• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Kamis, 28 Maret 2024

Banten Raya

Bahas Soal Gender, Fatayat NU Tangsel Adakan Bincang Santai

Bahas Soal Gender, Fatayat NU Tangsel Adakan Bincang Santai
Bincang santai dengan tajuk 'Keadilan dan Kesetaraan Gender, Pola Relasi dalam Lingkup Keluarga Maslahat'. (Foto: Istimewa)
Bincang santai dengan tajuk 'Keadilan dan Kesetaraan Gender, Pola Relasi dalam Lingkup Keluarga Maslahat'. (Foto: Istimewa)

Tangerang Selatan, NU Online Banten
Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Tangerang Selatan divisi Sosial, Ekonomi dan Budaya berkolaborasi bersama pimpinan anak cabang (PAC) Fatayat NU Pamulang, menggelar bincang santai dengan tajuk 'Keadilan dan Kesetaraan Gender, Pola Relasi dalam Lingkup Keluarga Maslahat'.


Dihadiri oleh 30 orang dari masing-masing PAC, acara bincang santai tersebut dilaksanakan di Situ Gintung, Ciputat Timur, pada Sabtu (26/3). Selain itu, acara bincang santai tersebut mengundang dua narasumber, Ketua LKP3A PP Fatayat Riri Khariroh dan Founder Gerai Lengkong Lista Hurustuatu.


Umi, Ketua Divisi Sosial, Ekonomi, Seni dan Budaya Fatayat NU Tangsel, mengungkapkan terima kasih kepada seluruh panitia dan peserta. Karena sudab berpartisipasi pada kegiatan kali ini. Ia berharap, melalui acara ini, perempuan dapat memperjuangkan hak-haknya. Dan terhindar dari diskriminasi gender.


Sebelum acara bincang santai, hadirin ditayangkan film pendek berjudul 'Wedok'. Sebuah film pendek tentang kesetaraan gender. 


Menurut Ketua PC Fatayat NU Tangsel, Nurul Mudrika. Kodrat perempuan bukanlah sebatas urusan domestik seperti menyapu, mencuci dan memasak. Kodrat perempuan yang hakiki, kata Mudrika, adalah menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui.


"Maka tidak sedikit perempuan yang merasa lelah dan enggan untuk berkarir karena beban yang ada dipundaknya bertumpuk-tumpuk." Kata Mudrika.


Mengutip penjelasan Ariny, Fatayat NU dari PAC Ciputat. Kesimpulan mengenai film pendek yang diputar tersebut. Mudrika menyampaikan, bahwa ada dua scene yang menceritakan masa lalu dan masa kini. Mengisahkan seorang anak perempuan dibatasi dalam gerak. Karena budaya patriarki di Indonesia khususnya di daerah Jawa.


"Dan di masa kini seorang anak dapat mengeluarkan aspirasinya karena perempuan pada masanya akan menjadi sekolah bagi anak-anaknya kelak." Imbuh Mudrika.


Ketua PC Fatayat NU Tangsel Nurul Mudrika berharap, kepada seluruh kader, setelah mengikuti kegiatan ini mesti membawa oleh-oleh ke rumah, yakni memulai dari diri sendiri untuk tidak mendiskriminasi perempuan lain. Karena menjadi perempuan saja sudah berat. 


"Seperti halnya perempuan belum memiliki skill, tidak menarik atau tidak menjadi keluarga konglomerat tidak akan dilihat. Maka poin utamanya adalah yakin apabila kita menjadi diri sendiri maka orang lain pun dengan sendirinya akan melihat kita." Tandasnya.


Editor:

Banten Raya Terbaru