Banten Raya

Jadilah Hamba Pemaaf, Ini Balasan Allah

Rabu, 27 November 2024 | 10:13 WIB

Jadilah Hamba Pemaaf, Ini Balasan Allah

Ketua LBM PCNU Tangsel Kiai Muhammad Hanifuddin saat ngaji Syarhun Lathifun di Graha Aswaja NU Tangsel, Ciputat, Tangsel, Selasa (26/11/2024) malam. (Foto: NUOB/Mutho)

Tangerang Selatan, NU Online Banten

Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangerang Selatan Kiai Muhammad Hanifuddin menyampaikan, orang yang mudah memberikan maaf akan dikenal dan dikenang baik di masyarakat. ’’Allah memberikan tambahan derajat, kemuliaan, bagi hamba pemaaf,’’ ujarnya saat ngaji Kitab Syarhun Lathifunala Arbain Haditsan Tata'allaq bi Mabadi' Jamiyyah Nahdatil Ulama di Lantai 3 Graha Aswaja NU Tangerang Selatan (Tangsel), Ciputat, Tangsel, Selasa (26/11/2024) malam.


Padahal, imbuhnya, hamba pemaaf tersebut sebenarnya mampu membalas apa yang dilakukan terhadap dirinya. Tapi, tidak melakukan. Sebaliknya, hamba tersebut memberikan maaf. ’’Dalam syarah kitab, kata ‘izzan, itu kemuliaan pahala dan kedudukan mulia di sisi Allah, karena Allah menjadikan pemaaf itu di antara sifat orang yang bertakwa,’’ jelas kiai yang hobi wayang tersebut ketika membahas halaman halaman 73-74.



Pria asal Sragen, Jawa Tengah, menyampaikan hal tersebut saat membahas hadist ke-23 yang tercantum dalam salah satu karya Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, Arbain Haditsan Tata'allaq bi Mabadi' Jamiyyah Nahdatil Ulama. Hal tersebut, lanjutnya, terdapat dalam hadits dari Abi Hurairah yang diriwayatkan Imam Muslim. Ma naqashat shadaqatan min malin wama zadallahu ‘abdan bi’afwin illa ‘izzan wama tawadla’a ahadun lillahi illa rafa’allahu. (Sedekah itu tidak mengurangi harta, Allah tidak menambah hamba pemaaf kecuali derajat atau kemuliaan, tidak ada seorang yang rendah hati karena Allah kecuali Allah mengangkatnya). ’’Hadits ini juga ada di Shahih Muslim,’’ imbuh dosen Pondok Pesantren Darus-Sunnah Ciputat, yang malam itu mengenakan baju lengan panjang warna putih, peci hitam, dan dipadu dengan sarung itu.

ADVERTISEMENT BY OPTAD



Sekadar diketahui, ngaji kitab rutin ini digelar setiap Selasa malam. Satu rangkaian dengan istighotsah dan pembacaan Shalawat Nariyah yang malam itu dipimpin Kiai Himam Muzzahir, sekretaris Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangsel. Hadir dalam kesempatan itu, Ketua PCNU Tangsel H Abdullah Mas’ud beserta sejumlah jajarannya, beberapa perwakilan dari Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU), dan warga NU. Yang berbeda, kegiatan kali ini sekaligus Doa dan Munajat Kebangsaan untuk Pilkada Damai yang digelar PCNU Tangsel.



Dan perlu diketahui juga, Arbain Haditsan Tata'allaq bi Mabadi' Jamiyyah Nahdatil Ulama merupakan karya Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU. Kitab Mbah Hasyim—sapaan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari—yang berkenaan dengan berdirinya Jam’iyyah NU itu, memiliki kekhasan. Kitab tersebut dilampirkan bersamaan dengan Mukaddimah Qanun Asasi Nahdatul Ulama yang berkaitan erat (tata'allaq) dengan berdirinya NU.


Arbain Haditsan Mbah Hasyim ini dimulai dengan pesan kebaikan, bagaimana esensi agama, lalu bagaimana pula jika agama diserahkan kepada mereka yang bukan ahlinya. Redaksi yang ditulis oleh Mbah Hasyim dalam Arbain Haditsan tidak melulu dari Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim saja, akan tetapi juga dari Tabrani, Abi Dawud hingga kutipan dari Abu Nuaim Al-Asfahani, yang masih relevan hingga sekarang. Artinya, ada unsur continuity (keberlangsungan) di situ. Dari sinilah keistimewaan sosok Mbah  Hasyim mampu meletakkan 40 hadits pilihan sebagai fondasi Jam'iyyah Nahdatul Ulama.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND



Sedangkan Syarhun Lathifun merupakan syarah atas Arbain Haditsan yang ditulis oleh Khoiruddin Habziz, santri dan pengurus Ma’had Aly Situbondo, Jawa Timur. Kitab dengan tebal 124 halaman tersebut diberi pengantar oleh Wakil Rais ’Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Afifuddin Muhajir, yang juga mengajar di Ma’had Aly Situbondo. (Mutho)

ADVERTISEMENT BY OPTAD

ADVERTISEMENT BY ANYMIND