• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Sabtu, 27 April 2024

Nasional

Gempa di Tuban-Bawean, Ini Kata Peneliti Geologi BRIN

Gempa di Tuban-Bawean, Ini Kata Peneliti Geologi BRIN
Titik gempa Tuban dan Bawean, Jawa Timur. (Foto: BMKG)
Titik gempa Tuban dan Bawean, Jawa Timur. (Foto: BMKG)

Banten, NU Online Banten

Rentetan gempa yang terjadi di Tuban, Jawa Timur, disebabkan oleh sesar aktif yang belum terpetakan di Laut Jawa. Demikian disampaikan Mudrik R Daryono, peneliti geologi gempa bumi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). "Belum ada kepastian mengenai jenis sesar yang memicunya karena keterbatasan data, terutama dalam hal data batimetri yang sangat rinci yang belum tersedia," ujar Mudrik kepada NU Online, Sabtu (23/3/2024).



Secara geologi regional, terdapat patahan yang berada dalam jalur tersebut. Namun, studi ini adalah studi yang berumur tua dan pada kedalaman yang dalam (karena peruntukannya untuk eksplorasi minyak bumi). "Untuk sementara, kawan-kawan menyebutnya adalah sesar atau patahan Laut Jawa," jelas Mudrik.



Mekanisme fokal menunjukkan bahwa gempa ini terjadi akibat geseran pada dua nodal yang berarah utara-selatan, serta satu nodal lainnya berarah Barat-timur. Meskipun demikian, imbuh Mudrik, arah pasti dari retakan atau geseran tersebut masih belum diketahui. Untuk memahaminya lebih lanjut, diperlukan survei bawah laut yang mencakup morfologi dasar laut dengan menggunakan teknologi multibeam batimetri.  "Penyebaran gempa-gempa berikutnya juga akan menjadi petunjuk penting dalam menentukan arah utama dari retakan tersebut," jelasnya.


Mengenai istilah gempa susulan, Mudrik lebih suka menyebut istilah gempa peluruhan dan gempa terpicu. Gempa peluruhan merujuk pada gempa-gempa kecil yang merupakan bagian dari proses mencapai keseimbangan baru pada sesar tertentu. Umumnya tidak akan memiliki magnitudo yang lebih besar dari gempa utama yang pertama.



Sedangkan gempa terpicu adalah gempa yang memiliki magnitudo sama atau bahkan lebih besar dari gempa sebelumnya, tetapi berasal dari sesar atau patahan yang berbeda dengan sumber gempa utama sebelumnya. "Durasi gempa peluruhan dapat bervariasi tergantung pada magnitudo gempa utama, dari bulanan hingga tahunan. Namun secara prinsip tidak akan melebihi magnitudo gempa utama yang pertama," jelasnya.



Mudrik menyebut terjadinya gempa terpicu sangat bergantung pada pengetahuan tentang sebaran sesar aktif di sekitar atau dekat dengan sumber gempa utama. "Kasus sumber gempa bumi Bawean ini, kita tidak cukup atau tidak punya pengetahuan tentang sesar aktif di Laut Jawa ini sebab tidak memiliki atau tersedia data topografi bawah permukaan laut," jelasnya.


Penjelasan BMKG Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono menjelaskan terjadinya gempa berkekuatan Magnitudo (M) 6,0 di Tuban, Jawa Timur, Jumat (22/3/2024) pukul 11.22 WIB. Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 5,79 derajat Lintang Selatan dan 112,32 derajat Bujur Timur, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 126 kilometer arah Timur Laut Tuban, Jawa Timur pada kedalaman 10 kilometer.


"Menilik episenter dan dan hiposentrumnya, gempa di Tuban termasuk jenis gempa bumi dangkal yang terjadi akibat adanya aktivitas sesar aktif di Laut Jawa," ujar Daryono dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (22/3/2024).


Ditambahkan, hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip). Gempa tersebut turut dirasakan oleh warga di sejumlah daerah dengan skala IV-V Modified Mercalli Intensity (MMI), di mana getaran gempa dirasakan oleh hampir semua warga.


Warga di Bawean, Jawa Timur, merasakan gempa dengan skala intensitas III-IV MMI, dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah. Adapun, skala II-III MMI, terasa seperti ada truk yang melintas, dirasakan oleh warga di Jepara, Lamongan, Surabaya, Kudus, Blora, Nganjuk, Pacitan, Tulungagung, Madiun, Malang, Semarang, Jogjakarta, hingga Pekalongan.


Daryanto memastikan bahwa gempa di Tuban ini tidak berpotensi menimbulkan gelombang tsunami. "Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi tidak berpotensi tsunami," jelasnya sebagaimana dilansir NU Online.



Kondisi geologi dan penyebab gempa bumi dilansir dari laman ESDM, wilayah yang berdekatan dengan pusat gempa bumi di Tuban, seperti Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, umumnya memiliki morfologi dataran hingga bergelombang yang berbatasan dengan perbukitan hingga perbukitan terjal di bagian tengahnya.



Menurut Peta Geologi Lembar Bawean dan Masalembo yang disusun oleh Aziz dan rekan pada 1993, Pulau Bawean terdiri atas batuan tersier, seperti batu pasir dan batu gamping, serta endapan kuarter, termasuk batuan rombakan gunung api muda dan endapan aluvial pantai. Sebagian batuan tersier tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan kuarter dan batuan tersier yang telah mengalami pelapukan cenderung urai, lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated), dan memperkuat efek guncangan, sehingga meningkatkan risiko gempa bumi.



Selain itu, morfologi perbukitan yang tertutup oleh batuan yang telah mengalami pelapukan dapat menyebabkan gerakan tanah atau longsoran saat terjadi guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi di daerah tersebut. Berdasarkan pola struktur geologi Pulau Jawa yang diuraikan oleh Pulunggono dan Martodjojo pada 1994, diperkirakan terdapat sesar berarah relatif timur laut-barat daya, yang merupakan bagian dari Pola Meratus. Sesar ini termasuk sesar tua (pra tersier hingga tersier) dan diperkirakan telah mengalami reaktivasi. (Suci Amaliyah)


Nasional Terbaru