• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Selasa, 21 Mei 2024

Banten Raya

Kuncinya sampai ke Umat, Media Dakwah Hendaknya Mengikuti Zaman

Kuncinya sampai ke Umat, Media Dakwah Hendaknya Mengikuti Zaman
M Izzul Mutho (kanan depan) dari NU Online Banten saat mengisi Workshop Dai Digitalize. (Foto: NUOB: Singgih Aji Purnomo)
M Izzul Mutho (kanan depan) dari NU Online Banten saat mengisi Workshop Dai Digitalize. (Foto: NUOB: Singgih Aji Purnomo)

Kabupaten Serang, NU Online Banten

Media dakwah hendaknya bisa menyesuaikan dengan zaman. Seperti saat ini era digital, pada dai atau pendakwah ditantang mampu mengemas dakwahnya melalui teknologi digital. ’’Di antaranya melalui media sosial (medsos). Ada YouTube, WhatsApp, Facebook, Instagram, dan lain-lain. Kuncinya, pesan dari dakwah itu sampai kepada umat,’’ ujar M Izzul Mutho, pemred NU Online Banten, dalam Workshop Dai Digitalize dan ijazah asrorul lisan yang digelar Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Kabupaten Serang di Pondok Pesantren Jami’atul Ikhwan, Malanggah, Tunjung Teja, Kabupaten Serang, Banten, Sabtu (18/11/2023).



Pria yang pernah menimba ilmu di Ma’had Aly Al Munawwir Krapyak, Jogja, itu meyakinkan puluhan peserta yang hadir pentingnya dakwah digital dengan menunjukkan data dengan mengutip We Are Social. Disebutkan pria yang pernah mengajar di Universitas Mercu Buana Jakarta, Universitas Esa Unggul Jakarta, dan IISIP Jakarta, itu, setiap tahun pengguna medsos di Indonesia meningkat.


Berdasarkan hasil laporan We Are Social, pada 2020 terdapat 175,4 juta pengguna internet di Indonesia dan 160 juta pengguna aktif di medsos. Jika dibandingkan dengan 2019, maka mengalami peningkatan 10 juta orang Indonesia yang aktif di medsos. ’’Dari total populasi Indonesia yang berjumlah 272,1 juta jiwa, berarti sebesar 64 persen penduduk Indonesia telah mengakses ke dunia maya. Media sosial yang paling banyak kunjungi oleh dari paling teratas di antaranya Youtube, WhatsApp, Facebook, Instagram, Twitter, Line, FB Messenger, dan seterusnya,’’ jelas pria yang menyelesaikan S2 media dan politik itu.



Dipandu moderator Ghina Rofahiyah, selama sekitar 1 jam, pria asal Kudus, Jawa Tengah, yang mambawakan materi relevansi dakwah digital itu, melanjutkan, dengan pentingnya bergerak. ’’Ingat al harakah barakah. Bergerak itu berkah. Harus bergerak. Yang belum bisa digital, medsos, ya belajar. Yang sudah bisa, hendaknya memanfaatkan dengan mengisi konten-konten positif agar dakwah bisa tersebar sejauh-jauhnya dan bisa diakses banyak orang. Mulailah dari diri sendiri. Ibda’ binafsik,’’ terang pria yang pernah di Jurnal Khas Tasawuf Jakarta, Duta Masyarakat, Radar Kudus, dan INDOPOS Jakarta, tersebut.



Relevansi dakwah digital selain dapat diakses secara luas oleh siapa pun, kapan pun dan di mana pun sepanjang terkonek internet, juga bisa berinteraksi antara dai dan masyarakat. Sebagai contoh dan mudah dilacak di medsos saat ini, di antaranya, cara dakwah yang dilakukan oleh Gus Iqdam dari Blitar, Jawa Timur. ’’Dakwah dalam media digital dapat disampaikan dalam berbagai format, dari tulisan, gambar, hingga audio visual. Tinggal membuat kontek yang baik, berkualitas. Dan sekali lagi selain penyebaran yang cepat, mereka yang akan mencari bisa dengan mudah, karena jejak digital tetap ada asal tidak dihapus atau take down,’’ ungkap mantan wakil pemred INDOPOS Jakarta itu.



Paralel dengan itu, lanjut pria yang pernah meliput haji, multievent SEA Games, dan Asian Games, para dai hendaknya terus membekali kemampuan dirinya dan selalu mendekatkan diri kepada Allah agar tetap membumi. ’’Juga mencari tahu kebutuhan umat agar dakwah mengena dan kontektual. Dan meski sudah pakai media digital, tetap memperhatikan kiri kanannya, tetangganya, yang barang kali belum menggunakan teknologi digital. Dan, kalau sudah bicara medsos, harus tahan godaan dan sabar. Karena siapa pun bisa mengakses, tentu ada yang suka dan ada yang tidak, misal seperti ada yang membully,’’ terang pria yang di NUOB sejak akhir Desember 2022 itu.


Alumnus Madrasah Aliyah Tasywiqut Thullab Salafiyah Kudus itu  juga mewanti-wanti pentingya guru. Mereka yang mengakses medsos dapat memilah mana dai yang memang mempunyai guru dan sanadnya jelas. ’’Para dai juga harus punya sanad keilmuan, apalagi ilmu agama. Dakwah, mengajak kepada kebaikan harus dilakukan dengan cara yang baik. Tidak konfrontatif.  Bisa belajar dari Wali Songo saat menyebarkan Islam dengan memahami dan tidak menghilangkan budaya setempat. Mereka mampu membangun jaringan dakwah yang kuat, sehingga Islam dapat berkembang secara pesat. Metode dan strategi dakwah ala Wali Songo masih memiliki relevansi dan nilai yang berharga di era digital saat ini,’’ terang pria berkepala empat itu.  

 

Sekadar diketahui, selain ijazah yang diberikan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Jami’atul Ikhwan, Malanggah, Tunjung Teja, KH Tb Khudori Yusuf, yang juga rais Syuriyah Pengurus Cabang NU Kabupaten Serang dan Ketua MUI Kabupaten Serang, pembicara lain adalah dari Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Komaruzaman yang membawakan tema Tantangan Dakwah di Era Distruption. Kiai Khudori juga membahas fiqih dakwah. Ada juga Ketua LDNU Kabupaten Serang Budi Budiman menyampaikan soal media dakwah dan Juara Da'i Mitra Polri 2023 Ahmad Rifa'i berbagi soal retorika dakwah. NU Online Banten menjadi media partner dalam kegiatan yang dinakhodai oleh Achmad Syarif tersebut. (Singgih Aji Purnomo)


Banten Raya Terbaru