Banten Raya

Tetangga Menurut Islam dan Korelasinya dengan NU

Rabu, 9 Oktober 2024 | 09:16 WIB

Tetangga Menurut Islam dan Korelasinya dengan NU

Ngaji Kitab Syarhun Lathifun yang diampu Ketua LBM PCNU Tangsel Kiai Muhammad Hanifuddin di Graha Aswaja NU Tangsel, Ciputat, Tangsel, Selasa (8/10/2024) malam. (Foto: NUOB/Mutho)

Tangerang Selatan, NU Online Banten

Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangerang Selatan Kiai Muhammad Hanifuddin mengatakan, bertetangga tak lepas dari perhatian Islam. Dalam salah satu hadits, Nabi Muhammad menyampaikan kategorisasi tetangga.’’Hadits ini diriwayatkan Imam Baihaqi. Intinya, ada tiga. Tetangga yang punya tiga hak. Ini adalah tetangga yang Muslim dan masih kerabat. Baginya ada hak sebagai orang Islam, tetangga, hak kerabat,’’ ujar pria yang pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Ringinagung, Kediri, Jawa Timur, tersebut saat membahas hadits ketiga belas halaman 46-50 Kitab Syarhun Lathifun ‘ala Arbain Haditsan Tata'allaq bi Mabadi' Jamiyyah Nahdatil Ulama di Graha Aswaja NU Tangerang Selatan (Tangsel), Ciputat, Tangsel, Selasa (8/10/2024) malam.



Selain itu, lanjut pria yang hobi wayang itu, tetangga yang mempunyai dua hak. Ini adalah tetangga yang Muslim. Baginya ada hak sebagai sesama orang Islam dan sebagai tetangga.’’Satu lagi, tetangga yang punya satu hak. Ini adalah tetangga non-Muslim. Haknya sebagai tetangga saja. Jadi kalau ngasih hidangan ke tetangga misalnya, yang non-Muslim pun dikasih,’’ imbuh pria asal Sragen, Jawa Tengah, itu.  



Hadits dari Sahabat Abi Hurairah ra yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim tersebut adalah man kana yu’minu billahi wal yaumil akhiri fal yaqul khairan au liyasmut waman kana yu’minu billahi wal yaimil akhiri fal yukrim jarahu waman kana yu’minu billahi wal yaumil akhiri fal yukrim dlaifahu.


Artinya kurang lebih,’’barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah baik atau diam; barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka mulikanlah tamunya.’’

ADVERTISEMENT BY OPTAD



Hadits tersebut ditempatkan oleh Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari di dalam salah satu karyanya, Arbain Haditsan Tata'allaq bi Mabadi' Jamiyyah Nahdatil Ulama, di urutan ke-13 dari 40 hadits.’’Di dalam syarah atau penjelasan Kitab Syarhun Lathifun, dijelaskan, mengutip Imam Bukhari di Kitab Adabul Mufrad, tetangga yang deretan 40 rumah. Sebelah kanan 40 rumah, sebelah kiri 40 rumah, 40 rumah ke depan, dan 40 rumah ke belakang,’’ ungkap pria yang malam itu mengenakan kacamata, memakai baju koko putih lengan panjang dipadu sarung bermotif warga cenderung gelap dan peci hitam itu.

 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

Terkait korelasi dengan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU), Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari seakan-akan memberi isyarat, pentingnya berakhlak baik bagi warga NU. Lebih-lebih pengurus NU.’’Di antara akhlak terpuji adalah memuliakan tamu dan tetangga. Juga senantiasa menjaga lisan dan perkataan-perkataan yang tidak berfaedah. Apalagi kata-kata kotor. Sikap atau sifat terpuji tersebut merupakan suatu keniscayaan demi tegaknya NU dan membentuk masyarakat yang baik, lahir batin. Hal itu dijelaskan dalam syarah hadits,’’ ungkap dosen Pondok Pesantren Darus-Sunnah Jakarta di Ciputat, Tangsel, itu

 

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Sekadar diketahui, ngaji kitab rutin ini digelar setiap Selasa malam. Satu rangkaian dengan istighotsah dan pembacaan Shalawat Nariyah yang malam itu dipimpin Sekretaris Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Tangsel Kiai Himam Muzzahir.



Perlu diketahui juga, Arbain Haditsan Tata'allaq bi Mabadi' Jamiyyah Nahdatil Ulama merupakan karya Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU. Kitab Mbah Hasyim—sapaan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari—yang berkenaan dengan berdirinya Jam’iyyah NU itu, memiliki kekhasan. Kitab tersebut dilampirkan bersamaan dengan Mukaddimah Qanun Asasi Nahdatul Ulama yang berkaitan erat (tata'allaq) dengan berdirinya NU.


Arbain Haditsan Mbah Hasyim ini dimulai dengan pesan kebaikan, bagaimana esensi agama, lalu bagaimana pula jika agama diserahkan kepada mereka yang bukan ahlinya. Redaksi yang ditulis oleh Mbah Hasyim dalam Arbain Haditsan tidak melulu dari Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim saja, akan tetapi juga dari Tabrani, Abi Dawud hingga kutipan dari Abu Nuaim Al-Asfahani, yang masih relevan hingga sekarang. Artinya, ada unsur continuity (keberlangsungan) di situ. Dari sinilah keistimewaan sosok Mbah  Hasyim mampu meletakkan 40 hadits pilihan sebagai pondasi Jam'iyyah Nahdatul Ulama.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND



Sedangkan Syarhun Lathifun merupakan syarah atas Arbain Haditsan yang ditulis oleh Khoiruddin Habziz, santri dan pengurus Ma’had Aly Situbondo, Jawa Timur. Kitab dengan tebal 124 halaman tersebut diberi pengantar oleh Wakil Rais ’Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Afifuddin Muhajir, yang juga mengajar di Ma’had Aly Situbondo. (Mutho)

ADVERTISEMENT BY ANYMIND