• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Selasa, 23 April 2024

Khutbah

Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Puasa Menyambut Ramadhan

Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Puasa Menyambut Ramadhan
Meningkatkan Ibadah kepada Allah swt merupakan bentuk ketaatan kipa kepada sang Pencipta (Foto: NU Online
Meningkatkan Ibadah kepada Allah swt merupakan bentuk ketaatan kipa kepada sang Pencipta (Foto: NU Online

Khutbah I

 

اَلْحَمْدُ للهِ الْمَوْجُوْدِ أَزَلًا وَأَبَدًا بِلَا مَكَانٍ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ الْأَتَمَّانِ الْأَكْمَلَانِ، عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ، أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ ۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ ۗ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ.

 

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

 

Kita hidup di dunia ini tak lebih dari seorang pengembara yang sedang melakukan transit menyiapkan bekal untuk perjalanan yang masih panjang. Dan tiadalah sebaik-baik bekal bagi seorang mukmin selain takwa, sebagaimana firman-Nya;

 

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ

 

Artinya: Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. (Q.S. Al-Baqarah: 197)
Oleh karenanya, Khatib senantiasa berwasiat kepada jamaah sekalian dan juga kepada diri kKhatib sendiri untuk bertakwa kepada Allah swt.

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

 

Beberapa hari lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan. Mungkin pernah terbesit di pikiran kita, “Udah puasa bertahun-tahun, tapi kok gini-gini aja, ya”. Kita merasa tidak ada peningkatan signifikan atas puasa yang kita lakukan di bulan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, selain hanya menahan dahaga dan lapar. Kira-kira masalahnya di mana?

 

Jika kita kembali membaca ayat tentang perintah berpuasa yang tercantum dalam surah Al-Baqarah ayat 183, maka akan kita dapati bahwa tujuan dari puasa adalah menjadikan orang yang menjalankannya semakin bertakwa kepada Allah swt. Takwa merupakan ibadah hati, sebagaimana hadist Rasulullah saw. yang berbunyi;

 

...التقوى ها هنا - ويشير إلى صدره ثلاث مرات ...-(رواه مسلم)

 

Artinya: Takwa itu ada di sini (beliau mengulanginya tiga kali sambil menunjuk dadanya) (H.R. Muslim)
Adapun tujuan beribadah adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt (taqarrub ilallah). Artinya, goals kita dalam berpuasa adalah menjadi lebih dekat dengan Allah swt.

 

Mungkin sudah jamak kita dengar teori tingkatan orang berpuasa oleh Imam Al-Ghazali. Menurut Al-Ghazali, tingkatan orang berpuasa itu ada 3. Yang paling bawah adalah صوم العموم  (shoum al umum) artinya, puasanya orang awam. Bagaimanakah puasanya orang awam itu? Yaitu mereka berpuasa hanya menahan lapar dan haus serta nafsu syahwat berhubungan badan selama berpuasa.

 

Tingkatan yang kedua adalah صوم الخصوص  (shoum al-khushush) artinya, puasanya orang khusus, yaitu tidak hanya menahan lapar, dahaga, dan syahwat, tetapi juga menjaga penglihatan, pendengaran, ucapan dan seluruh anggota tubuh dari berbuat dosa. Sedangkan tingkatan yang paling tinggi adalah صوم خصوص الخصوص (shoum khushush al-khushush) artinya, puasanya orang khususnya khusus. Bagaiamana puasanya? Yaitu tidak hanya menjaga anggota tubuh dari berbuat dosa, tapi menjaga hati agar tidak lalai dari mengingat Allah. Menjaga hati agar tidak memikirkan hal-hal yang sifatnya duniawi.

