Penjual Es Teh Keliling, Gus Miftah, dan Humor dalam Dakwah
Kamis, 5 Desember 2024 | 00:17 WIB

Sunhaji, penjual es teh keliling, yang viral di pengajian Gus Miftah di Magelang, Jawa Tengah. (Foto: SS Youtube PCNU Kab Magelang)
Jakarta, NU Online Banten
Sunhaji, penjual es teh keliling, mendadak viral. Sunhaji tinggal di Gesari, Banyusari, Grabag, Magelang, Jawa Tengah. Perjalanan hidupnya penuh tantangan. Namun, tak patah arah. Sebelum berjualan es teh keliling dari pengajian ke pengajian, dia sempat bekerja sebagai tukang kayu. Nahas, kecelakaan kerja yang menimpa memaksanya beralih profesi menjadi penjual es teh keliling.
Dia mengandalkan jualan minuman dengan mencari acara pengajian atau yang lainnya untuk menghidupi istri dan dua anaknya yang masih sekolah. "Kadang sehari cuma dapat untung Rp 10 ribu," katanya saat ditemui tim dari komunitas galang dana Sayap Hati dilansir NU Online dari laman instagramnya.
Baca Juga
Dakwah Islam yang Ramah
Dalam video viral di berbagai platform media, membuatnya tidak hanya dikenal, tetapi juga menggerakkan hati banyak orang untuk membantunya. Dari personal, komunitas, lembaga, influencer hingga pejabat dan tokoh.
Terpisah, Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jawa Timur Safril Musaffa menegaskan komitmennya atas tawaran umrah untuk Sunhaji. Hadiah umrah merupakan apresiasi atas nilai kemanusiaan, kepedulian sosial, dan penghargaan terhadap keteladanan yang ditunjukkannya.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
"Langkah ini mencerminkan komitmen GP Ansor untuk mengapresiasi kerja keras, keikhlasan, dan dedikasi orang-orang yang sering kali luput dari perhatian publik. Penjual es teh tersebut mungkin menjadi inspirasi karena keteguhan dalam mencari nafkah dengan cara yang halal dan penuh kesabaran, meskipun dalam keterbatasan," ujar Safril kepada NU Online lewat sambungan telepon, Rabu (4/12/2024).
Kalau paspor sudah ada dan berkenan, lanjutnya, dia diberangkatkan pada 14 Desember 2024. ’’Tapi jika paspor belum siap, kami jadwalkan di 2 Januari 2025," imbuhnya.
Tak hanya itu. Sunhaji diangkat sebagai anggota kehormatan Banser. Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor Daerah Istimewa Jogjakarta Abdul Muiz mengatakan, Sunhaji merupakan jamaah pengajian H Miftah Maulana Habiburrahman yang akrab disapa Gus Miftah dan banyak orang dari kelompok tertentu ingin memanfaatkan keramaian ini. "Beberapa pihak dari kelompok tertentu sudah datang ke rumah Pak Sun ingin memberikan bantuan. Sampai rumahnya tadi malam ramai dijaga, sehingga bentuk donasi satu pintu ke kelurahan," kata Muiz saat dihubungi NU Online, Rabu (4/12/2024).
Selain itu, lanjutnya, Sunhaji butuh support dari semua kalangan terutama warga NU karena merupakan Nahdliyin. Sehingga menurutnya, mengangkatnya sebagai anggota kehormatan Banser dirasa perlu. "Semua ini sudah koordinasi dengan Satkornas Banser dan ketua umum GP Ansor. Ini jalan tengah sebagai upaya mencegah perpecahan dan melebar kemana-mana, sehingga ruang koordinasi kita sampaikan," jelasnya.
Sunhaji menjadi anggota kehormatan Banser saat datang ke Pondok Pesantren Ora Aji milik Gus Miftah di Kapanewon Kalasan, Sleman, Rabu (4/12/2024). Sunhaji yang awalnya mengenakan batik kemudian memakai seragam Banser lengkap.
