Nasional

Soal Wacana Makan Bergizi Gratis dari Zakat, Ini Respons Ketum PBNU

Selasa, 14 Januari 2025 | 13:45 WIB

Soal Wacana Makan Bergizi Gratis dari Zakat, Ini Respons Ketum PBNU

Ilustrasi. Menu MBG di SDN Slipi 11 Jakarta, Selasa (7/1/2025). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online Banten

Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf merespons wacana pendanaan makan bergizi gratis (MBG) untuk para siswa melalui uang zakat yang dikeluarkan oleh lembaga zakat, infak, dan sedekah (ZIS). Menurutnya, pendanaan melalui zakat perlu dikaji lebih lanjut, karena penerima dari uang zakat sudah ada kategorinya dalam aturan agama Islam.



"Zakat harus dikaji lagi yang nerima siapa dulu nih? Kalau dikhususkan untuk anak-anak miskin itu bisa. Kalau umum dan untuk semua orang, nah ini untuk zakat ini harus lebih hati-hati," katanya usai jumpa pers penandatanganan nota kesepahaman pendirian Pusat Komunitas Tangguh dan Kewirausahaan Sosial di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Senin (13/1/2025).


Diketahui, wacana itu datang dari Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Sultan Najamuddin yang menilai dana pemerintah belum mencukupi untuk menjalankan program unggulan pemerintahan Prabowo.

ADVERTISEMENT BY OPTAD



Terkait perincian penerima zakat, lanjut Gus Yahya—sapaan KH Yahya Cholil Staquf--, pemerintah perlu mengkaji secara serius yang menjadi target penerima manfaat dari lembaga ZIS yang dibuat menjadi program MBG. "Ini harus diterima oleh kelompok-kelompok spesifik yang di dalam wacana MBG sebagai asnaf yang menjadi target yang diperbolehkan menerima zakat," jelasnya, dilansir NU Online.



Selain zakat, Gus Yahya melihat adanya potensi dana yang dapat digunakan untuk membiayai MBG tersebut. Ia mengatakan infak dan sedekah memiliki aturan yang lebih longgar ketimbang penggunaan uang zakat.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND



Instruksi kepada LAZISNU

Secara jelas, Gus Yahya menginstruksikan kepada Lembaga Amil, Zakat, Infak, dan Sedekah (LAZISNU) untuk ikut serta dalam mengembangkan program-program pemanfaatan dana yang tujuannya kurang lebih sama seperti MBG. "Program-program peningkatan gizi untuk siswa jadi yang sekarang sudah kami order ke LAZISNU dan sedang dikerjakan oleh LAZISNU, design untuk memberikan gizi tambahan bagi siswa-siswa. Mungkin akan lebih murah dan tidak selengkap yang diagendakan pemerintah, tapi secara signifikan menambah asupan gizi bagi anak-anak sekolah," jelasnya.


Gus Yahya sendiri telah mempelajari beberapa daerah yang merupakan daerah kerja yang produktif dari LAZISNU untuk memberi tambahan asupan gizi seperti susu, telur, dan kacang hijau. "Tambahan gizi seperti itu bisa sangat memungkinkan," imbuhnya.


Sampai saat ini, Gus Yahya mengaku masih berkomunikasi secara intens dengan pihak penyedia MBG, seperti dari Badan Gizi Nasional dan pihak pemerintah. Terlebih lagi, beberapa pesantren, kata Gus Yahya sudah dijadikan percontohan untuk pesantren-pesantren lainnya. "Nanti ada dua area kerja yang bisa kita tangani, tentu pengadaan makan gratis itu sendiri, artinya masaknya (dan) membaginya kepada siswa dan santri. Dan juga (penyediaan) mulai dari bahan-bahannya yang melibatkan UKM (usaha kecil dan menengah) di lingkungan NU," terangnya. (Haekal Attar)

ADVERTISEMENT BY OPTAD

ADVERTISEMENT BY ANYMIND