Dorong Kader Kopri Bangun Ekosistem Inklusif, Progresif, dan Berdaya Saing Global
Senin, 11 Agustus 2025 | 22:05 WIB
Tangerang Selatan, NU Online Banten
Ketua Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Putri (Kopri) Pengurus Besar (PB) PMII 2024-2027 Wulan Sari Aliyatus Sholikha menyampaikan, setiap ruang di Kopri adalah tempat penempaan mental, keberanian, dan kemandirian.
Oleh karena itu, ketua Kopri Pengurus Cabang (PC) PMII Ciputat 2019-2020 itu mendorong kader untuk membangun ekosistem inklusif, progresif, dan berdaya saing global. ’’Kalau kita berpikir untuk bersama, kita pasti tercukupi. Kopri harus menjadi ruang yang memberdayakan perempuan. Baik secara intelektual maupun finansial,” terangnya saat menjadi narasumber Kopri Talk Series 2 bertema Kemerdekaan Perempuan: antara Harapan dan Realita Sosial di Warkop Lapan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (9/8/2025).
Dari rilis yang diterima NU Online Banten, Senin (11/8/2025), disebutkan, forum ini mempertemukan tokoh-tokoh Kopri lintas generasi pada bulan kemerdekaan. Mereka membedah makna kemerdekaan dari sudut pandang perempuan.
Selain Wulan, narasumber lain yang hadir adalah Ketua Kopri PC PMII Ciputat 2011-2012 Liazul Kholifah, Ketua Kopri PC PMII Ciputat 2018-2019 Mulpiyanti, Ketua Kopri PC PMII Ciputat 2025-2026 Hilmatul Fuadiyah, dan Ketua Kopri PC PMII Ciputat 2023-2024 Rahfani Nurhidayati.
Hilmatul mengatakan, kebebasan perempuan dalam berorganisasi merupakan fondasi penguatan kapasitas diri. Sedangkan Kholifah menambahkan, kemerdekaan dimulai dari pikiran. Perempuan berhak memilih pasangan, menetapkan kesepakatan dalam rumah tangga, dan menolak kekerasan dalam bentuk apa pun. ’’Musuh utama kita adalah diri sendiri. Merdeka sejak dalam pikiran, lalu wujudkan dalam pilihan-pilihan hidup,’’ katanya di hadapan sekitar 30 orang yang hadir.
Adapun Rahfani mengkritisi minimnya tokoh perempuan yang tumbuh dari nol di panggung politik. Dia pun mengajak Kopri lebih masif berkolaborasi lintas organisasi dan membangun gerakan yang saling memerdekakan. ’’Di politik, butuh minimal dua modal. Ekonomi, intelektual atau gerakan sosial. Jangan tunggu siap. Bergerak dulu, berani dulu,” tegasnya.
Di tempat yang sama, Mulpiyanti mengatakan, kemerdekaan yang utuh adalah ketika perempuan merasa aman, suaranya didengar, dan pilihannya dihormati. Di sinilah pentingnya sistem yang melindungi perempuan dari kekerasan dan stigma serta mengakui setiap bentuk kerja perempuan. ’’Kita belum benar-benar merdeka jika tubuh kita tidak aman dan pilihan kita diabaikan,” tuturnya.
Terpopuler
1
Mengkaji Neuroeducation, Mahasiswi STAI Al Amanah Al-Gontory Ini Raih Penghargaan The Best Of Innovation Delegate
2
Ketua PCNU Kabupaten Serang: Mustajab, di Sisi Allah Doa Ibu Tak Pernah Basi
3
Ini Keunikan Sepak Bola Sarungan MWCNU Cipondoh
4
JATMAN Banten Gelar Pengajian Bulanan, Membaca Tiga Kitab
5
Jaga Aswaja melalui Pelestarian Warisan Budaya Luhur Bangsa
6
Jangan Cuma Bicara NU, Jadilah NU
Terkini
Lihat Semua