Warga NU Tak Perlu Galau, Kenapa?
Tangerang Selatan, NU Online Banten
Warga Nahdlatul Ulama (NU) atau Nahdliyyin harus percaya diri. Sebagai muslim dan hidup di Indonesia, Nahdliyyin hendaknya dapat ikut menjaga tradisi dan budaya yang sudah ada. Nahdliyyin diminta tidak terbebani dengan istilah konservatif atau tradisional yang dilekatkan. Ini terungkap dalam wejangan yang disampaikan oleh Wakil Rais Syuriyah Pengurus Cabang (PC) NU KH Tafsir Munir selepas mujahadah dan istighotsah Gedung Graha Aswaja NU Tangsel, Selasa (27/12/2022) malam.
“Orang NU tidak perlu risau dikatakan sebagai sebuah kelompok orang-orang konservati. Kita adalah orang-orang yang bertugas sebagai konservasi untuk melakukan pemeliharaan. Baik pemeliharaan adat maupun pemeliharaan tradisi peninggalan dari para wali dan para masyayikh, karena itu merupakan bagian dari penguatan Aswaja (Ahlus Sunnah wal Jamaah) saat ini,‘’ pesannya.
Sementara itu, PC NU menggelar rutin mujahadah dan istighotsah di Gedung Graha Aswaja NU Tangsel, setiap Selasa malam selepas Isya. Kegiatan ini juga dihadiri oleh badan otonom dan pengurus lembaga. Sekretaris PCNU Kota Tangerang Selatan K Himam Muzahir mengatakan, dipihnya Selasa malam Rabu bukan terjadi secara tiba-tiba.
Namun hasil dari perjalanan para pengurus sowan ke beberapa kiai dan masyayikh di pesantren-pesantren dan mengambil tradisi para kiai dan masyayikh sebagaimana mujahadah shalawat nariyah di beberapa pesantren. ’’Salah satunya di Pesantren Al Muayyad Surakarta. Allahu a’lam kita tidak tahu di Selasa itu apa, yang jelas insya Allah kita akan istiqamahkan,’’ ujarnya memberi alasan.
Diterangkan, kegiatan tersebut merupakan bagian dari ikhtiar ruhani para pengurus NU dalam rangka mewujudkan Gedung Graha Aswaja Kota Tangsel. ’’Membaca Ratibul Haddad, Shalawat Nariyah, dan dilanjut ngaji kitab,’’ imbuhnya. Sedangkan secara dhahir, pihaknya menggecarkan gerakan wakaf untuk Gedung tersebut.
Pewarta: Qomaruddin Hidayat