Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023

Opini

Manifestasi Lita`arafu di 1 Abad NU dan Piala Dunia Qatar

Nahdliyyin dan Nahdliyyat pada Harlah 1 Abad NU di Sidoarjo. (Foto: Instagram nahdlatululama)

Perhelatan Hari Lahir (Harlah) 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU) beberapa hari lalu menandakan adanya perkumpulan jutaan manusia dari berbagai daerah, suku, bahasa, bangsa dan budaya berbondong-bondong menuju titik kumpul Gelora Delta Sidoarjo mereka saling mengenal satu sama lain, ada yang sudah kenal sejak lama, ada juga yang berkenalan saat bertemu di lokasi yang tidak lain untuk mendapatkan berkah para kiai dan muassis Nahdlatul Ulama.


Baca Juga:
Ini Harapan-Harapan Presiden Jokowi ke NU Memasuki Abad Kedua


Perjuangan para Nahdliyyin dan Nahdliyyat menuju arena Harlah 1 Abad NU menempuh puluhan bahkan ratusan kilometer dengan semangat yang tak pernah surut menggunakan beragam moda transportasi mulai dari sepada motor, mobil pribadi, bus, kereta api, pesawat, kapal laut dan lainnya.


Baca Juga:
Berkah Harlah 1 Abad NU Bertabur Ijazah


Lebih dari itu, perjalanan para Nahdliyyin dan Nahdliyyat rata-rata dimulai dengan doa bersama dilanjut menuju lokasi ziarah para wali dan muassis sebelum mereka sampai di Sidoarjo. Pertemuan di lokasi itu pun tak terelakkan hingga menebar keberkahan bagi para pedagang dan pengelola lokasi ziarah.


Baca Juga:
Huni Peringkat Dua, Tim Sepakbola Banten Gilas Kontingen DIY


Sampai di Sidoarjo rombongan mulai dari tingkat ranting, cabang, cabang istimewa, wilayah, dan pengurus besar disuguhkan acara nonstop 24 jam selasa 7 Februari 2023. Kegiatan dimulai dengan Manaqib Syech Abdul Qadir Jaelani dan Lailatul Qiro’ah, gema shalawat 1 abad NU bersama Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf, Resepsi Puncak 1 abad NU bersama Presiden Joko Widodo dan 300 ulama sedunia, karnaval nusantara dan hiburan rakyat menampilkan beberapa musisi salah satunya Slank.


Menariknya, Nahdliyyin dan Nahdliyyat yang hadir tetap antusias menunggu penampilan Band Slank meski kondisi hujan, disela-sela menunggu sembari diguyur hujan bersama melantunkan Sholawat dan ijazah dari Mbah Wahab Chasbullah agar hujan menjadi reda.


Selain acara nonstop ada Muktamar Fiqih Peradaban Internasional 1 yang mempertemukan sedikitnya 15 pakar sebagai pembicara kunci, baik negeri maupun luar negeri hingga menghasilkan piagam rekomendasi yang tersedia dalam 2 versi bahasa, yaitu bahasa Arab dan Indonesia, salah satu rekomendasi yaitu menolak Khilafah, mendukung PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). 


Sisi lainnya tahun lalu Pembukaan Piala Dunia 2022 telah digelar pada Minggu, 20 November di Stadion Al Bayt di Al Khor, Qatar. Pembukaan tersebut dimeriahkan serangkaian acara, mulai dari penampilan Jungkook, anggota grup pria asal Korea Selatan, BTS; pertunjukan kembang api; hingga percakapan fenomenal antara aktor legendaris Amerika Serikat, Morgan Freeman, dengan Ghanim al-Muftah.


Percakapan keduanya pun sempat menduduki posisi teratas sebagai bahan pembicaraan paling trend di berbagai media sosial. Dalam percakapan tersebut, Ghanim pun sempat melantunkan ayat suci Al-Qur’an, Surat Al Hujurat ayat 13.


