Banten Raya

Hindari Sibuk Urus Kekurangan Orang Lain dan Lupa Aib Sendiri

Kamis, 7 November 2024 | 10:00 WIB

Hindari Sibuk Urus Kekurangan Orang Lain dan Lupa Aib Sendiri

Ngaji Kitab Syarhun Lathifun bersama Ketua LBM PCNU Tangsel Kiai Muhammad Hanifuddin (kanan) di Graha Aswaja NU Tangsel, Ciputat, Tangsel, Selasa (5/11/2024) malam. (Foto: NUOB/Mutho)

Tangerang Selatan, NU Online Banten

Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangerang Selatan Kiai Muhammad Hanifuddin mengatakan, bisa jadi Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU, memilih hadits berikut di dalam Arbain Haditsan Tata'allaq bi Mabadi' Jamiyyah Nahdatil Ulama, agar warga NU, terutamanya pengurusnya aware terhadap kekurangan internal organisasi.’’Supaya pengurus NU sibuk mengurus aib, kekurangan sendiri,’’ ujarnya saat ngaji Kitab Syarhun Lathifunala Arbain Haditsan Tata'allaq bi Mabadi' Jamiyyah Nahdatil Ulama di Lantai 2 Graha Aswaja NU Tangerang Selatan (Tangsel), Ciputat, Tangsel, Selasa (5/11/2024) malam.



Pria asal Sragen, Jawa Tengah, menyampaikan hal tersebut saat membahas hadist ke-20 yang dimuat dalam salah satu karya Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, Arbain Haditsan Tata'allaq bi Mabadi' Jamiyyah Nahdatil Ulama. Bunyi hadits dari Sahabat Abi Hurairah ra yang diriwayatkan Imam Ibnu Hibban tersebut adalah yubshiru ahadukukum alqodzata fi ‘aini akhihi wa yansa aljidz’a awil jidzla fi ‘ainihi. ’’Bisa melihat belobok (kotoran mata) saudaranya, lupa batang kurma atau tonggak kayu di matanya sendiri. Jadi hadits ini kental nuansa tasawuf. Melihat kotoran aib sendiri yang dekat tidak kelihatan padahal besar, tapi bisa melihat aib kekurangan saudaranya atau orang lain meski jauh dan kecil,’’ terang pria yang pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Ringinagung, Kediri, Jawa Timur, itu.


Dalam syarahnya disebutkan, lanjut pria berkacamata yang mengenakan baju lengan panjang warna putih itu, Nabi dalam hadits tersebut membuat perumpamaan. ’’Laksana orang yang melihat sesuatu yang kecil meski jauh dari kedua matanya, tetapi tidak melihat sesuatu yang besar di dekat kedua matanya. Ini termasuk lebih jeleknya kejelekan, lebih tercelanya perbuatan tercela. Tertarik memperdalam aib saudaranya yang samar, tapi buta dengan aib sendiri yang jelas tampak. Menyibukkan diri dengan aibnya manusia dan meninggalkan tersibukkan dengan aib sendiri itu kesalahan besar yang menimpa sebagian manusia,’’ ungkap pria yang hobi wayang itu.


Oleh karena itu, Nabi memperingatkan efek keburukan tindakan tersebut. Baik bagi diri sendiri maupun untuk organisasi atau masyarakat. Sebagai hamba, hendaknya tidak sibuk mengurusi dosa-dosa lain, dan lupa dosanya sendiri. ’’Hadits ini mengandung muatan adab yang besar bagi Muslim yang bertakwa agar berbudi pekerti baik. Yakni, tidak tersibukkan cacatnya atau aib orang lain, dan lupa aibnya sendiri,’’ imbuh dosen di Pondok Pesantren Darus-Sunnah Ciputat, yang malam itu mengupas halaman 61 hingga 65.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 


Sekadar diketahui, ngaji kitab rutin ini digelar setiap Selasa malam. Satu rangkaian dengan istighotsah dan pembacaan Shalawat Nariyah yang malam itu dipimpin Kiai Muntasir dari Lembaga Dakwah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Tangsel.



Perlu diketahui juga, Arbain Haditsan Tata'allaq bi Mabadi' Jamiyyah Nahdatil Ulama merupakan karya Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU. Kitab Mbah Hasyim—sapaan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari—yang berkenaan dengan berdirinya Jam’iyyah NU itu, memiliki kekhasan. Kitab tersebut dilampirkan bersamaan dengan Mukaddimah Qanun Asasi Nahdatul Ulama yang berkaitan erat (tata'allaq) dengan berdirinya NU.


Arbain Haditsan Mbah Hasyim ini dimulai dengan pesan kebaikan, bagaimana esensi agama, lalu bagaimana pula jika agama diserahkan kepada mereka yang bukan ahlinya. Redaksi yang ditulis oleh Mbah Hasyim dalam Arbain Haditsan tidak melulu dari Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim saja, akan tetapi juga dari Tabrani, Abi Dawud hingga kutipan dari Abu Nuaim Al-Asfahani, yang masih relevan hingga sekarang. Artinya, ada unsur continuity (keberlangsungan) di situ. Dari sinilah keistimewaan sosok Mbah  Hasyim mampu meletakkan 40 hadits pilihan sebagai pondasi Jam'iyyah Nahdatul Ulama.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND



Sedangkan Syarhun Lathifun merupakan syarah atas Arbain Haditsan yang ditulis oleh Khoiruddin Habziz, santri dan pengurus Ma’had Aly Situbondo, Jawa Timur. Kitab dengan tebal 124 halaman tersebut diberi pengantar oleh Wakil Rais ’Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Afifuddin Muhajir, yang juga mengajar di Ma’had Aly Situbondo. (Mutho)

ADVERTISEMENT BY OPTAD

ADVERTISEMENT BY ANYMIND