• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Sabtu, 27 April 2024

Nasional

Selamat Jalan "Bang Fadli", Tokoh Muda Betawi

Selamat Jalan "Bang Fadli", Tokoh Muda Betawi
Selamat Jalan "Bang Fadli", Tokoh Muda Betawi (Foto: Istimewa)
Selamat Jalan "Bang Fadli", Tokoh Muda Betawi (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online Banten

Ahmad Fadli HS bin KH Abdul Hanan Said (Jakarta 11 April 1978) yang biasa disapa "Bang Fadli" wafat pada usia yang masih sangat muda yakni, (44 Tahun) dan meninggalkan empat orang anak dari pernikahannya dengan Nurbayani binti H Huryani Arif bin H Darif. 

 

Salah seorang sanak familinya menerangkan, "Bang Fadli, (Ahmad Fadli bin KH Abdul Hannan Sa'id) sempat dirawat di RS. Persahabatan, Jakarta Timur. Karena telah mengidap penyakit paru-paru yang dideritanya sejak lama" tandas, Yusri (adik kandung) almarhum saat diwawancarai oleh kontributor. 

 

Lanjutnya, "Bahkan dia (almarhum) itu sebelum dirawat di Rumah Sakit masih "nyempet-nyempetin" kok ikut turun tangan pada aksi demonstrasi" sambung adiknya dengan logat betawi yang khas. 

 

Ahmad Fadli HS. yang notabene-nya memang aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan pernah dimandatkan menjadi Ketua Umum PC PMII Jakarta Timur (2003-2005), dan Ketua Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII DKI Jakarta pada 2006-2008. 

 

Belum lagi, beliau adalah santri lulusan dari Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur, pada tahun 1990-1999. Tentu kepergiannya membuat rekan antar sesama sesama santri Lirboyo kehilangan sosok beliau yang terkenal pendiam dan murah senyum. 

 

Beberapa pasukan (Barisan Ansor Serbaguna (Banser) dengan mengenakan seragam coraknya yang begitu khas dan mencolok nampak antusias mengatur kendaraan para pelayat di Jalan TB Badarudin Kp Jati RT/08/01 No. 11, Kel. Jatinegara Kaum Kec. Pulogadung, Jakarta Timur. Tempat terakhir beliau (Ahmad Fadli HS bin KH Abdul Hanan Sa'id) menghembuskan nafasnya. Semoga Almarhum Khusnul Khatimah dan keluarga yang ditinggalkan mendapat ketabahan sekuat-kuatnya. Sebagaimana firman Allah SWT ; 

 

 كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ 

Kullu nafsin żā`iqatul-maụt, wa nablụkum bisy-syarri wal-khairi fitnah, wa ilainā turja'ụn 

Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS. Al-Anbiya (21) : 35) 

 

Dengan membaca dan memahami makna dari firman Allah SWT dalam surat Al Anbiya ayat 35 tersebut, semoga umat muslim bisa senantiasa berbuat kebaikan selama ia diberi kesempatan hidup di dunia. Disamping itu, semoga umat muslim juga bisa selalu bersabar dalam menghadapi ujian hidup yang telah ditetapkan oleh Allah SWT agar tergolong dalam orang-orang yang dicintai oleh-Nya. 

 

Santri itu seperti air rebusan, di kasih bubuk kopi jadi minuman kopi,
di kasih teh, jadi minuman teh, di kasih susu sama jahe jadi wedang. Begitulah sikap seorang santri yang selalu bisa larut dalam wadah yang bagaimana pun. 

 

Tentu sembilan tahun nyantri di Pondok Pesantren Lirboyo perilaku kesantrian-nya beliau terasa lebih kental. Belum lagi ayahanda (KH Abdul Hannan Sa’id) merupakan tokoh Ulama tajwid di kawasan Sawah Besar, Jakarta dan juga berasal dari "tanah" Banten, "Sejuta Jawara dan Ulama" (29/3).

 

Kontributor: Abdul Majid Ramdhani,


Nasional Terbaru