Khutbah

Khutbah Idul Adha 1445 H: Amaliah saat Hari Raya Kurban

Ahad, 16 Juni 2024 | 15:23 WIB

Khutbah Idul Adha 1445 H: Amaliah saat Hari Raya Kurban

Ilustrasi Idul Adha. (Freepik)

Khutbah I
  اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ
 اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ  اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
 اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَ الْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَ أَصِيْلاً  لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّهِ الْحَمْدُ. اَلْحَمْدُ لِلهِ، اَلْحَمْدُ لِلهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اَللهم صَلِّ وسَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الدِّين 
  أَمَّا بَعْدُ: فَيآ أَيُّهَا الْإِخْوَان، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ: أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ، وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. وَقَالَ تَعَالَ: يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيمُ
 

 
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat, jamaah Shalat Idul Adha rahimakumullah
Hari ini yang hadir di tempat yang mulia ini pasti merasakan, betapa besar nikmat-nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada kita semua. Bahkan nikmat tersebut tidak dapat dihitung dengan angka. Semua nikmat tersebut akan terus menemani kehidupan kita di dunia. Maka, bukanlah perkara yang berlebihan jika kita sambut semua nikmat tersebut dengan membiasakan diri untuk bersyukur kepada Allah.
 
Alhamdulillahirabbil alamin
Sebuah kalimat yang sederhana nan indah, ringan diucapkan dan memberatkan mizan. Marilah kita ucapkan dan resapi maknanya hingga terpatri di dalam lahir dan batin kita. Agar nikmat yang kita terima ini tetap abadi dan kita tetap yakin, bahwa Allah lah yang pada-Nya tidak ada yang tidak mungkin. Mudah-mudahan kita termasuk golongan Mukmin, yang senantiasa ditambah nikmatnya oleh Allah Sang Rabbul Alamin. Amin ya Rabbal alamin.   
 
Di antara nikmat yang tak bisa kita pungkiri saat ini, adalah umur panjang, kesehatan, dan kesempatan yang senantiasa mengiringi. Sehingga kita bisa merasakan nikmat ber-Hari Raya Idul Adha 1445 H bersama orang-orang yang kita cintai. Nikmat ini harus kita iringi juga dengan menguatkan takwa kepada Ilahi Rabbi, dengan menjalankan perintah-Nya yang suci dan meninggalkan larangan-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat 102:
 
 
  يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ    
 
Artinya: ”Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan jangan lah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” 
 
 
   اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ  
 
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat, jamaah Shalat Idul Adha rahimakumullah
Di dalam kalender Hijriah terdapat empat bulan haram yaitu Dzulhijjah, Dzulqadah, Muharram, dan Rajab. Keempat bulan ini sangat diagungkan dan dihormati oleh bangsa Arab terutama di era jahiliyah. Begitu istimewanya sampai-sampai mereka melarang dan mengaramkan melakukan berbagai macam bentuk maksiat dan kejahatan kepada sesama manusia atau kabilah. Di bulan tersebut mereka akan meningkatkan aktivitas ibadah dan keharmonisan hubungan sosial. Berbagai macam konflik yang biasa terjadi di antara kaum bangsa Arab dihindari. 
 
Seorang mufasir di era abad ke-15 dari kota di Iran bernama Nizamuddin Al Naisaburi, berkata, orang-orang jahiliyah melakukan kebiasaan tersebut berdasarkan ajaran nenek moyang mereka yang telah dilakukan secara turun temurun. Namun secara hakekat, kebisaan tersebut merupakan bagian ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail di dalam mengamalkan al dien al qayyim atau agama Islam. 
 
Bertepatan dengan itu, pada Dzulhijjah Allah memerintahkan kepada umat Islam untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Allah dengan melakukan ibadah yang hanya ada di Dzulhijjah yaitu ibadah haji dan berkurban. Kedua ibadah ini sangat identic dengan perjalanan hidup Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang penuh pengorbanan dan ketulusan di dalam rangka taqarub kepada Allah. Mereka tidak peduli dengan berbagai macam cobaan yang mendera. Ketika proses melaksanakan ibadah. Misalnya ketika Nabi Ibrahim mendapat perintah untuk berkurban dengan menyembelih putra tercintanya, Nabi Ismail. Ketika itu Nabi Ibrahim pun sempat menceritakan mimpinya kepada Nabi Ismail sebagaimana termaktub di dalam Surat As Safat Ayat 102:

 
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ ۝١٠٢ 
 
’’Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.”
 