Selanjutnya, percakapan antara Morgan Freeman dan Ghanim al-Muftah dimulai dari pernyataan Morgan Freeman yang mendengar adanya hal baru, tetapi bukan musik, melainkan sebuah panggilan perayaan. “Saya mendengarkan suatu hal baru, tidak hanya musik, tetapi juga sebuah perayaan. Ini semua adalah hal baru daripada apa yang telah saya ketahui sebelum-sebelumnya,” ujar Morgan Freeman dalam pembukaan Piala Dunia 2022 itu. “(Saya mendengar) ada sebuah tanah yang tampaknya penuh kekacauan dengan berbagai keluarga (meskipun) dalam satu benua. Tentunya, saya berhenti untuk mendengarkan suara tersebut,” ujar Freeman melanjutkan. 


Monolog Morgan Freeman soal suara itu pun ditanggapi oleh Ghanim al-Muftah yang menyampaikan bahwa suara itu adalah panggilan kepada seluruh dunia. “Kami mengirimkan panggilan tersebut karena semua diterima. Ini adalah undangan kepada seluruh dunia,” kata Ghanim al-Muftah. 


Percakapan ini berlanjut pada pernyataan Morgan Freeman bahwa dirinya pernah mendengar suara dan panggilan tersebut sebelumnya. “Saya ingat betul setelah mendengarkan panggilan tersebut, alih-alih melihatnya, kami justru menolak dan menuntutnya dengan jalan kami sendiri. Sekarang, dunia terasa lebih berjarak dan terpecah belah,” ujar Morgan Freeman.


“Bagaimana bisa banyak negara, bahasa, dan budaya datang bersama, jika hanya ada satu cara untuk diterima?” tanya Freeman secara retoris kepada seluruh pengunjung di Stadion Al Bayt, Qatar. 


Mendengarkan pertanyaan tersebut, Ghanim al-Muftah pun segera melantunkan ayat suci Al-Qur’an Surat al-Hujurat ayat 13. Apabila diterjemahkan secara harfiah, ayat tersebut setidaknya memiliki makna berikut. “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal,” terjemahan lantunan Ghanim al-Muftah. 


Setelah pembacaan ayat tersebut, Ghanim pun melanjutkan pembicaraan dengan Morgan Freeman bahwa bersama-sama mereka dapat mengirimkan panggilan kepada dunia untuk bergabung dan bersatu bersama. 


Percakapan Morgan Freeman dan Ghanim al-Muftah ditutup dengan gerakan simbolis dan epik. Keduanya menjulurkan kepalan tangan dan saling menautkan kepalan tersebut serta diiringi musik fantastis dan latar belakang penuh warna. Simbol persatuan dan perdamaian pun tercipta di antara keduanya, mewakili dunia.


Lewat surat Al Hujurat ayat 13, Ghanim al Muftah mengajak seluruh umat manusia untuk percaya bahwa kita tersebar di bumi ini sebagai bangsa dan suku, agar lita`arafu, kita bisa saling mengenal, belajar dan menemukan keindahan dalam perbedaan," katanya. Muftah juga menyampaikan bahwa manusia bisa hidup secara berdampingan dengan mengedepankan toleransi dan penghormatan terhadap orang lain. "Dengan toleransi dan rasa menghormati, kita dapat hidup bersama dalam satu rumah," ujarnya. Rumah bukanlah sekadar bangunan tempat tinggal keluarga. Bagi Muftah, di mana ada dua hal tadi, toleransi dan rasa penghormatan terhadap yang lain, di situlah rumah yang sesungguhnya. "Di manapun itu terbangun, di situlah rumah," ujar pria 20 tahun itu.


Qs. Al-Hujurat Ayat 13

 
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ١٣


Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.