 

Pertanyaannya, sudah sampai manakah kualitas puasa kita? Apakah sudah mencapai tingkatan kedua? atau masih di tingkatan pertama? atau jangan-jangan kita sama sekali belum pernah mencapai tingkatan pertama, yaitu berpuasa hanya menahan lapar dan haus, tapi tidak menahan hawa nafsu? Jika cara berpuasa kita seperti itu, bagaimana mungkin kita bisa mendapatkan atsar (efek, hasil) dari puasa yang kita kerjakan. Jangan-jangan kita malah termasuk golongan yang disabdakan Rasulullah saw.;

 

رُبَّ صائمٍ لَيْسَ لَه مِن صِيامِه إلاَّ الجُوعُ (رواه ابن ماحه)

 

Artinya: Boleh jadi seseorang berpuasa, tetapi tidak ada yang dia dapatkan dari puasanya selain rasa lapar (puasanya tidak berefek dalam kehidupannya) (H.R. Ibnu Majah).

 

Kenapa bisa demikian? Karena selama ini ia beribadah (berpuasa) hanya sebatas fisik, tidak menyentuh rohaninya sama sekali. Hadist ini dipahami oleh para ulama bahwa Nabi Muhammad saw. ingin menekankan akan pentingnya melibatkan qalbu, rohani kita di setiap ibadah yang kita kerjakan. Sehingga ibadah itu mampu memberi pengaruh dalam kehidupan kita bukan hanya sebagai aktivitas fisik penggugur kewajiban.

 

Lantas, bagaimanakah caranya meningkatkan kualitas ibadah kita wabilkhusus puasa agar tidak hanya sekedar aktivitas fisik?

 

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

 

Imam Izzuddin bin Abdissalam, seorang ulama tasawuf yang bergelar sultanul ulama, membagi konsep taqarrub ilallah ke dalam tiga tingkatan. Tingkatan yang paling rendah adalah taqarrub bi amalil arkan (pendekatan dengan amal anggota tubuh). Lalu yang kedua adalah taqarrub bi amalil qalbi (pendekatan dengan amal qalbu/hati). Sedangkan tingkatan yang paling tinggi adalah taqarrub bi amalirruh (pendekatan dengan amal ruh).

 

Untuk meningkatkan kualitas ibadah puasa kita, maka hendaknya kita mulai dari pemaknaan kata lillah (لِلهِ ) dalam niat puasa. Jika kata lillah masih kita maknai dengan “karena mengharap pahala dari Allah” maka kualitas puasa kita masih di level paling bawah yaitu, taqarrub bi amalil arkan karena kita masih mengharap balasan materi dari Allah. Kalau kita ingin naik satu tingkat ke level kedua, maka kata lillah harus kita maknai dengan keinginan untuk membersihkan hati. Artinya, kita berpuasa karena ingin membersihkan hati kita dari segala kotorannya yang bersumber dari dosa. Rasulullah saw bersabda; 

 

إنَّ الْمُؤمِنَ إذَا أذنَبَ ذَنْبًا كَانَتْ نُكْتَةً سَوْدَاء فِيْ قَلْبِهِ 

 

Artinya: Sesungguhnya apabila seorang yang beriman melakukan perbuatan dosa, maka akan timbul noda hitam di hatinya.

 

Jika kita ingin naik lagi ke tingkat paling atas, (taqarrub bi amalirruh), maka kata lillah harus kita maknai dengan “karena ingin mendekatkan diri kepada Allah., ingin mengenal Allah swt.” Level inilah yang dimaksud oleh hadist qudsi اَلصَّوْمُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ (puasa itu untuk-Ku dan Aku jugalah yang akan membalasnya).

 

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

 

Semoga Allah swt. memberi kita kesempatan untuk bertemu dengan bulan Ramadhan-Nya, dan semoga Allah memberi kita taufik-Nya agar kita bisa memaksimalkan ibadah di dalamnya. Amin ya rabbal ‘alamin

 

  بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ .

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.  
 

 


Oleh: Muh. Salahuddin Al Ayyubi, Mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah (UIN) Jakarta dan Aktifis PMII Komfakdish Ciputa


Editor:

Khutbah Terbaru