Nasional

Terima Kunjungan PWNU dan PCNU se-Jabar, Berikut Arahan Ketum PBNU

Jumat, 27 September 2024 | 07:40 WIB

Terima Kunjungan PWNU dan PCNU se-Jabar, Berikut Arahan Ketum PBNU

Pengurus NU se-Jabar berkunjung ke PBNU, Kamis (26/9/2024). (Foto: NU Online/Haekal)

Jakarta, NU Online Banten

Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menerima kunjungan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) se-Jabar di Lantai 8 Gedung PBNU, Jakarta, Kamis (26/9/2024). Rombongan itu dipimpin oleh Ketua PWNU Jabar KH Juhadi Muhammad dan Rais Syuriyah PWNU Jabar KH Abun Bunyamin.


Di hadapan para pengurus NU se-Jabar itu, Gus Yahya--sapaan KH Yahya Cholil Staquf-- memberikan arahan dan mengungkapkan tugas dan tanggung jawab ulama yang terus menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Sebab ulama-ulama NU memiliki ruh untuk bertanggung jawab terhadap jam'iyyah atau organisasi NU. "Saya ingin kita semua ingat kembali tentang apa tujuan hakiki dari muassis (pendiri) mendirikan jam'iyyah Nahdlatul Ulama. Jangan sampai karena perkembangan apa pun yang terjadi, apa pun yang terjadi pada perjalanan NU ini membuat kader-kader NU lupa pada tujuan hakiki itu dan lalu terseret menjadikan NU berjalan ke arah yang tidak sesuai dengan tujuan hakiki sebagai kader jam'iyyah," ujarnya, dilansir NU Online.



Gus Yahya menegaskan bahwa NU secara khusus didirikan oleh para ulama untuk menguatkan khidmat atau pengabdian ulama sesuai dengan tugas dan kewajiban ulama. Baginya tugas dan kewajiban ulama sama dengan tugas dari para nabi-nabi, hanya kekuatannya yang berbeda. "Tugasnya adalah melaksanakan tabligh dan riayah. Tabligh menyampaikan dengan cara-cara yang terhormat dan mengasuh (riayah) umat itu tugas ulama," jelasnya.


Tugas ulama, lanjutnya, bukan hanya terkait soal teknis, tetapi soal wadzifah atau amalan yang mengandung roh jihad di jalan Allah untuk menegakkan kalimat-kalimat Allah. "Ini yang nggak boleh kita lupa," katanya.


Pada kesempatan itu, Gus Yahya juga mengatakan bahwa dalam perkembangan sejarah NU, sikap politik NU selalu menyesuaikan dengan kebutuhan zaman yang terjadi. Hal ini disesuaikan dengan peluang, tantangan, dan kesempatan yang ada. "NU pernah menjadi partai politik karena tuntutan zaman, pada waktu itu bahwa pilihan yang terbaik adalah melibatkan diri dalam politik sebagai partai politik, itu dilakukan," katanya.


Pembedanya adalah roh dari amalan dari NU itu tidak berubah meski pernah menjadi partai politik, karena yang dilakukan adalah penyesuaian dengan tugas dan tanggung jawab keulamaan sehingga ketika tidak berpolitik, NU tetap melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. "Karena roh ini tidak berubah ketika pada satu titik kemudian model partai politik tidak lagi mampu melayani tugas hakiki dari ulama itu, NU kembali ke khittah berhenti dari politik," terangnya. (Haekal Attar)

ADVERTISEMENT BY OPTAD

ADVERTISEMENT BY ANYMIND