Nabi Ibrahim dan Ismail dengan penuh semangat segera melaksanakan perintah-Nya. Namun di tengah jalan mereka diadang oleh iblis yang berupaya membatalkan niat mulia mereka. Justru, keduanya menyambut ucapan iblis dengan lemparan tujuh batu kerikil. Pengorbanan inilah yang menjadi nilai berharga yang patut untuk diteladani oleh umat Islam terutama pada hari ini. Bukan masalah batu kerikilnya atau darah hewan kurbannya tetapi nilai keikhlasan dan semangat beribadahnya.
 
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat, jamaah Shalat Idul Adha rahimakumullah
Beberapa amaliah yang dapat dilakukan oleh umat Islam pada yaumin nahr dan Hari Tasyrik di antaranya adalah:
 
Pertama adalah menyembelih hewan kurban. Umat Islam dianjurkan untuk menyembelih hewan kurban dengan syarat kriteria tertentu. Di antaranya adalah waktu pelaksanaan penyembelihan hewan kurban yang hanya boleh dilakukan sejak setelah pelaksanaan Shalat Idul Adha selesai dilaksanakan sampai 13 Dzulhijjah sebelum Maghrib. Selama empat hari lamanya proses penyembelihan dengan niat berkurban dapat dilakukan. Berikutnya, hewan yang disembelih harus diperhatikan usia dan kesehatannya. Hewan kurban tidak boleh dalam keadaan sakit atau cacat. Untuk memilih hewan ternak yang memenuhi kriteria hewan kurban sangatlah mudah. Pilihlah  hewan kurban yang fisiknya tidak cacat, hidungnya basah, jalannya tidak pincang, dan tidak harus berjenis betina. Dalam proses penyembelihan sangat disyaratkan untuk menyebut asma Allah yaitu bismillahi Allahu Akbar sebagaimana difirmankan di dalam Surat Al Baqarah (2): 173:
 
 
اِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيْرِ وَمَآ اُهِلَّ بِهٖ لِغَيْرِ اللّٰهِۚ 
 
Artinya: “Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah.“
 
Nabi Muhammad menegaskan di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Siti Aisyah bahwa berkurban di Hari Raya Idul Adha merupakan ibadah yang paling dicintai oleh Allah:
 
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا
 
’’Aisyah menuturkan dari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda, “Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada Hari Raya Idul Adha yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya.” (Hadits Hasan, riwayat al-Tirmidzi: 1413 dan Ibn Majah: 3117)
 
Hadits ini menjelaskan kepada kita tentang balasan berkurban. Semua hewan yang disembelih pada Hari Raya Idul Adha pada hari kiamat akan menunggu tuannya. Mereka menyiapkan diri sebagai kendaraan supercepat yang siap mengantarkan menuju gerbang surga. Banyak orang-orang yang berkurban tidak sempat melihat bagaimana suasana jembatan siratal mustaqim kecuali sudah sampai menuju surga-Nya Allah. Semoga amal ibadah kurban kita diterima oleh Allah. Setiap darah yang menetes menjadi sebuah amal keikhlasan yang pahalanya diterima oleh Allah sebelum tetesan tersebut menyentuh tanah.
 
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat, jamaah Shalat Idul Adha rahimakumullah
Kedua, menjalankan ibadah haji. Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang menjadi tanda kesempurnaan Islam seorang Muslim. Hari ini semua saudara kita yang sedang menjalankan ibadah haji berangkat menuju Mina dalam rangka melempar jumratul aqabah sebanyak tujuh butir batu sebagaimana dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail. 
 
