Selalu Ada yang Tidak Suka, meski Sudah Benar, Itu Sunnatullah
Rabu, 18 September 2024 | 10:53 WIB
Tangerang Selatan, NU Online Banten
Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangerang Selatan Kiai Muhammad Hanifuddin mengatakan, tidak semua bisa senang kepada seseorang. ‘’Itu terjadi sejak zaman dulu. Itu sunnatullah. Kalau kita sudah benar, melakukan hal yang positif, tapi masih ada orang yang tidak suka, benci, itu jangan diambil pusing,’’ ujar dosen di Pondok Pesantren Darus-Sunnah Jakarta itu saat membahas hadits kesepuluh dalam Kitab Syarhun Lathifun ‘ala Arbain Haditsan Tata'allaq bi Mabadi' Jamiyyah Nahdatil Ulama di Graha Aswaja NU Tangerang Selatan (Tangsel), Ciputat, Tangsel, Selasa (17/9/2024) malam.
Oleh karena itu, lanjut pria yang pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Ringinagung, Kediri, Jawa Timur, tersebut, dalam hadits dari Sayyidina Abi Dzarr ra yang diriwayatkan Imam Ibnu Hibban pada halaman 40 kitab ini, ada tiga poin. ’’Berbuat baik, tidak mempedulikan celaan orang yang mencela, dan mengatakan hak, benar, meskipun pahit. Dikaitkan dengan organisasi, kalau ada program sudah baik, sudah jalan, lalu masih ada orang mencela, itu tetap jalan. Jangan dipedulikan,’’ imbuh pria berkacamata yang seperti biasa mengenakan baju putih lengan panjang dipadu sarung dan peci hitam.
Korelasi hadits tersebut dengan jam’iyyah NU, seperti disebutkan dalam syarah kitab, imbuh pria yang suka wayang di hadapan para jamaah, seakan-akan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU, memberi isyarat supaya NU menjadi jembatan yang konsisten dalam mengajak memperbaiki umat.’’Para pengurus terus menerus menampakkan dalam membela kebenaran ikhlas karena Allah, tidak terpengaruh oleh apa pun. Dan tidak mengharap atau berekpektasi memperoleh bagian dunia,’’ terangnya membaca syarah di halaman 41 dari dua halaman yang dibaca malam itu.
Sekadar diketahui, ngaji kitab rutin ini digelar setiap Selasa malam. Satu rangkaian dengan istighotsah dan pembacaan Shalawat Nariyah yang malam itu dipimpin Sekretaris PCNU Tangsel Kiai Himam Muzzahir. Hadir pada malam itu di antaranya Ketua PCNU Tangsel H Abdullah Mas’ud, sejumlah jajaran PCNU Tangsel, dan beberapa pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdaltul Ulama di Tangsel serta warga NU.
Perlu diketahui Arbain Haditsan Tata'allaq bi Mabadi' Jamiyyah Nahdatil Ulama merupakan karya Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU. Kitab Mbah Hasyim—sapaan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari—yang berkenaan dengan berdirinya Jam’iyyah NU itu, memiliki kekhasan. Kitab tersebut dilampirkan bersamaan dengan Mukaddimah Qanun Asasi Nahdatul Ulama yang berkaitan erat (tata'allaq) dengan berdirinya NU.
Arbain Haditsan Mbah Hasyim ini dimulai dengan pesan kebaikan, bagaimana esensi agama, lalu bagaimana pula jika agama diserahkan kepada mereka yang bukan ahlinya. Redaksi yang ditulis oleh Mbah Hasyim dalam Arbain Haditsan tidak melulu dari Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim saja, akan tetapi juga dari Tabrani, Abi Dawud hingga kutipan dari Abu Nuaim Al-Asfahani, yang masih relevan hingga sekarang. Artinya, ada unsur continuity (keberlangsungan) di situ. Dari sinilah keistimewaan sosok Mbah Hasyim mampu meletakkan 40 hadits pilihan sebagai pondasi Jam'iyyah Nahdatul Ulama.
Sedangkan Syarhun Lathifun merupakan syarah atas Arbain Haditsan yang ditulis oleh Khoiruddin Habziz, santri dan pengurus Ma’had Aly Situbondo, Jawa Timur. Kitab dengan tebal 124 halaman tersebut diberi pengantar oleh Wakil Rais ’Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Afifuddin Muhajir, yang juga mengajar di Ma’had Aly Situbondo. (Mutho)
Terpopuler
1
Target Desember 2025 Selesai, Pembangunan Gedung Kampus oleh PWNU Banten Dilanjutkan
2
Rencana Presiden Prabowo Hapus Kuota Impor Bisa Rusak Produk Petani Lokal
3
Menlu Sugiono Bantah Relokasi Warga Gaza
4
Kedaulatan Pangan Terwujud jika Kebijakan Berpihak Petani
5
Ketum PBNU: Kerja Sama Multilateral Antarnegara Jadi Upaya Memerdekakan Palestina
6
Haul Satu Abad Syaikhona Kholil; dari Seminar, Tahlil, hingga Peluncuran Kitab
Terkini
Lihat Semua