Seperti diketahui, sebelumnya, Gus Miftah melontarkan kata-kata yang dianggap tidak pantas kepada Sunhaji saat mengisi pengajian di Magelang. Perkataan pendakwah yang juga sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan pada acara yang diselenggarakan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Magelang tersebut menjadi sorotan usai videonya viral dan menuai berbagai kecaman di media sosial.
"Oh kon mborong! (Oh disuruh memborong). Es tehmu jek akeh ora (es tehmu masih banyak gak)? Yo kono didol g*bl*k (ya sana dijual g*bl*k). Didol sek, nek urung payu, yo wes takdir (jual dulu, nanti kalau belum laku, ya sudah, takdir)," ujar Gus Miftah diikuti tawa jamaah dan sejumlah tokoh undangan di panggung.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Setelah viral, Gus Miftah meminta maaf. "Saya Miftah Maulana Habiburrahman menanggapi yang viral hari ini, minta maaf nggih, niatnya guyon (bercanda) tapi disalahpersepsikan. Semoga jadi rezeki jenengan nggih," kata Gus Miftah di kediaman Sunhaji di Gesari, Banyusari, Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Gus Miftah mengaku sering bercanda dengan siapa saja. Terkait candaannya yang menyinggung Sunhaji, Gus Miftah meminta maaf secara langsung ke kediaman Sunhaji pada Rabu (4/12/2024) pagi. Mereka berpelukan hangat dan saling memaafkan. "Ya tersinggung, tapi nggak apa-apa, sudah biasa. Sekarang sudah saling memaafkan," kata Sunhaji.
Sementara itu, Sekretaris Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Nurul Badruttamam mengingatkan kepada para pendakwah tentang pentingnya sikap arif dan bijaksana dalam berdakwah, baik secara langsung maupun melalui media sosial.
Dai atau daiyah memberikan pengaruh kepada masyarakat. Setiap ucapan yang disampaikan harus mengedepankan prinsip kesantunan dan etika yang baik, terutama dalam konteks publikasi di media sosial yang dapat dijangkau oleh banyak orang. "Dai dan daiyah harus memahami betul batasan-batasan dalam berbicara di depan umum dan saat memposting konten di media sosial. Pesan yang disampaikan harus tidak menyinggung perasaan orang lain dan tetap menjaga kerukunan serta kedamaian," ujarnya kepada NU Online, Rabu (4/12/2024).
Dia mengingatkan, ceramah perlu dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Dalam menyampaikan materi dakwah, penting untuk tidak terjebak dalam reaksi spontan yang dapat merugikan citra diri atau lembaga. "Ketika materi ceramah berhubungan dengan hal-hal yang sensitif, berpikir ulang adalah langkah yang bijak. Isi ceramah atau postingan harus mengandung kritik yang konstruktif dan tidak menyakiti pihak lain," jelasnya.
Kiai Nurul juga mengingatkan pentingnya pendekatan yang bijaksana. Humor adalah bagian dari seni komunikasi yang dapat meredakan ketegangan. Namun tetap harus dihormati batasannya. Humor dalam dakwah seharusnya tidak digunakan untuk merendahkan atau mengolok-olok orang lain. Melainkan untuk menyampaikan pesan dengan cara yang menyentuh hati dan mencerahkan.
"Humor yang diajarkan oleh Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid, tokoh NU, Red) bukan untuk mengejek atau merendahkan orang lain, tetapi untuk menciptakan suasana yang menyenangkan, namun tetap penuh dengan pelajaran moral dan sosial," katanya.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Dakwah yang bijak, lanjutnya, adalah dakwah yang mengajak umat untuk meningkatkan kualitas hidup dan ibadah mereka, dengan penuh penghormatan.’’Bukan dengan cara merendahkan siapa pun," tambahnya. (Joko Susanto, Husnul Khotimah)
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
ADVERTISEMENT BY ANYMIND