• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Minggu, 19 Mei 2024

Khutbah

Khutbah Jumat: Santri Menebar Perdamaian, Merawat NKRI

Khutbah Jumat: Santri Menebar Perdamaian, Merawat NKRI
ilustrasi. (NUO)
ilustrasi. (NUO)

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِه نَسْتَعِيْنُ عَلى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلى اٰلِه وَأَصْحَابِه وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ،

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالى: ولَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ


Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Pertama sekali marilah kita bersyukur ke hadirat Allah yang telah memberikan berjuta kenikmatan kepada kita sekalian, sehingga masih bisa melaksanakan Shalat Jumat di masjid yang mulia ini.


Shalawat serta salam, semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad yang telah membimbing kita menuju dunia yang terang dan jelas, yaitu addinul Islam. Semoga kita selalu mencintainya dan bershalawat kepadanya sehingga kita diakui sebagai umatnya yang mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti, amin.


Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Selaku khatib kami mengajak kepada hadirin sekalian dan diri kami pribadi, marilah kita selalu berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah dengan terus berusaha menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Semoga Allah selalu memberikan bimbingan dan kekuatan kepada kita sehingga kita selau dalam keimanan dan ketakwaan kepada-Nya. Amin.


Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Pengertian santri Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), santri adalah orang yang mendalami agama Islam atau orang-orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh; orang yang saleh. Di masyarakat istilah santri mencerminkan kehidupan keberagamaan yang taat kepada ajaran Islam. Sedangkan menurut KH Mustofa Bisri (Gus Mus) Santri juga adalah kelompok yang mencintai negaranya, sekaligus menghormati guru dan orang tuanya kendati keduanya telah tiada, kelompok orang yang memiliki kasih sayang pada sesama manusia dan pandai bersyukur.



Dari kedua pengertian tersebut menggambarkan bahwa santri atau masyarakat santri adalah sosok pribadi atau masyarakat yang diharapkan dapat mewarnai kehidupan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan yang dapat menyejukan, mendamaikan diri sendiri dan masyarakat maupun bangsa dan negara.


Sebagai santri atau masyarakat santri, dalam rangka menyambut Hari Santri hendaknya mampu dan berusaha menebar kedamaian yang juga bagian dari menjaga keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam bermasyarakat di Indonesia, di antaranya adalah:


Pertama, jangan menghakimi orang lain

Dalam beraktivitas bersama masyarakat baik formal maupun nonformal tetap harus mengikuti aturan atau kebiasaan adat yang disepakati bersama. Jika seseorang melakukan sesuatu dengan tidak mengindahkan aturan atau adat, maka dia akan terkena imbas dari perilaku yang dilakukan, baik secara formal maupun nonformal.


Sebagai masyarakat berpendidikan dan beragama, sepertinya tidak baik ketika menghakimi salah satu anggota masyarakat atau kelompok terentu baik secara verbal apalagi fisik karena pasti akan menimbulkan masalah yang berkelanjutan karena tidak sulit menemukan  manusia yang rela dihakimi oleh seseorang yang bukan haknya menghakimi atau hakim pengadilan. Allah pun melarang hal tersebut dalam Al-Qur’an:

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ



Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim." (QS al-Hujurat: 11)


Kedua, mencintai sesama manusia

Banyak pujangga mengatakan bahwa cinta itu indah, menyenangkan, menggairahkan, menyemangati hidup dan seterusnya, yang kesemuanya itu dibutuhkan oleh manusia tersmasuk kita. Manusia membutuhkan cinta baik cinta dari Allah sang Maha pemberi cinta maupun cinta sesama manusia. Ketika manusia berdekatan dengan yang dicintai, maka dia kan merasakan kedamaian dan kenyamanan.


Sebagai orang yang baik dan menginginkan kedamaian, maka kita harus berusaha mencintai diri sendiri dan orang lain dengan cinta yang sama. Cinta diberikan kepada saudara sesama Muslim maupun nonmuslim dalam kapasitas yang sama. Terkadang serasa berat ketika seseorang memberikan cinta kepada orang atau kelompok yang menyakiti atau mendzalimi kita yang membuat marah dan tidak nyaman. Hal ini sudah dicontohkan oleh Nabi. Ketika Nabi diludahi seorang perempuan setiap kali menuju shalat subuh. Nabi tidak marah dan kabi menengok Ketika perempuan itu sakit. Dan Nabi ternyata orang yang pertama menengok Rasulullah bersabda:


 

لاَ يُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِاَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ . رواه البخارى ومسلم


’’Tidak beriman salah seorang dari kamu sekalian, sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya.’’ (HR Bukhari Muslim)



