1446 H berpotensi berbeda karena hanya sebagian wilayah Aceh saja yang memenuhi kriteria imkanur rukyah. Di sisi lain, Muhammadiyah sudah menetapkan awal Ramadhan 1446 H jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025 berdasarkan kriteria wujudul hilal, yaitu ketika hilal sudah positif di atas ufuk saat matahari terbenam, sehingga diputuskan sudah masuk bulan baru.


Sementara NU dan pemerintah menunggu hasil rukyatul hilal yang didasarkan atas hisab yang akan dijadikan pertimbangan dalam penetapan awal bulan Hijriah. “NU dan pemerintah yang mencoba untuk memfasilitasi metode hisab dan rukyah sebagai metode untuk saling melakukan konfirmasi,” katanya. Jika hilal berhasil diobservasi di wilayah Aceh yang telah memenuhi kriteria imkanur rukyah, maka awal Ramadhan 1446 H bisa berjalan bersama-sama, yakni pada Sabtu, 1 Maret 1446 H. Namun, jika hilal tidak dapat teramati, tentunya NU akan mengambil keputusan istikmal, yaitu menyempurnakan bulan Sya’ban pada umur 30 hari.



“Tentunya (awal Ramadhan 1446 H) akan mundur satu hari, pada Ahad 2 Maret 2025, sehingga potensi untuk perbedaan masih mungkin terjadi,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Lifeskill Daarun Najaah Semarang, Jawa Tengah, itu, dilansir NU Online. (Muhammad Syakir NF)