• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Sabtu, 20 April 2024

Banten Raya

Bincang Santai Soal Gender, Riri Khoiroh: Sex adalah Jenis Kelamin

Bincang Santai Soal Gender, Riri Khoiroh: Sex adalah Jenis Kelamin
Ketua Lembaga Konsultasi untuk Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak (LKP3A) Pengurus Pusat Fatayat NU Riri Khariroh. (Foto: Istimewa)
Ketua Lembaga Konsultasi untuk Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak (LKP3A) Pengurus Pusat Fatayat NU Riri Khariroh. (Foto: Istimewa)

Tangerang Selatan, NU Online Banten

Perbedaan tentang sex, gender dan keadilan gender. Memberikan analogi terkait mitos dan fakta. Bahwa gender merupakan konstruksi sosial buatan manusia yang membedakan status antara perempuan dan laki-laki.

 

Demikian disampaikan oleh Ketua Lembaga Konsultasi untuk Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak (LKP3A) Pengurus Pusat Fatayat NU Riri Khariroh, pada saat bincang santai dengan tajuk 'Keadilan dan Kesetaraan Gender, Pola Relasi dalam Lingkup Keluarga Maslahat' di Situ Gintung, Ciputat Timur, Tangerang Selatan pada (26/3).

 

Sex adalah jenis kelamin

Riri Khoiroh menyampaikan, gender adalah konstruksi sosial masyarakat tentang harapan atas sifat, peran dan posisi yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Konstruksi ini meletakkan nilai lebih pada sifat, peran dan posisi laki-laki di dalam keluarga dan masyarakat.

 

"Kesetaraan gender adalah gambaran keseimbangan yang adil (fairness) dalam pembagian beban tanggung jawab dan manfaat antara laki-laki dan perempuan, yang didasari atas pemahaman bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan kebutuhan dan kekuasaan." Paparnya

 

Ia menuturkan, begitu pun dengan analogi mitos dan fakta, peserta diperlihatkan gambar laki-laki bermain boneka dan perempuan bermain mobil-mobilan, banyak kalangan yang mengatakan bahwa itu mitos, padahal kenyataannya itu merupakan fakta, tidak ada batasan untuk laki-laki dan perempuan hendak bermain boneka ataupun mobil-mobilan.

 

Kepada peserta, ia bercerita, bahwa anak gadis 15 tahun dinikahkan karena kondisi keuangan. Secara reproduksi maupun jiwa tidak kuat, namun setelah lima hari melahirkan digauli oleh suami, padahal dalam agama ada nifas, namun tetap terus digauli oleh suaminya yang menyebabkan meninggal, inilah yang menandakan masih ada kesenjangan gender.

 

"Padahal kota Tangerang Selatan adalah kota penyanggah dan banyak juga aktifis yang selalu menggaungkan tentang kesetaraan gender," Ujarnya

 

Menurut Riri, apabila suami mengatakan “Arrijalu qawwamu ala nisa sebagai kedok, pada kenyataannya makna dari kalimat tersebut adalah 'qawwamu' yang memiliki banyak arti salah satunya pelindung." Terang mantan Komisioner Komnas Perempuan Periode 2015-2019.


Editor:

Banten Raya Terbaru