Tanfidziyah Patuh ke Syuriyah, Belajar ke yang Tua, Hadits Berikut Jadi Inspirasinya
Kamis, 13 Februari 2025 | 16:11 WIB
Tangerang Selatan, NU Online Banten
Tanfidziyah harus patuh kepada syuriyah di dalam struktur Nahdlatul Ulama (NU), bukan tanpa alasan. ’’Barangkali ini mengacu hadits ke-32 yang dipilih Hadratussyekh dalam Kitab Arbain Haditsan,’’ ujar Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangerang Selatan (Tangsel) Kiai Muhammad Hanifuddin saat ngaji Kitab Syarhun Lathifun ‘ala Arbain Haditsan Tata'allaq bi Mabadi' Jamiyyah Nahdatil Ulama di Lantai 3 Graha Aswaja NU Tangsel, Ciputat, Tangsel, Selasa (11/2/2025) malam.
Malam itu, santri almaghfurlah KH Ali Mustafa Yakub, pendiri Pondok Pesantren Darus-Sunnah, Ciputat, Tangerang Selatan, membacakan hadits urutan ke-31 dan 32. Hadits ke-32 yang diriwayatkan Imam Abu Nu’aim itu berbunyi, la yazalunnasu bikhairin ma akhadzul ilma ‘an akabirihim. ’’Belajar, mengambil ilmu dari yang senior, yang tua. Ini barangkali sesuai dengan tanfidziyah hendaknya ngikut syuriyah,’’ imbuh pria asal Sragen, Jawa Tengah, yang juga dosen Pondok Pesantren Darus-Sunnah Ciputat, itu.
Dijelaskan, orang yang berilmu, dengan usia semakin tua, biasanya tambah matang. Ini berbeda dibanding dengan yang muda, meski banyak ilmu, kadang masih meledak-ledak syahwat dan hawa nafsunya.’’Secara umum demikian. Berpikir matang, kenyang pengalaman dan biasanya luas pandangannya,’’ tambah pria yang pernah sembilan tahun menimba ilmu di Pondok Pesantren Ringinagung, Kediri, Jawa Timur, tersebut.
Sekadar diketahui, ngaji kitab rutin ini dilaksanakan setiap Selasa malam. Satu rangkaian dengan istighotsah dan pembacaan Shalawat Nariyah yang digelar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangsel dan dipimpin Sekretaris PCNU Tangsel Kiai Himam Muzzahir.
Perlu diketahui juga, Arbain Haditsan Tata'allaq bi Mabadi' Jamiyyah Nahdatil Ulama merupakan karya Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU. Kitab Mbah Hasyim—sapaan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari—yang berkenaan dengan berdirinya Jam’iyyah NU itu, memiliki kekhasan. Kitab tersebut dilampirkan bersamaan dengan Mukaddimah Qanun Asasi Nahdatul Ulama yang berkaitan erat (tata'allaq) dengan berdirinya NU.
Arbain Haditsan Mbah Hasyim ini dimulai dengan pesan kebaikan, bagaimana esensi agama, lalu bagaimana pula jika agama diserahkan kepada mereka yang bukan ahlinya. Redaksi yang ditulis oleh Mbah Hasyim dalam Arbain Haditsan tidak melulu dari Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim saja, akan tetapi juga dari Tabrani, Abi Dawud hingga kutipan dari Abu Nuaim Al-Asfahani, yang masih relevan hingga sekarang. Artinya, ada unsur continuity (keberlangsungan) di situ. Dari sinilah keistimewaan sosok Mbah Hasyim mampu meletakkan 40 hadits pilihan sebagai fondasi Jam'iyyah Nahdatul Ulama.
Baca Juga
NU Antibid’ah? Bid’ah yang seperti Apa
Sedangkan Syarhun Lathifun merupakan syarah atas Arbain Haditsan yang ditulis oleh Khoiruddin Habziz, santri dan pengurus Ma’had Aly Situbondo, Jawa Timur. Kitab dengan tebal 124 halaman tersebut diberi pengantar oleh Wakil Rais ’Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Afifuddin Muhajir, yang juga mengajar di Ma’had Aly Situbondo. (Mutho)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Meraih Emas setelah Pertengahan Ramadhan
2
Himpun 2 Miliar, UPZIS LAZISNU Ranting Ciater Sabet Penghargaan Terbaik Se-Tangsel
3
Lakukan Dua Hal Ini agar Hidup Tenang
4
Waktu Buka Puasa 18 Maret 2025 di Jakarta dan Banten
5
Jadwal Maghrib untuk Jakarta dan Banten 17 Maret 2025
6
Waktu Buka Puasa 19 Maret 2025 di Jakarta dan Banten
Terkini
Lihat Semua