Dalam QS. Al-Hujarat ayat 13, ayat ini tidak menggunakan panggilan yang ditujukan kepada orang-orang beriman, Melainkan ditujukan kepada manusia. Maknanya ayat ini bermaksud mengurai tentang prinsip dasar hubungan manusia. Yang jelas ayat ini menegaskan kesatuan asal-usul manusia dengan menunjukkan kesamaan derajat kemanusiaan manusia. Tidak wajar seseorang berbangga dan merasa diri lebih tinggi dari yang lain, bukan saja antar satu bangsa, suku, warna kulit dengan selainnya, yang mengantarkan untuk menegaskan bahwa semua manusia derajat kemanusiannya sama disisi Allah, tidak ada perbedaan antara satu suku dengan yang lain. Tidak ada juga perbedaan pada nilai kemanusiaan antara laki-laki dan perempuan. Karena semua diciptakan dari seseorang laki-laki dan seorang perempuan. 


Tujuan dari ayat ini yaitu agar manusia saling mengenal, semakin kuat pengenalan satu pihak kepada selainnya, semakin terbuka peluang untuk saling memberi manfaat. Perkenalan itu dibutuhkan untuk saling menarik pelajaran dan pengalaman pihak lain, guna meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Yang dampaknya tercermin pada kedamaian dan kesejahteraan hidup duniawi dan kebahagiaan ukhrawi. 


Ayat ini telah merekonstruksi semua dimensi eksistensi manusia. Memulai dengan penciptaan, kemudian menyatakan keberpasangan: laki-laki dan wanita, keduanya kemudian disatukan dalam kelompok-kelompok yang besar dan kecil, yang masing-masing diterjemahkan sebagai bangsa dan suku. Supaya kalian saling kenal mengenal atau gampangnya karena dapat dibedakan maka memungkinkan pengenalan. 


Asbabun Al-Nuzul Surat Al Hujurat Ayat 13 
Sebab turunnya ayat 13 dari QS. al-Hujurat yaitu Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abi Malakah yang berkata, “Setelah pembebasan kota Mekah, Bilal naik ke atas ka`bah lalu mengumandangkan adzan.” Melihat hal itu, sebagian orang lalu berkata, “Bagaimana mungkin budak hitam ini yang justru mengumandangkan adzan di atas ka’bah!” sebagian yang lain berkata (dengan nada mengejek), “Apakah Allah akan murka kalau bukan dia yang mengumandangkan adzan? Allah lalu menurunkan ayat ini”. 


Dalam kitab al-Mubhamaat, Ibnu Asakir meriwayatkan “saya menemukan tulisan tangan dari Ibnu Basykual yang menyebutkan bahwa Abu bakar bin Dawud meriwayatkan dalam kitab tafsirnya”. Ayat ini turun berkenaan dengan Abi Hindun, suatu ketika Rasulullah SAW menyuruh Bani Bayadhah untuk menikahkan Abu Hindun ini dengan wanita dari suku mereka. Akan tetapi, mereka berkata, ”wahai Rasulullah, bagaimana mungkin kami akan menikahkan anak wanita kami dengan seorang budak”. Sebagai responnya, turunlah ayat ini.


Empat Prinsip Lita`arafu Islam Menurut Syaikh Qordhawy 

  1. Prinsip keragaman, pluralitas (al-ta`addudiyah). Keragaman sejatinya merupakan watak alam, dan bagian dari sunanatullah. Orang Muslim, kata Qardhawi, menyakini Keesaan Allah (al-Khalik) dan keberagaman ciptaan-Nya (makhluk). Dalam keragaman itu (laki/perempuan, berbangsa-bangsa, bersuku-suku, kita disuruh ta’aruf (saling mengenal, memahami dan menghargai). (QS. al-Hujurat [49]: 13). 

