• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Minggu, 28 April 2024

Sejarah

Ekspedisi Jejak Wali Songo di Champa (Vietnam-Kamboja), Thailand, dan Malaysia (1)

Berawal dari Perintah Maulana Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan

Berawal dari Perintah Maulana Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan
(Desain grafis: NUOB/Reno S.)
(Desain grafis: NUOB/Reno S.)

MULAI hari ini (3/8/2023) hingga beberapa hari ke depan, NU Online Banten akan menyuguhkan Ekspedisi Jejak Wali Songo di Champa (Vietnam-Kamboja), Thailand, dan Malaysia bersama Muhammad Abid Muaffan, peneliti sanad qiraat Nusantara.

’’Ekspedisi ini dilakukan berawal, saya mendapat perintah dari Maulana Habib Luthfi bin Yahya, Pekalongan untuk meneliti sanad Al-Qur’an Nusantara. Karena Habib Luthfi adalah habib yang njawani dan beliau zuriyah (keturunan) dari Wali Songo.  Alhamdulillah saya berkesempatan untuk sampai di Malaysia dan ketika kemarin ziarah ke makam Syekh Jamaluddin Akbar Al-Husaini atau Syekh Jumadil Kubro di Tosora,  Majauleng,  Wajo,  Sulawesi Selatan, saya mendapat isyarat untuk ke utara. Maksudnya untuk menjelajahi asalnya Negeri Champa, masuk Vietnam bagian selatan dulu,’’ ujar Muhammad Abid Muaffan, peneliti sanad qiraat Nusantara, dari Malaysia kepada NU Online Banten (NUOB), Kamis (3/8/2023).

Dikutip dari sejumlah sumber, Kerajaan Islam Champa pernah menguasai wilayah Vietnam dan sekitarnya. Sayangnya, kerajaan ini kini tak bersisa. Suku Cham yang menjadi keturunan kerajaan tersebut, kabarnya ada yang tinggal di Delta Sungai Mekong, juga di Perkampungan Muslim Cham Village, Vietnam.

Ahti R Westphal dari Universitas Minnesota, Amerika Serikat, dalam penelitian doktoralnya, menyebutkan, warga Kerajaan Cham merupakan pelaut yang tangguh dan pandai berdagang. Sekitar abad ke-5 hingga awal abad ke-19, Kerajaan Champa sempat menguasai wilayah Vietnam tengah dan selatan hingga mencapai Laos. Mereka berdagang dengan Tiongkok sampai bangsa Arab.

Gus Abid—sapaan Muhammad Abid Muaffan—melanjutkan, dia di Malaysia saat ini sekaligus menghadiri undangan Seminar Sanad Al-Qur’an Nusantara. ’’Kedatangan saya sebagai pemateri. Diadakan dalam rangka Peringatan 40 Tahun Masjid Sultanah Bahiyah di Alor Setar, Kedah, Malaysia. Mereka yang menfasilitasi saya untuk keberangkatan dan kepulangan,’’ imbuh alumnus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,  kelahiran Malang, 16 September 1993, itu.

Putra pertama dari dua bersaudara pasangan Taufiq dan Siti Mariyatul Kibtiyah itu menambahkan, biaya ekspedisi dilakukan secara mandiri. ’’Tidak ada yang membiayai. Alhamdulillah Allah menurunkan rezeki yang tak terduga. Seperti diundang sebagai pemateri di Malaysia. Saya juga dibantu oleh kawan saya, nantinya terbang dari Malaysia ke Ho Chi Minh City, Vietnam. Juga selanjutnya dari Kamboja ke Bangkok, Thailand,’’ jelas wakil ketua Pimpinan Cabang Jam'iyyatul Qurra' wal-Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU) Kabupaten Bogor, itu.

Pria yang pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Al Munawwariyah Sudimoro, Bululawang, Malang, Jawa Timur; Pondok Pesantren Al Yasini Pasuruan, Jawa Timur; dan Pondok Pesantren Bayt Al-Qur’an Pusat Studi Al-Qur’an Tangerang Selatan, Banten, itu mengatakan, ekspedisinya terkait jejak Wali Songo tidak hanya dilakukan di Champa (Vietnam-Kamboja). Tapi  Thailand, dan Malaysia. ’’Karena zuriyah Wali Songo, bukan hanya tersebar di Indonesia, tapi juga di Thailand, termasuk di Malaysia,’’ terang pria yang bersama istri Hj Muyassaratul Haliyah tinggal di Pondok Pesantren Ilmu Al-Qur'an Pagelaran, Ciomas, Bogor, Jawa Barat, itu. (M Izzul Mutho/bersambung)


Sejarah Terbaru