Berikut Pesan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari soal Tasyabbuh
Rabu, 4 Desember 2024 | 17:30 WIB

Ngaji Syarhun Lathifun di Graha Aswaja NU Tangsel, Ciputat, Tangsel, Selasa (3/12/2024) malam. (Foto: NUOB/Mutho)
Tangerang Selatan, NU Online Banten
Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangerang Selatan Kiai Muhammad Hanifuddin mengatakan, Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU, menyampaikan pesan kepada warga NU, khususnya pengurus, senantiasa menyerupai dan mengupayakan mencontoh kebaikan para ulama dan orang-orang saleh.
’’Dalam syarah kitab dijelaskan, seakan Hadratussyekh memberi isyarat tersebut. Mencontoh kebaikan para ulama untuk bergerak dan menggerakkan NU, karena adanya roh perjuangan pada hal-hal yang positif. Juga menjauhi tasyabbuh (menyerupai) tingkah laku, baik perkataan maupun tindakan serta gaya orang yang tidak baik,’’ ujarnya saat ngaji Kitab Syarhun Lathifun ‘ala Arbain Haditsan Tata'allaq bi Mabadi' Jamiyyah Nahdatil Ulama di Lantai 3 Graha Aswaja NU Tangerang Selatan (Tangsel), Ciputat, Tangsel, Selasa (3/12/2024) malam.
Malam itu membahas halaman 76 hingga 80. Ada dua hadits yang disajikan. Hadits ke-25 dan ke-26. Hadits ke-25 adalah arrajulu ‘ala dini khalilihi falyandhur ahadukum man yukhalilu.’’Hadits dari Abi Hurairah yang diriwayatkan Imam Abu Dawud dan Tirmidzi tersebut mengandung bahwa Islam memerintahkan agar berteman, ber-circle dengan orang-orang baik,’’ kata pria yang hobi wayang sembari menambahkan, berteman orang yang tidak baik, khawatir tertular kejelekannya.
Sedangkan hadits ke-26 dari Ibnu Umar yang diriwayatkan Imam Abu Dawud berbunyi, man tasyabbaha biqaumin fahuwa minhum.’’Tasyabbuh di sini yang dikategorikan termasuk minhum, golongan mereka, itu menyerupai luarnya, bentuk dandanan misalnya. Ada lagi takhalluq, ini menyerupai akhlaqnya. Tasyabbuh yang jelek. Beda halnya contoh Sunan Kudus membikin menara yang menyerupai tempat ibadah agama lain. Itu tujuannya untuk dakwah, tidak apa-apa,’’ ungkap pria asal Sragen, Jawa Tengah, yang juga dosen Pondok Pesantren Darus-Sunnah Ciputat.
Sekadar diketahui, ngaji kitab rutin ini digelar setiap Selasa malam. Satu rangkaian dengan istighotsah dan pembacaan Shalawat Nariyah yang malam itu dipimpin Kiai Himam Muzzahir, sekretaris Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangsel.
Perlu diketahui, Arbain Haditsan Tata'allaq bi Mabadi' Jamiyyah Nahdatil Ulama merupakan karya Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU. Kitab Mbah Hasyim—sapaan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari—yang berkenaan dengan berdirinya Jam’iyyah NU itu, memiliki kekhasan. Kitab tersebut dilampirkan bersamaan dengan Mukaddimah Qanun Asasi Nahdatul Ulama yang berkaitan erat (tata'allaq) dengan berdirinya NU.
Arbain Haditsan Mbah Hasyim ini dimulai dengan pesan kebaikan, bagaimana esensi agama, lalu bagaimana pula jika agama diserahkan kepada mereka yang bukan ahlinya. Redaksi yang ditulis oleh Mbah Hasyim dalam Arbain Haditsan tidak melulu dari Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim saja, akan tetapi juga dari Tabrani, Abi Dawud hingga kutipan dari Abu Nuaim Al-Asfahani, yang masih relevan hingga sekarang. Artinya, ada unsur continuity (keberlangsungan) di situ. Dari sinilah keistimewaan sosok Mbah Hasyim mampu meletakkan 40 hadits pilihan sebagai fondasi Jam'iyyah Nahdatul Ulama.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Sedangkan Syarhun Lathifun merupakan syarah atas Arbain Haditsan yang ditulis oleh Khoiruddin Habziz, santri dan pengurus Ma’had Aly Situbondo, Jawa Timur. Kitab dengan tebal 124 halaman tersebut diberi pengantar oleh Wakil Rais ’Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Afifuddin Muhajir, yang juga mengajar di Ma’had Aly Situbondo. (Mutho)
Baca Juga
Antara Tahadduts Binni’mah dan Riya
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
ADVERTISEMENT BY ANYMIND