     
  2. Prinsip bahwa perbedaan terjadi karena kehendak Tuhan (waqi` bi masyi’atillah). Al-Qur’an sendiri menegaskan bahwa perbedaan agama karena kehendak-Nya. Allah SWT tentu tidak berkehendak pada sesuatu kecuali ada kebaikan di dalamnya. “Dan kalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di muka bumi seluruhnya. Apakah engkau hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang mukmin? (QS. Yunus [10]: 99). ”Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlombalombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu (Al-Maidah 5 ayat 48)

     
  3. Prinsip yang memandang manusia sebagai satu keluarga (ka usrah wahidah). Semua orang, dari sisi penciptaan, kembali kepada satu Tuhan, yaitu Allah SWT, dan dari sisi nasab, keturunan, ia kembali kepada satu asal (bapak), yaitu Nabi Adam AS. Pesan ini terbaca dengan jelas dalam QS.. al-Nisa ayat 1 (min nafsin waahidah) agar saling menolang dan bersilaturahim dan dalam dekalrasi Nabi SAW yang amat mengesankan pada haji wada` (tentang pentingnya persaudaraan sesama manusia dan larangan mendholimi sesama, mengambil atau merusak harta mereka dan larangan diskriminasi disebabkan perbedaan kebangsaan, warna kulit atau pun agama.)

     
  4. Prinsip kemuliaan manusia dari sisi kemanusiannya (takrim al-Insan li-insaniyyatih). Manusia adalah makhluk tertingi ciptaan Allah, dimuliakan dan dilebihkan atas makhluk-makhluk lain (QS. al-Isra [17]: 70), dan dinobatkannya sebagai khalifah (QS. al-Baqarah [2]: 30). Penghormatan Nabi kepada jenazah Yahudi, di dalam hadits di atas, dilakukan semata-mata karena kemanusiannya, bukan warna kulit, suku, atau agamanya. 


Makna dan Tafsir Surat Al Hujurat Ayat 13
Ayat ini dibuka dengan “Wahai manusia!” dan ini adalah ciri-ciri ayat Makkiyyah, ulama memandang bahwa ayat ini adalah Makkiyah. Namun sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa ayat ini adalah Madaniyyah hanya saja Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan “Wahai manusia!” agar ayat ini umum mencakup seluruh manusia, terlebih lagi yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ‘aamul wufuud, kemungkinan sebagian mereka belum beriman, atau sebagian mereka keimanannya belum kuat. Yang jelas bahwa ayat ini turun di Madinah. Ayat ini menjelaskan dan mengingatkan kepada kabilah dan bangsa-bangsa yang biasanya mereka suka fanatik terhadap kabilah atau bangsa mereka dan mengejek atau merendahkan kabilah atau bangsa yang lain, sehingga Allah subhanahu wa ta’ala mengingatkan mereka agar tidak melakukan hal tersebut karena hakikatnya mereka berasal dari satu nenek moyang yaitu Adam dan Hawa sehingga Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan mereka dengan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku bukan untuk saling mengejek akan tetapi untuk saling mengenal. 


Biasanya sifat dasar sebuah suku adalah ta’asshub dengan sukunya dan merendahkan suku yang lain, sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


“Wahai sekalian manusia, ingatlah bahwa Rabb kalian itu satu, dan bapak kalian juga satu. Dan ingatlah, tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang ‘Ajam (non-‘Arab), tidak pula orang ‘Ajam atas orang ‘Arab, tidak pula orang berkulit putih atas orang berkulit.hitam, dan tidak pula orang berkulit hitam di atas orang berkulit putih; kecuali atas dasar ketaqwaan. Apakah aku telah menyampaikannya?”. Mereka menjawab: “Rasulullah telah menyampaikannya.”


Allah melarang manusia untuk bersaing dalam masalah asal usul akan tetapi Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan untuk bersaing dan berlomba dalam ketakwaan.


Singgih Aji Purnomo, Bidang Kajian dan Riset LAKPESDAM PCNU Jakarta Selatan dan Redaktur NU Online Banten

Singgih Aji Purnomo
Editor: Izzul Mutho