Satu hari kemarin mereka melakukan wukuf di Arafah dan dilanjutkan dengan ibadah mabit di Mudzdalifah seraya menadahkan tangannya kepada Allah dalam rangka memohonkan ampun dan membukakan pintu rahmat-Nya. Para jamaah haji membutuhkan kesiapan fisik dan mental yang prima selama ibadah haji berlangsung. Sebab mereka akan melakukan berbagai macam ibadah di beberapa tempat yang berbeda. Jarak antara Arafah ke Mudzdalifah sekitar 4 km, jarak antara Mudzdalifah ke Mina sekitar 7 Km dan jarak antara Mina ke Makkah sekitar 10 km. Kondisi perjalanannya tidak seperti di Indonesia tetapi berada di sebuah lembah yang tandus dan kering tanpa naungan. 
 
Selain itu, perkara yang tidak kalah penting di dalam mencapai haji yang mabrur adalah selama menjalankan ibadah haji tidak hanya memenuhi kriteria rukun dan syaratnya tetapi juga harus menjaga hati agar tetap beribadah dalam keadaan bertawadu, sabar, ikhlas, gemar beribadah, berakhlak, serta tidak melakukan beberapa perbuatan yang dapat membatalkan kemabruran ibadah haji, sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam Surat Albaqarah (2): 197:
 
 
فَمَنْ فَرَضَ فِيْهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوْقَ وَلَا جِدَالَ فِى الْحَجِّۗ
 
“Siapa yang mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, janganlah berbuat rafaṡ, berbuat maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji.”
 
Para jamaah haji selama menjalankan ibadah haji tidak melakukan tindakan rafats atau bertutur kata yang tidak bermanfaat seperti berkata jorok, melakukan fusuk atau perbuatan maksiat dan jidal atau bertengkar. Bahkan seorang mufasir Imam Al Qurtubi bercerita bahwa orang yang memperoleh predikat haji mabrur adalah adalah orang menjalankan ibadah haji dengan tidak mengotori dengan perbuatan yang dimurkai oleh Allah begitu juga setelahnya. Itulah mengapa orang yang telah berhaji diberikan gelar haji. Gelar tersebut disematkan dalam rangka agar selalu ingat bahwa dirinya telah melewati tazkiyatun nafs sebagai tamu Allah di Kota Suci.
 
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat, jamaah Shalat Idul Adha rahimakumullah
Ketiga, bagi golongan umat Islam yang tidak berkurban dan tidak berhaji maka ibadah yang dapat dilakukan adalah memperbanyak doa. Sejak 9 Dzulhijjah hingga berakhirnya Hari Tasyrik adalah waktu mustajabah. Semua doa yang dipanjatkan pada hari-hari tersebut tidak akan ditolak oleh Allah. Hal ini pernah disampaikan Imam oleh Asy-Syafi'i rahimahullah:
 
 أن الدعاء يستجاب فى خمس ليال أول ليلة من رجب وليلة نصف شعبان وليلتى العيد وليلة الجمعة

 
Artinya: "Sesungguhnga doa dikabulkan pada 5 malam yaitu awal Rajab, malam Nishfu Sya'ban, malam Idul Fitri, malam Idul Adha, dan malam Jumat."
 
Abu Musa Al Asyari juga pernah menyampaikan permasalahan ini dalam sebuah khutbahnya:
 
وسُمع أبا موسى الأشعري يقول في خطبته يوم النحر (يوم عيد الأضحي): «بعد يوم النحر ثلاثة أيام التي ذكر الله الأيام المعدودات، لا يرد فيهن الدعاء، فارفعوا رغبتكم إلى الله
 
Artinya: “3 hari setelah hari raya kurban adalah waktu mustajabah yang doa-doanya tidak akan ditolak oleh Allah maka sampaikanlah keinginanmu semua pada Allah.”
 
Alangkah baiknya kesempatan baik ini kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya dengan memperbanyak doa dan dzikir terutama permohonan ampunan kepada Allah. Sehingga kelak kita mendapatkan Rahim Allah ketika tidak ada lagi tempat bernaung di hari akhir.
Semoga Hari Raya Idul Adha ini membawa kebaikan dan peningkatan mutu dan kualitas keimanan kita. Semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah dan para jamaah haji kembali ke tanah air dengan menyandang haji yang mabrur.

 
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم  
 
 
Khutbah II
  اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ
 اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ 
 الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ . أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلى النَّبِيِّ يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
 
 
Gus Muhammad Alvi Firdausi, Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) NU Tangsel, Pengasuh Pondok Pesantren Al Tsaniyyah Tangerang Selatan