Banten Raya

Akhlak Adalah Kunci, Hadits Ini Dipilih Pendiri NU dalam Kitabnya

Rabu, 26 Februari 2025 | 08:56 WIB

Akhlak Adalah Kunci, Hadits Ini Dipilih Pendiri NU dalam Kitabnya

Ketua LBM PCNU Tangsel Kiai Muhammad Hanifuddin saat ngaji Kitab Syarhun Lathifun yang dibaca di Lantai 3 Graha Aswaja NU Tangsel, Ciputat, Tangsel, Selasa (25/2/2025) malam. (Foto: NUOB/Mutho)

Tangerang Selatan, NU Online Banten

Dalam Kitab Syarhun Lathifunala Arbain Haditsan Tata'allaq bi Mabadi' Jam’iyyah Nahdatil Ulama halaman 97 disebutkan, di antara pentingnya pendirian dan tujuan berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) adalah memperbaiki kondisi umat. Baik terkait keagamaan maupun kemasyarakatan. Khususnya yang berhubungan dengan akhlak dan peradaban. ’’Kita tahu, sebab-sebab fundamental rusaknya umat dan rakyat itu rusaknya akhlak dan peradaban. Demikian juga sebaliknya. Baiknya umat dan rakyat karena akhlak dan peradaban,’’ ujar Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangerang Selatan (Tangsel) Kiai Muhammad Hanifuddin saat ngaji kitab tersebut di Lantai 3 Graha Aswaja NU Tangsel, Ciputat, Tangsel, Selasa (25/2/2025) malam.


Malam itu, santri almaghfurlah KH Ali Mustafa Yakub, pendiri Pondok Pesantren Darus-Sunnah, Ciputat, Tangerang Selatan, membacakan hadits urutan ke-35. Hadits dari Sahabat Abdillah bin Amr yang diriwayatkan Imam Bukhari berbunyi, inna min khiyarikum ahsanukum akhlaqan.’’Sesungguhnya di antara baik-baiknya kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya,’’ kata kiai berkacamata yang malam itu mengenakan baju putih lengan panjang dipadu sarung berwarna cenderung gelap.


Abdillah bin Amr berkata, lanjutnya membacakan syarah, tidak ada pada diri Nabi Muhammad saw itu jelek perkataannya dan jelek perangainya. Kata fahisy menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani adalah berkata jelek, melewati batas omongan yang buruk. Sedangkan kata mutafahhisy adalah tidak ada kebaikan dalam akhlaknya, perangainya.


’’Dalam hadits lain yang marfu’, diriwayatkan Imam Ahmad dari Abi Hurairah disebutkan bahwa sesungguhnya saya, maksudnya Nabi Muhammad, diutus untuk menyempurnakan akhlak. Innama bu’itstu liutammima shalihal akhlaq. Dalam suatu versi, kata shalih, sebagai ganti kata makarim,’’ jelas pria asal Sragen, Jawa Tengah, yang juga dosen Pondok Pesantren Darus-Sunnah Ciputat, itu.


Ditambahkan, istri Nabi saw, Sayyidah Shafiyyah binti Huyayyin, pernah mengatakan bahwa dirinya tidak pernah melihat orang yang lebih utama akhlaknya daripada atau dibanding Nabi Muhammad saw.’’Sayyidah Shafiyyah ini anaknya orang Yahudi. Tapi diperistri Nabi, Sayyidah Shafiyyah sudah masih Islam. Dari sini juga bisa diambil pelajaran, Islam itu toleran. Hidup berdampingan dengan pemeluk lain, sepanjang tidak memerangi,’’ ungkap pria
yang pernah sembilan tahun menimba ilmu di Pondok Pesantren Ringinagung, Kediri, Jawa Timur, tersebut.



Sekadar diketahui, ngaji kitab rutin ini dilaksanakan setiap Selasa malam. Satu rangkaian dengan istighotsah dan pembacaan Shalawat Nariyah yang digelar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangsel dan dipimpin Sekretaris PCNU Tangsel Kiai Himam Muzzahir.


Perlu diketahui juga, Arbain Haditsan Tata'allaq bi Mabadi' Jamiyyah Nahdatil Ulama merupakan karya Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU. Kitab Mbah Hasyim—sapaan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari—yang berkenaan dengan berdirinya Jam’iyyah NU itu, memiliki kekhasan. Kitab tersebut dilampirkan bersamaan dengan Mukaddimah Qanun Asasi Nahdatul Ulama yang berkaitan erat (tata'allaq) dengan berdirinya NU.


Arbain Haditsan Mbah Hasyim ini dimulai dengan pesan kebaikan, bagaimana esensi agama, lalu bagaimana pula jika agama diserahkan kepada mereka yang bukan ahlinya. Redaksi yang ditulis oleh Mbah Hasyim dalam Arbain Haditsan tidak melulu dari Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim saja, akan tetapi juga dari Tabrani, Abi Dawud hingga kutipan dari Abu Nuaim Al-Asfahani, yang masih relevan hingga sekarang. Artinya, ada unsur continuity (keberlangsungan) di situ. Dari sinilah keistimewaan sosok Mbah  Hasyim mampu meletakkan 40 hadits pilihan sebagai fondasi Jam'iyyah Nahdatul Ulama.

ADVERTISEMENT BY OPTAD



Sedangkan Syarhun Lathifun merupakan syarah atas Arbain Haditsan yang ditulis oleh Khoiruddin Habziz, santri dan pengurus Ma’had Aly Situbondo, Jawa Timur. Kitab dengan tebal 124 halaman tersebut diberi pengantar oleh Wakil Rais ’Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Afifuddin Muhajir, yang juga mengajar di Ma’had Aly Situbondo. (Mutho)

ADVERTISEMENT BY ANYMIND