Ketiga, menghargai perbedaan agama dan budaya

Dalam kehidupan masyarakat pasti ada perbedaan, dan Allah menciptakan manusia dalam berbagai golongan, suku, ras dan bahasa, yang kesemuanya itu dimaksudkan agar manusia saling mengenal dan berbagi kebaikan dan cinta. Dari banyak perbedaan pastinya akan menumbuhkan perbedaan yang lain seperti perbedaan agama, budaya dan Bahasa, serta lainnya. Namun sebagai masyarakat santri tidak diperkenankan untuk memperbesar perbedaan yang dapat menimbulkan perpecahan dan permusuhan diantar mereka. Akan tetapi justru harus berusaha menghargai dan menumbuhkan kenyamanan bersama orang lain yang banyak perbedaan. Allah berfirman:


 

لَّا يَنْهَىٰكُمُ ٱللَّهُ عَنِ ٱلَّذِينَ لَمْ يُقَٰتِلُوكُمْ فِى ٱلدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَٰرِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوٓا۟ إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُقْسِطِينَ



“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS Al-Mumtahanah: 8)

 


Keempat, bersikap ramah terhadap sesama

Dalam diri setiap manusia tertanam nafsu-nafsu yang selalu ada dan muncul mempengaruhi tindak tanduknya dalam kehidupan. Orang yang ingin menjadi baik akan berusaha mengontrol nafsunya dengan berbagai ibadah dan terutama berpuasa bagi orang Islam. Ketika manusia tidak sanggup mengontrol nafsunya, maka dia akan berbuat ingkar, akan menujukkan kesombongannya juga keangkuhannya. Orang yang sombong pasti sulit untuk bersikap ramah dalam bermasyarakat, untuk itu mari kita berusaha untuk mengontrol nafsu lawwamah atau nafsu yang jahat dan jelek agar tidak menstimulan kita mengarahkan kepada kesombongan dan keangkuhan dan kita tekan dan arahkan nafsu lawwamah itu dengan berpuasa dan kontrol dengan akal sehat. Dengan begitu kita akan dapat bersikap ramah kepada siapa pun dengan berlatar belakang apapun. Allah berfirman:


 

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ


“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu, maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal.’’ (QS Ali Imran/3: 159)

 


Kelima, berpartisipasi dalam memberikan solusi permasalahan masyarakat

Dalam bermasyarakat pasti akan muncul permasalahan yang muncul. Baik secara pribadi maupun golongan. Sebagai anggota masyarakat yang baik dan berkeinginan untuk menjadi baik, apalagi masyarakat santri harus berusaha mendukung dan jika bisa menjadi pelopor kebaikan dalam masyrakat dan jangan sampai justru menjadi pemicu masalah atau biang kerok masalah.


Menjadi pelopor atau selalu berpartisapi dalam menyelesaikan masalah dalam masyarakat adalah merupakan hal yang baik dan pasti akan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah SWT. Dan Allah pun memerintahkan kita masyarakat santri untuk menjadi pelopor dan partisipan problematika masyarakat, sebagaimana firman-Nya:


 

وَإِن طَآئِفَتَانِ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱقۡتَتَلُواْ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَهُمَاۖ فَإِنۢ بَغَتۡ إِحۡدَىٰهُمَا عَلَى ٱلۡأُخۡرَىٰ فَقَٰتِلُواْ ٱلَّتِي تَبۡغِي حَتَّىٰ تَفِيٓءَ إِلَىٰٓ أَمۡرِ ٱللهِۚ فَإِن فَآءَتۡ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَهُمَا بِٱلۡعَدۡلِ وَأَقۡسِطُوٓاْۖ إِنَّ ٱللهَ يُحِبُّ ٱلۡمُقۡسِطِينَ ٩


’’Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.’’ (QS Al-Hujurat: 9)

 


Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Demikian khutbah yang singkat ini, semoga kita bisa menyambut Hari Santri dengan baik. Semoga Allah memudahkan dan memberi kekuatan serta semangat kepada kita untuk bisa melakukan kebaikan maksimal dan total, sehingga kita pantas menjadikan orang-orang yang masuk ke dalam kelompok penebar kebaikan dan kedamaian serta mendapatkan ampunan dan rahmat serta kasih sayang Allah, amin.


 

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّه هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَه لاَشَرِيْكَ لَهُ إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِه وَأَصْحَابِه أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا  وَصَلَّى الله عَلى سَيِّدنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، اَللّهُمَّ أَعِنْهُمْ عَلى طَاعَتِكَ وَاهْدِهِمْ سَوَاءَ السَّبِيْلِ، اَللّهُمَّ جَنِّبْهُمْ الْفِتَنَ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَابَطَنَ، إِنَّكَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ,اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ  رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبى وَيَنْهى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ



KH Ahmad Misbah, ketua LDNU Tangsel
 


Khutbah Terbaru