Bentuk Nyata Kerukunan Umat Beragama di Tengah Kondisi Sulit
Kamis, 13 Mei 2021 | 09:24 WIB

Pelaksanaan Sholat Ied di Rukun Tetangga (RT) 008 RW 05, Perumahan Gria Jakarta Blok M, N, O, Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan. (Foto: Istimewa)
Ari Hardi
Penulis
Tangerang Selatan, NU Online Banten
Perayaan Idul fitri terasa cukup berbeda dalam 2 tahun terakhir, yaitu pada 2020 dan 2021, dibandingkan perayaan hari raya umat Islam ini pada tahun-tahun sebelum 2020.
Pandemi Covid-19 mulai Desember 2019 (di dunia) dan mulai Maret 2020 (di Indonesia) telah mengubah tatanan kehidupan sehingga membentuk sebuah kebiasaan baru, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan (3M).
Tidak hanya suasana Idul fitri, kondisi perekonomian juga sangat terpukul oleh pandemi ini. Hal ini dapat terlihat dari pertumbuhan ekonomi pada 2020 yang minus (-2,07%) atau terjadi resesi. Padahal, rerata pertumbuhan ekonomi pada beberapa tahun sebelumnya masih mencapai 4% - 5%.
Meskipun terasa berbeda, perayaan Idul fitri 1442 Hijriah ini justru semakin mempererat kerukunan antarumat beragama. Hal ini terlihat di sebuah komunitas terkecil, Rukun Tetangga (RT) 008 RW 05, Perumahan Gria Jakarta Blok M, N, O, Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan.
Pelarangan mudik untuk kedua kalinya selama Idul fitri (2020 dan 2021) membuat hampir seluruh warga tidak pulang ke kampung halaman, sebuah budaya yang rutin dilakukan sebelum adanya pandemi Covid-19.
Perumahan Gria Jakarta Blok M, N, dan O terdiri atas 144 rumah yang tergabung dalam satu RT. Warga di RT 008 ini cukup beragam, dari sisi agama maupun suku. Ada yang beragam Islam, Kristen, Katolik, dan lainnya serta berasal dari berbagai macam suku/budaya.
Selain itu, sejak awal, warga di RT 008 tidak pernah menggelar salat Idulfitri di lingkungan perumahan ini, yaitu sejak 2005, hampir 15 tahun. Kini untuk pelaksanaan Shalat Idul fitri 1442 H, warga RT 008 akhirnya bisa melaksanakannya di lingkungan RT sendiri.
Momentum Covid-19 dan pelarangan mudik, warga sepakat untuk menggelar shalat Ied di lingkungan sendiri dengan tujuan untuk mengurangi jamaah di masjid atau di tempat-tempat yang melaksanakan shalat Ied di luar lingkungan RT 008.
Akhirnya, pengurus RT 008 dan warga sepakat untuk memanfaatkan fasilitas umum seluas 650 M2 yang sebelumnya terbengkalai penuh dengan ilalang dan sampah, disulap dalam waktu 7 hari, menjadi sebuah lapangan yang sangat layak untuk pelaksanaan shalat Idul fitri.
Warga berdonasi untuk merapikan fasilitas umum (fasum) tersebut dengan limbah cor molen. Kemudian diratakan dengan mesin penggilar fibrasi foller. Warga baik muslim maupun nonmuslim bahu-membahu merapikan fasum agar dapat digunakan sebagai tempat shalat Idul fitri.
Momentum Idulfitri menjadi penyemangat warga RT 008 dalam membangun Fasum tersebut.
Selain untuk pelaksanaan shalat Idul fitri, fasum tersebut akan dimanfaatkan sebagai ruang serbaguna, seperti fasilitas olahraga, tempat berkumpul warga, dan keperluan lain yang bermanfaat bagi warga di lingkungan ini.
Kerukunan umat beragama yang identik dengan istilah toleransi ini terlihat saat pengurus menyiapkan fasilitas shalat Ied, yaitu menyiapkan mimbar dan sound system. Adalah FX Djoko yang akrab disapa Yoyok seorang Katolik. Dia membuat mimbar untuk tempat khotib. Sebuah bingkai persaudaraan dan bukti nyata kerukunan antarumat beragama. Bentuk toleransi dan kerukunan seperti ini sangat didambakan semua manusia di bumi ini.
Tidak hanya FX Djoko, warga lain yang beragama Nasrani, seperti Surato yang akrab disapa Pa’e, yang kebetulan menjadi Wakil Ketua RT 008, sangat getol dalam menyiapkan fasum ini hingga pelaksanaan salat Ied selesai. Bahkan, Surato, Yoyok, dan warga nonmuslim lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu juga ikut membantu menjaga ketertiban selama pelaksanaan shalat Ied. Sebuah pemandangan yang sangat damai.
Kebersamaan warga ini dimotori oleh H. Sarbini, Ketua RT 008 periode 2021 – 2024. Sarbini merasa sangat terharu melihat kebersamaan dan kerukunan antarumat beragama ini. Dia berharap kerukanan antarumat beragama seperti ini bisa terus dijaga secara konsisten.
“Alhamdulillah pelaksanaan shalat Idul fitri dapat berjalan dengan lancar dengan tetap mematuhi protokol kesehatan secara ketat, yaitu menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan. Ibadah ini semakin mempererat kerukunan warga sekaligus tetap mencegah penyebaran Covid-19,” tuturnya. Kamis (13/5)
Ibadah shalat Idul fitri berjalan lancar dan khusyu sekitar 300 jamaah dimulai pukul 07.00 dipimpin khotib Ustadz Ahzar Al Hafiz MA. Tema khutbah Idul fitri "Saling Memaafkan dan Berbagi di Tengah Kondisi Sulit".
Kontributor: Badrus Fata dan Sepudin Zuhri
Editor: Ari Hardi
Terpopuler
1
Menjaga Lingkungan Adalah Sunah Rasulullah
2
Hukum, Keutamaan, dan Niat Puasa Muharram, Termasuk Tasu’a dan Asyura
3
Kunci Bisnis Itu Fokus, Berani, dan Sinergi
4
Sinergikan Ekonomi Alumni Krapyak, Sanad Geber Silaturahim dan Kopdar Nasional
5
Kader NU Diharapkan Menjaga Marwah Organisasi-Teruskan Estafet Perjuangan Muassis NU
6
Ini Pangkal Polemik ODOL Menurut Konfederasi Sarbumusi
Terkini
Lihat Semua