Tangerang Selatan, NU Online Banten
Kepala Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam (Pakis) Kanwil Kemenag Banten Abdul Rojak mengatakan, pesantren merupakan kawah candradimuka kehidupan. Di pesantren seorang santri ditempa sedemikian rupa. ’’Mulai dari kemandirian, kedisiplinan, kesungguhan, kepedulian, dan kuatnya akal dalam mengenyam pembelajaran, khususnya ilmu-ilmu agama,’’ ujarnya kepada NUOB, Jumat (20/10/2023).
Belum lagi ditempa dengan riyadlah seperti puasa dan wiridan rutin. Sehingga, santri berproses dengan langsung melihat kiainya. ’’Dan yang tidak kalah pentingnya adalah akhlak. Di pesantren, seorang santri tidak bisa mengabaikan budi pekerti, adab, akhlak. Terhadap yang lebih tua, seusia, maupun yang di bawahnya. Sehingga, ilmu yang didapatkan juga dibarengi dengan akhlak mulia,’’ ungkapnya.
Tak hanya itu. Keyakinan akan keberkahan merupakan bagian terpenting dalam perjalanan santri. ’’Ilmu yang dipelajari berkah, bermanfaat. Dapat ditularkan dan dapat dijalankan dengan baik. Di sinilah ada hubungan rohani antara kiai, guru dengan santri, murid. Baik saat masih di lingkungan pesantren maupun setelah pulang atau boyong,’’ imbuhnya.
Rojak juga menggarisbawahi, begitu di tengah masyarakat, peran santri sangat dinanti. Tidak hanya di sektor pendidikan. Di birokrasi misalnya. Santri yang memiliki sifat tekun, disiplin, kerja keras, tanggung jawab, visioner, dan pantang menyerah ternyata sangat dibutuhkan dalam birokrasi. ’’Birokrasi yang identik pekerjaan di pemerintahan sangat perlu kecermatan dan ketekunan, sangat cocok birokrasi diisi oleh kaum santri. Di sinilah tantangan santri yang harus dijawab. Mampu atau tidak, agar ’’virus’’ positif di pesantren diejawentahkan dalam pekerjaan seahri-hari sebagai seorang birokrat,’’ pungkasnya. (M Izzul Mutho)