• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Minggu, 19 Mei 2024

Nasional

Nusron Wahid : Tiga Pilar Persatuan Agar Negara Kokoh, Umat Islam Kuat

Nusron Wahid : Tiga Pilar Persatuan Agar Negara Kokoh, Umat Islam Kuat
Nusron Wahid saat memberikan tausiyah pada acara Maulid Nabi dan Haul KH Zanuddin Arba’i ke 42 dan Nyai Hj Rohmah Abdul Jalal ke 18, di Majelis Taklim Darul Falah asuhan KH Lukman Hakim Zainuddin, pada Selasa  (19/10).
Nusron Wahid saat memberikan tausiyah pada acara Maulid Nabi dan Haul KH Zanuddin Arba’i ke 42 dan Nyai Hj Rohmah Abdul Jalal ke 18, di Majelis Taklim Darul Falah asuhan KH Lukman Hakim Zainuddin, pada Selasa  (19/10).


Jakarta, NU Online Banten

Wakil Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta, KH Nusron Wahid atau biasa disapa Gus Nusron, mengatakan bahwa diantara  kitab-kitab maulid yang telah disusun oleh para ulama diantaranya seperti Simtud Durrar, Al Barzanji, Ad Diba’i, Adliyaul Lami’, Burdah dan lainnya. 

 

Menurutnya,  kitab maulid yang paling progresif adalah al-Barzanji, karena Syekh Jakfar bin Hasan Al Barzanji menjamin orang-orang yang membaca shalawat akan masuk surga. Terbukti dapat dilihat dalam kitabnya al-Barzanji,

 

الجنة ونعيمها سعد لمن يصلي ويسلم ويبارك عليه 


Aljannatu wa na’îmuhâ sa’dun liman yushollî wa yusallim wa yubârik ‘alaih

 

Surga dan segala kenikmatan didalamnya adalah kebahagiaan bagi orang-orang yang mendoakan shalawat dan salam serta memohon berkat kepadanya (Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wassalam)

 

Hal itu disampaikan olehnya saat mengisi acara Maulid Nabi dan Haul KH Zanuddin Arba’i ke 42 dan Nyai Hj Rohmah Abdul Jalal ke 18, di Majelis Taklim Darul Falah asuhan KH Lukman Hakim Zainuddin, pada Selasa  (19/10).

 

Dalam kesempatan ini, Gus Nusron mengutip apa yang sering disampaikan KH Maimoen Zubair ketika menjelaskan tentang maulid Nabi, yaitu:

 

  مولده بمكة، وهجرته بالمدينة، وسلطانه بالشام kalau dimaknai agaknya terlihat sederhana, ”lahirnya nabi itu di Makkah dan hijrah nabi di Madinah, pemerintahannya ada di Syam”. Akan tetapi kalimat tersebut menjadi luar biasa ketika dimaknai oleh Almaghfurlah Mbah Moen, Suatu bangsa / komunitas/ desa/ majelis, akan membawa kemakmuran, kalau memiliki 3 unsur sesuai dengan مولده بمكة، وهجرته بالمدينة، وسلطانه بالشام :

 

Pertama, مولده بمكة , kalau mengingat kota Makkah, kata mbah Moen maka harus diingat juga pundennya, atau yang mbahurekso kota Makkah. Dalam hal ini yang mbahurekso  kota Makkah adalah Bani Hasyim.

 

Kokoh dan akan membawa kemakmuran, suatu majelis, suatu desa, dan suatu negara, jika ada unsur bani Hasyim. Dalam hal ini yang dimaksud dari unsur bani Hasyim adalah para saddah, (sayyid dan habaib), yaitu keturunan-keturunan dari Nabi Muhammad SAW dari jalur sayyidatina Fatimatuz zahra al Batul dan sayyidina Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah.

 

Kedua,  وهجرته بالمدينة  “hijrahnya nabi di Madinah”, dalam hal ini yang mbahu rekso kota Madinah adalah para sahabat ansor. Yang dimaksud ansor dalam hal ini jelas, yaitu orang-orang yang ikhlas, yang menyambut Nabi dan para sahabat muhajirin. Akan tetapi, dalam konteks kekinian, menurut fatawa al Madani (kumpulan fatwa para ulama Madinah), Gus Nusron mengatakan bahwa, barang siapa ada ulama (kiai) yang selalu mengagungkan dan memuliakan agama Allah SWT, maka mereka itu adalah Ansor hingga hari kiamat. 

 

“Ulama lokal setempat itu juga termasuk anshar. Dalam konteks Jakarta misalnya: Muallim Syafi’i Hadzami, Guru Mansyur, Guru Mughni dan para ulama yang lainnya”, imbuh Gus Nusron.  

 

Dijelaskan Gus  Nusron, bahwa para ulama juga harus dicetak, dan hanya di Pondok Pesantren lah tempat untuk mencetak generasi para ulama masa depan, bukan di tempat atau sekolah-sekolah yang lain. Hal itu ditegaskan dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 122:
 

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya,” terang mantan ketua GP Ansor periode 2010 - 2015.

 

Lebih lanjut, Ia menjelaskan bagaimana konteks ayat ini turun, berkenaan dengan teguran dari Allah kepada para sahabat yang mempersiapkan semua pasukannya untuk dilatih perang. Kemudian diingatkan oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril, jangan semua dijadikan pasukan perang,  akan tetapi harus ada satu kelompok khusus طَآئِفَةٞ, agar fokus  belajar agama لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ, untuk memberi peringatan kepada kelompok-kelompok yang lain agar tidak tersesat. 

 

Gus Nusron mencontohkan, apabila dalam satu keluarga mempunyai 3 orang anak, maka jangan semua dimasukkan ke SMA atau bangku perkuliahan umum semua, akan tetapi harus ada minimal satu yang dipersiapkan untuk memperdalam ilmu agama  لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ , agar bisa membentengi keluarganya yang lain.

 

Ketiga, وسلطانه بالشام, pernah mengalami kejayaan pada masa bani Umayah. Pada masa inilah mulai tertata tatanan sistem pemerintahan dan sistem politik Islam pertama kali secara modern. Walhasil, harus taat dan patuh kepada aturan pemerintah.

 

Diakhir ceramahnya Gus Nusron mengajak untuk menjaga persatuan antara para habaib, ulama dan pemerintah. 

 

“Siapapun pemerintahannya selama pemerintahan itu sah, maka wajib dihormati. Jika ada kekurangan ataupun kesalahan, maka ingatkan dengan cara yang baik, jangan sampai ada provokasi dan caci maki di sosmed,” ajak Gus Nusron.

 

 

Editor : Ari Hardi
 


Editor:

Nasional Terbaru