Tangerang Selatan, NU Online Banten
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Serang KH Muhammad Robi Ulfi Zaini Thohir mengatakan, sejak awal, NU bukan sekadar saksi sejarah kemerdekaan, tapi pelakunya. ’’Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 adalah bukti bahwa darah ulama dan santri mengalir di akar kemerdekaan republik ini. Bila hari ini kita menikmati merdeka, kita juga wajib menjaga, merawat, dan melanjutkan spirit perjuangan itu,’’ tegasnya saat sambutan pada Istighotsah Kemerdekaan dan Konsolidasi Kader Penggerak NU se-Zona 1 di Pondok Pesantren Daarul Ahibbah, Ciguha, Desa Carenang, Kecamatan Carenang, Kabupaten Serang, Banten, Ahad (10/8/2025).
Di depan para kader yang berasal dari Ciruas, Pontang, Tirtayasa, Lebak Wangi, Tanara, Carenang, dan Binuang, itu, Gus Robi—sapaan KH Muhammad Robi Ulfi Zaini Thohir—melanjutkan, di Carenang, lahir Syekh Nawawi Mandaya, penyusun Awamil dan Jurumiyah Mandaya, kitab nahwu lokal yang membuka jalan santri memahami turats dengan ketat dan tepat.
Di Tanara, lanjutnya, tempat lahirnya Syekh Nawawi al-Bantani, mahaguru ulama dunia, dan Syekh Abdul Karim, seorang sufi revolusioner, roh di balik Geger Cilegon 1888.’’Perlawanan rakyat Banten terhadap kolonialisme,’’ imbuhnya.
Di Binuang, berjuang Syekh Ciliwulung, syuhada jihad yang gugur bersama Ki Ageng Tirtayasa dalam melawan penjajahan Belanda.’’Di Tirtayasa, berdiri kokoh KH Syanwani, pendiri Pesantren Ashhabul Maymanah, menanam pendidikan dan keikhlasan. Di Pontang, menyala cahaya tasawuf dari Syekh Syanwani Kalipian, mursyid tarekat yang menghidupkan hati umat. Di Lebakwangi, kita kenang KH Asyari Jempalawong, ulama karismatik yang menjadi suluh masyarakat,’’ terangnya.
Pria yang pernah menimba ilmu di Lirboyo, Jawa Timur, itu juga menyampaikan dirinya dan hadirin bukan generasi yang berdiri dari nol. ’’Kita berdiri di atas fondasi besar yang telah dibangun oleh para ulama dan para syuhada. Maka tugas kita bukan membanggakan masa lalu, tapi meneruskan perjuangan itu hari ini,’’ ucap pengasuh Ponpes Moderat At-Thohiriyah Pelamunan itu.
Pria yang pernah belajar di Yaman dan Malaysia itu juga menyinggung arti kemerdekaan. Menurutnya, merdeka berarti bebas dari kebodohan, bebas dari kemiskinan, bebas dari paham-paham menyimpang, dan bebas dari apatisme sosial.’’Maka kita giatkan madrasah dan majelis taklim, kita dorong ekonomi jam’iyyah dan jamaah, kita jaga Aswaja An-Nahdliyah, kita bergerak, menghidupkan ranting, menjemput umat. Jangan cuma bicara NU, jadilah NU. Jangan cuma jadi pengurus, jadilah penggerak,’’ jelasnya seperti disampaikan kepada NUOB melalui aplikasi perpesanan.
Dia juga mengajak menggaungkan bahwa NU bukan hanya masa lalu, tapi NU adalah masa depan. ’’Bahwa kemerdekaan bukan hanya hasil istighotsah para ulama, tapi juga harus dijaga oleh langkah-langkah kita hari ini. Kalau dulu para ulama dan santri mengangkat bambu runcing, hari ini kita harus mengangkat pena, mikrofon, media sosial, dan gerakan nyata. Dari tanah para ulama ini, kita kobarkan semangat pengabdian,’’ pungkasnya. (Mutho)
Terpopuler
1
Ketua PCNU Kabupaten Serang: Mustajab, di Sisi Allah Doa Ibu Tak Pernah Basi
2
Mengkaji Neuroeducation, Mahasiswi STAI Al Amanah Al-Gontory Ini Raih Penghargaan The Best Of Innovation Delegate
3
Jangan Cuma Bicara NU, Jadilah NU
4
Syukur Anti-Kufur
5
18 Agustus 2025, dari Libur Nasional Jadi Cuti Bersama
Terkini
Lihat Semua