Nasional Mudik 2025

Dear Gen Z, Ini Tips agar Sehat secara Mental ketika Mudik

Rabu, 26 Maret 2025 | 17:33 WIB

Dear Gen Z, Ini Tips agar Sehat secara Mental ketika Mudik

Ilustrasi Mudik Lebaran. (Foto: freepik.com)

Tangerang Selatan, NU Online Banten

Musim mudik tiba. Tradisi yang menarik yang terjadi di Indonesia jelang Idul Fitri seperti saat ini. Menurut Abdul Mujib, tips mudik yang sehat, termasuk Generasi (Gen) Z, setidaknya ada empat. ’’Sehat secara bio, psiko, sosio, dan spiritual,’’ ujar Guru Besar Bidang Ilmu Psikologi Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kepada NU Online Banten via sambungan telepon seluler, Rabu (26/3/2025) siang.

 

Dalam percakapan sekitar 13 menit 20 detik itu, profesor asal Gresik, Jawa Timur, itu menjelaskan, secara bio, badannya sehat. ’’Ketika mudik semua kita ingin mudik itu senang atau gembira, maka kalau ada gejala sakit, periksakan dulu. Jangan paksakan diri untuk mudik saat sakit,’’ pesannya.

 

Kemudian, psiko, lanjutnya, mentalnya sehat. ’’Tanda orang itu bagus secara psikologis yakni bisa membawa diri ‘beradaptasi’ dalam kondisi atau tempat apa pun. Baik di jalan atau di daerah yang dituju,’’ terangnya.

 

Suasana psikologis harus disesuaikan. ’’Kondisi di desa harus menerima, meski kadang kekurangan air, panas, kurangnya fasilitas itu harus diterima,” kata penulis buku Teori Kepribadian Perspektif Psikologi Islam yang saat wawancara berada di dalam kendaraan bersama anaknya yang juga Gen Z, menuju Gresik itu.

 

Ketiga, sosio, mentalnya sehat atau mampu penyesuaian diri. ’’Dengan mudik bisa silaturahim. Mudik bukan untuk pamer, tapi mudik harus share and care (berbagi). Terakhir, spiritual, spiritualnya sehat. Maka niatkan mudik untuk ibadah,” jelas pria yang karib disapa Prof Mujib itu.

 

Sementara, mengenai pertanyaan kapan nikah yang kerap dilontarkan saat di kampung halaman, termasuk kepada Gen Z, bisa mengganggu. Lebih-lebih sudah mempunyai pekerjaan. Secara sosiologis, orang desa dengan kota memang beda cara pandang. Pria yang mendapatkan beasiswa dari Yayasan Pembinaan, Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi The Habibie Center ketika menyelesaikan studinya di S3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menjelaskan, hasil penelitian menyebutkan, usia pernikahan kini sudah bergeser. ’’Semakin tua, dulu ketika sudah waktunya nikah maka langsung berani menikah. Beda dengan Gen Z usia pernikahan makin mundur meski dirinya sudah mampu secara finansial,’’ jelasnya.

 

Hal lain, kata pengembang psikologi Islam itu, pekerjaan Gen Z terkadang dianggap sebagai bermain oleh orang tua generasi sebelumnya, karena lebih lengket dengan gadget. ’’Sebetulnya Gen Z hari ini pekerjaannya lebih banyak remote, kerja dari jarak jauh,’’ imbuhnya.

 

Oleh karena itu, perlu edukasi kepada Masyarakat. ’’Janganlah pernikahan itu (kemampuan) tidak dalam konteks kerja di mana atau mapan atau tidak? Khususnya yang di desa, bahwa pekerjaan hari ini tidak melulu ngantor (kerja di kantor), pengawai negeri sipil (PNS), dan lain-lain, pekerjaan bisa secara online atau jarak jauh sebagaimana pekerjaan yang diminati Gen Z hari ini,” ungkapnya.

 

Ini tentu berbanding terbalik dengan sosiologis orang kota, “Yang penting punya pekerjaan dan punya pendapatan/penghasilan, maka status tidak menjadi masalah,” pungkasnya. (Singgih Aji Purnomo