Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023

Nasional

Butuh Langkah Konkret, Mewujudkan Islam Ramah

Webinar dalam rangka Milad ke-1083 tahun Al-Azhar yang digelar Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) Cabang Indonesia, Kamis (16/3/2023). (Foto: NU Online Banten/Screenshot Zoom Singgih Aji Purnomo)

Bogor, NU Online Banten
Koordinator Nasional Gusdurian Indonesia Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid ‎mengatakan, dalam konsep moderasi beragama ada beberapa hal yang perlu ‎dicermati. Diantaranya tantangan melihat masyarakat memaknai konsep ‎moderasi beragama. “Tapi, saya meyakini alumni Al-Azhar mampu memahami ‎makna Islam washatiyah,’’ ujar putri sulung Gus Dur—KH Abdurrahman Wahid-- ‎itu.‎


Baca Juga:
Alissa Wahid Tegaskan Abu Janda Bukan Bagian dari Poros NU


Di Indonesia, lanjutnya, membuat konsep moderasi beragama. Moderasi ‎beragama dalam konsep negara bangsa, moderasi beragama ingin mewujudkan ‎sesuatu menjadi adil, berimbang, dan menaati konstitusi. ’’Ini yang ingin ‎dihidupkan di Indonesia,’’ tegas putri KH Abdurrahman Wahid, presiden keempat ‎Republik Indonesia, itu saat webinar dalam rangka Milad ke-1083 tahun Al-Azhar ‎yang digelar Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) Cabang Indonesia, ‎Kamis (16/3/2023).‎


Baca Juga:
Ketua NU Tangsel Dorong Penguatan Jejaring NU Online Banten untuk Sebarkan Islam Wasathiyah


Psikolog kelahiran Jombang, Jawa Timur, itu melanjutkan,  untuk itu perlu langkah ‎konkret bersama guna menumbuhkan Islam yang moderat dengan empat ‎gerakan. Sains of agency (dorongan perubahan). ’’Ini perlu dirasakan ‎manfaatnya, meski tantangannya juga ada. Yakni bagaimana bisa memperkuat ‎kebutuhan masyarakat guna mewujudkan Islam yang damai (rahmatan ‎lil’alamin) atau bahasa Gus Dur Islam yang ramah bukan Islam marah,’’ jelas ‎perempuan yang akrab disapa Alissa Wahid itu.‎


Tak hanya itu. Visi yang jelas dan disepakati. Wujudnya seperti apa dan apa ‎hasilnya yang akan dicapai. Gerakan lainnya, memperbanyak orang-orang yang ‎memiliki kapasitas perubahan untuk mewujudkan Islam yang damai. ‎


‎’’Langkah pertama yang dapat diterapkan. Langkah-langkah yang konkret. Apa ‎yang akan kita lakukan, bagaimana melakukannya, mulai melakukannya dan ‎terus melakukannya. Oleh karena itu, kita butuh kehadiran alumni Al-Azhar, ‎karena memiliki kredibilitas untuk berbicara Islam wasathiyah dan memberikan ‎edukasi kepada masyarakat guna mewujudkan Islam yang damai,’’ jelasnya.‎


Dia mengaku senang bisa bergabung dalam diskusi meski dalam perjalanan dari ‎Sumenep ke Surabaya. Sekarang saya di Sumenep minggir untuk ikut diskusi. ‎Saya ucapkan terima kasih dan selamat Milad ke-1083 tahun Al-Azhar,’’ imbuh ‎ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.‎


Sekadar diketahui, selain Alissa, diskusi virtual room zoom bertema masyarakat ‎sipil dan moderasi beragama; visi, strategi, dan aksi yang terbuka untuk umum ‎itu menghadirkan sejumlah narasumber. Di antaranya Ketua Lakpesdam NU KH ‎Ulil Absar Abdalla dan Ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) ‎Cabang Indonesia TGB Dr M Zainul Majdi. ‎


Saat mengawali paparannya, Alissa Wahid mengatakan bahwa kebetulan dia ‎terlibat dalam program moderasi beragama yang dicanangkan oleh Kementerian ‎Agama Republik Indonesia. “Saya senang bisa bergabung dan berdiskusi pada ‎forum ini, tema menarik walaupun saat ini kondisi masih dalam perjalanan ‎menuju Surabaya,’’ perempuan berkacamata itu.‎


Pewarta: Singgih Aji Purnomo

Editor: Izzul Mutho

Artikel Terkait