Nasional

Badai Magnet Berpotensi Ganggu Arus Komunikasi

Ahad, 13 Oktober 2024 | 10:48 WIB

Badai Magnet Berpotensi Ganggu Arus Komunikasi

Ilustrasi. (Sumber foto: dok. The Ekliptika Institute/Marufin Sudibyo)

Jakarta, NU Online Banten

Dalam waktu beberapa hari ke depan, bumi akan diterpa badai magnet yang mengakibatkan tersendatnya arus komunikasi. Badai magnet tersebut terjadi akibat ledakan matahari (solar flare) yang terjadi pada Senin (7/10/2024).


National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mencatat bahwa ledakan ini merupakan ledakan terbesar dengan kategori R3 (kuat) yang terjadi dalam tujuh tahun terakhir. Ledakan matahari ini kemudian disusul dengan badai magnetik kuat berskala G4 yang menerjang bumi sejak Kamis (10/10/2024) yang diperkirakan akan berlangsung hingga Ahad (13/10/2024).



Wakil Sekretaris Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) Marufin Sudibyo menjelaskan, badai geomagnetik ini akan berdampak pada tersedatnya arus komunikasi. Badai matahari berskala kuat yang mengarah pada kutub geomagnetik bumi, akan berubah menjadi arus listrik.


’’Saat partikel-partikel proton dan elektron badai matahari kelas X20 atau lebih besar sedang diarahkan ke kutub-kutub geomagnet bumi, pada dasarnya ia menjadi arus listrik," jelas Marufin, dilansir dari NU Online, Ahad (13/10/2024).


Arus listrik yang mengenai satelit dapat menyebabkan komponen elektron terbakar karena korslet dan berakibat lumpuhnya satelit. "Apabila arus listrik ini mengenai satelit, maka komponen elektroniknya bisa terbakar akibat hubungan pendek dan satelit lumpuh sepenuhnya. Sehingga komunikasi satelit, yang esensial dalam dunia perbankan, dapat lumpuh," terangnya.


Selain itu, badai magnetik akibat ledakan matahari juga bisa menghasilkan arus listrik induksi yang bisa merusak transformator sistem distribusi Listrik. Juga bisa menyebabkan korosi massif dan memicu kebakaran pada pipa minyak dan gas.


Mengacu pada hukum Oerstedt, aliran proton dan elektron badai matahari kelas X20 atau lebih menuju kutub-kutub geomagnet dan menghasilkan medan magnet induksinya sendiri.  "Jika medan magnet itu menyentuh permukaan tanah dan mengenai benda logam panjang seperti sistem transmisi listrik, rel kereta api, hingga pipa minyak, akan timbul arus listrik induksi pada benda tersebut. Kuat arus induksi ini juga bisa mencapai ribuan ampere," jelasnya.


Arus listrik induksi yang besar bisa merusak transformator sistem distribusi listrik, juga bisa menyebabkan korosi massif dan memicu kebakaran pada pipa minyak dan gas. Marufin menyimpulkan bahwa ancaman badai matahari kelas X20 atau lebih besar lagi terfokus pada dua hal esensial dalam kehidupan modern. Yakni terganggunya sistem komunikasi satelit dan terganggunya sistem distribusi listrik. Jika hal ini terjadi, sistem memerlukan penanganan yang membutuhkan waktu berbulan-bulan sebelum pulih kembali.


Namun, Marufin menegaskan bahwa ledakan matahari dan badai magnetik yang terjadi tidak berkaitan dengan hawa panas yang belakangan kerap terasa. Suhu yg terasa lebih gerah belakangan ini disebabkan oleh fenomena puncak kulminasi atas matahari di Indonesia. 


"Pada garis-garis lintang tertentu, matahari akan tepat berada di titik zenith (tepat di atas kepala) pada saat puncak siang (awal waktu Dhuhur). Kondisi ini menyebabkan intensitas sinar matahari yg tiba di lokasi-lokasi tersebut sedikit lebih tinggi karena tidak ada hambatan," tuturnya.


Fenomena puncak kulminasi ini terjadi dua kali di Indonesia sepanjang tahun, yakni pada Maret dan Oktober yang sekaligus menandakan perubahan musim, kemarau ke hujan atau sebaliknya. (Afrilia Tristara)

ADVERTISEMENT BY OPTAD

ADVERTISEMENT BY ANYMIND